Demi menyelamatkan perekonomian keluarganya, Herlina terpaksa menikah dengan Harlord, seorang CEO muda yang tampan, namun terkenal dengan sifat dingin dan kejam tanpa belas kasihan terhadap lawannya.
Meski sudah menikah, Herlina tidak bisa melupakan perasaannya kepada George, kekasih yang telah ia cintai sejak masa SMA.
Namun, seiring berjalannya waktu, Herlina mulai terombang-ambing antara perasaan cintanya yang mendalam kepada George dan godaan yang semakin kuat dari suaminya.
Harlord, dengan segala daya tariknya, berhasil menggoyahkan pertahanan cinta Herlina.
Ciuman Harlord yang penuh desakan membuat Herlina merasakan sensasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Entah kenapa aku tidak bisa menolaknya?" Herlina terperangah dengan perasaannya sendiri. Tanpa sadar, ia mulai menyerahkan diri kepada suami yang selalu ia anggap dingin dan tidak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
George menurunkan gitarnya perlahan, memandang Herlina dengan tatapan yang penuh makna. "Herlina..." suaranya terdengar lebih berat dari biasanya, seperti ada beban yang ingin dia sampaikan, tetapi tak tahu bagaimana memulainya.
Herlina menarik napas panjang, "George," jawabnya perlahan, suaranya hampir berbisik.
"Sudah lama sekali sejak terakhir kali kita bertemu. Aku tak menyangka kamu bisa berada di sini, kupikir kamu gak akan datang ke taman ini," ucap George lirih. Menatap Herlina dengan sorot kerinduan yang menggebu.
Herlina menunduk, mencoba menahan air mata yang tiba-tiba saja menggenang di matanya. "Aku juga tidak tahu harus mulai dari mana. Tapi, setelah sekian lama, aku masih merasa ada sesuatu yang tertinggal. Sesuatu yang belum selesai di antara kita." seru Herlina menggenggam erat tas kecilnya, ia tak berani menatap wajah George.
George terdiam, matanya memandang Herlina dengan tatapan penuh pertanyaan. Ia bisa merasakan ketegangan yang mengurai dalam diri sang mantan, meski Herlina berusaha keras untuk menyembunyikan perasaannya, tapi George tahu betul kalau Herlina masih mencintainya.
"Aku... Aku juga merasa begitu," ucapnya pelan, sambil tersenyum haru.
"Tapi, George. Bukankah kamu sudah menjalin cinta dengan Irene?" tanya Herlina sambil menahan rasa pedih di hatinya.
George menggelengkan kepala, "Itu kulakukan hanya untuk melupakan mu, aku sangat sedih saat tahu kamu sudah memiliki calon suaminya yang begitu tampan dan kaya raya, hatiku perih, dadaku terasa sesak...." ucap George, sambil meraih tangan Herlina.
"Kita sudah memilih jalan kita masing-masing, kita tak bisa kembali ke masa lalu!" Herlina menghempaskan lengan George.
"Kenapa tidak?" George bertanya dengan suara lembut. Suara merdu yang Herlina rindukan.
"Kenapa kita tidak bisa mencoba lagi? Aku tidak bisa melupakan semua tentang kita begitu saja, Herlina. Sebenarnya aku tidak pernah mau melupakanmu, aku tidak sanggup cintaku." lirih George.
Kata-kata George membuat Herlina merasa hatinya terjepit. Di satu sisi, ia tahu bahwa masa lalu mereka penuh dengan kenangan indah, namun di sisi lain, banyak hal yang telah berubah. Kini ia sudah menjadi milik pria lain, milik suaminya yang sah.
"George," ucapnya dengan suara gemetar, "Aku... Aku tak ingin melukai diriku lagi, ataupun mungkin melukaimu kedepannya. Cukup sampai disini, aku tidak akan menemui mu lagi." seru Herlina menatap wajah mantan kekasihnya ini dengan penuh kesedihan.
George mendekat sedikit, sekali lagi meraih tangan Herlina. "Aku tahu aku telah membuat banyak kesalahan di masa lalu, seandainya aku bisa bekerja dan menghasilkan uang, pasti aku yang menikah denganmu dan menjadi suamimu sekarang, tapi aku sadar aku tidak bisa memutar waktu untuk memperbaiki keadaan ini. Tapi aku berharap, kita masih ada kesempatan, kita bisa memulai lagi bersama, tanpa sepengatahuan suamimu." George menatap dalam wajah mantannya dan menggenggam erat tangan Herlina.
Herlina menatapnya dalam-dalam. Ada rasa rindu yang begitu kuat, namun juga ada ketakutan yang begitu nyata. "Aku takut, George. Takut jika aku membuka hatiku lagi, kamu akan terluka seperti dulu."
George menghela napas panjang, kemudian dengan lembut berkata, "Setelah albumku sukses, aku akan membawamu lari dari suamimu, Herlina. Aku berjanji." ucap George meyakinkan.
Saat itu, dalam hening yang terasa begitu lama, Herlina merasa ada bagian dari dirinya yang mulai membuka. Mungkin memang benar, masih ada kesempatan untuknya dan George, toh.... Harlord belum memiliki Herlina seutuhnya.
"Baiklah, George. amari kita lihat ke mana arah angin cinta ini membawa kita," ujarnya, kali ini dengan senyum yang tulus, meski penuh keraguan.
Mereka berdua pun saling pandang sejenak, sekali lagi, tanpa kata-kata. Namun, kali ini ada harapan yang tersirat di mata mereka. Harapan untuk mengubah masa depan yang mungkin masih bisa mereka jalani bersama, meskipun mengambil cara yang salah.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**
lanjut thor
lanjut thor