"Pergi dari sini...aku tidak ingin melihat wajahmu di rumah ini!!! aku tidak sudi hidup bersama penipu sepertimu." Bentakan yang menggema hingga ke langit-langit kamar mampu membuat hati serta tubuh Thalia bergetar. sekuat tenaga gadis itu menahan air mata yang sudah tergenang di pelupuk mata.
Jika suami pada umumnya akan bahagia saat mendapati istrinya masih suci, berbeda dengan Rasya Putra Sanjaya, pria itu justru merasa tertipu. Ya, pernikahan mereka terjadi akibat kepergok tidur bersama dikamar hotel dan saat itu situasi dan kondisi seakan menggiring siapapun akan berpikir jika telah terjadi sesuatu pada Thalia hingga mau tak mau Rasya harus bersedia menikahi mantan kekasih dari abangnya tersebut, namun setelah beberapa bulan menikah dan mereka melakukan hubungan suami-istri saat itu Rasya mengetahui bahwa ternyata sang istri masih suci. Rasya yang paling benci dengan kebohongan tentu saja tidak terima, dan mengusir istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sandiwara ibu angkat Thalia.
Di kota yang berbeda, ayah angkat Thalia nampak berbicara dengan seseorang melalui sambungan telepon. Sudah hampir seharian ponsel sang istri tidak dapat di hubungi sehingga pria paru baya tersebut memutuskan menghubungi saudari iparnya yang berada di Palembang.
"Maaf mas, tapi mbak ike tidak ada di Palembang, terakhir ke sini pun ya enam bulan yang lalu bareng mas Haris." jawab adik perempuan mama Ike. Ya, kedua orang tua mama Ike merupakan keturunan Jawa, namun merantau ke kota empek-empek sejak mereka menikah sehingga mama Ike dan kedua adiknya pun dilahirkan di kota tersebut.
Sungguh jawaban yang sangat mengejutkan.
"Enam bulan yang lalu???." cicitnya.
"Benar, mas."
Pikiran papa Haris mulai kemana-mana, pasalnya selama tiga bulan terakhir sang istri berpamitan hendak berkunjung ke tanah kelahirannya tersebut dan itu bukan hanya sekali melainkan sudah beberapa kali, akan tetapi menurut adik perempuannya, sang kakak justru terakhir datang ke sana enam bulan lalu.
"Mas...mas Haris....????." terdengar seruan di seberang sana ketika papa Haris terdiam untuk waktu yang cukup lama.
"Iy_iya..."
"Memangnya mbak Ike pamitnya mau ke Palembang, apa gimana???."
Bukannya menjawab, papa Haris justru pamit menyudahi panggilannya.
"Apa sebenarnya yang sedang kamu sembunyikan dariku, mah??? kenapa selama ini kamu berdusta padaku??? Ternyata selama tiga bulan terakhir ini kamu sama sekali tidak ke Palembang, lalu kemana sebenarnya kamu selama ini???." begitu banyak pertanyaan yang bersarang di benak papa Haris tentang sang istri.
"Atau jangan-jangan selama ini kamu sudah tahu di mana keberadaan Thalia, tetapi kamu sengaja menyembunyikan nya dariku???." kecewa bercampur geram menyatu di benak pria paru baya itu terhadap sang istri. "Jika benar, keterlaluan kamu, mah." sambungnya.
Getaran ponselnya membuyarkan pikiran papa Haris.
"Mamah...." lirihnya kala melihat panggilan telepon dari sang istri. Tanpa membuang waktu pria itu segera menggeser ke atas icon Hijau di ponselnya untuk menerima panggilan dari sang istri.
"Maaf pah, mamah baru sempat menghubungi papa soalnya tadi ponsel mama kehabisan daya. oh iya pah, mama cuma mau bilang, sepertinya mama masih seminggu lagi di Palembang, soalnya ibu belum mengizinkan mama untuk pulang ke Jakarta."
"Hmmm." papa Haris hanya meresponnya dengan gumaman, tak ingin lagi meladeni sandiwara sang istri. Biarlah setelah wanita itu kembali baru ia menanyakan kebenarannya.
"Papah kenapa sih?????." tanya mama Ike, merasa ada yang aneh dengan sikap suaminya.
"Tidak ada apa-apa, mah. Papa hanya kecapean, baru pulang kantor soalnya." papa Haris beralasan. Setelahnya, papa Haris pun pamit untuk mengakhiri sambungan telepon, dengan alasan mau mandi.
"Kenapa kamu jadi berubah seperti ini mah??? seharusnya kamu bersyukur, dengan kehadiran Thalia di kehidupan kita, kamu tidak lagi mendapat tekanan dari orang tuaku, tetapi apa yang kamu lakukan sekarang, kamu justru membenci anak itu. Seandainya Thalia bisa memilih, dia juga pasti tidak ingin bernasib seperti itu, tidak ingin terpisah dari orang tua kandungnya." tanpa sadar air mata papa Haris berlinang kala teringat akan sosok anak angkatnya itu.
"Sebenarnya kamu ada di mana, nak??? kenapa kamu pergi meninggalkan papa...." gumam papa Haris dengan wajah sendu.
Tak berselang lama, pria itu kepikiran untuk melacak keberadaan sang istri melalui GPS ponsel milik mama Ike. Selama ini ia tidak melakukannya sebab tidak menaruh curiga sedikitpun terhadap sang istri, apalagi hampir setiap malam ia melihat sang istri bersedih memikirkan keberadaan anak angkat mereka. tanpa di ketahui oleh papa Haris, ternyata sang istri bersedih karena menyesalkan kepergian Thalia dari sisi suami konglomeratnya, bukan karena murni memikirkan nasib anak angkatnya tersebut di luar sana.
"Surabaya...????." lirih papa Haris setelah berhasil melacak keberadaan sang istri melalui GPS ponselnya.
Tanpa membuang waktu, pria itu segera memesan tiket untuk keberangkatan menuju kota Surabaya malam ini juga. Meskipun kecurigaan nya terhadap sang istri begitu besar, namun papa Haris masih berharap wanita yang sudah menjalani rumah tangga selama puluhan tahun dengannya tersebut tidak melakukan kesalahan fatal sehingga membuat dirinya semakin kecewa pada wanita itu.
*
*
*
Di sebuah kamar hotel di kota Surabaya, mama Ike sedang memikirkan cara agar dirinya bisa menemui Thalia. Ya, sudah hampir tiga hari ia berada di kota itu namun ia belum juga memiliki kesempatan untuk menemui Thalia, karena Rasya terus berada di sisi anak angkatnya itu.
Sebenarnya ia senang jika anak angkatnya tersebut kembali bersama dengan menantu konglomeratnya itu, namun di hatinya masih terselip kekhawatiran. Khawatir jika Thalia menceritakan perdebatan diantara mereka hari itu, perdebatan yang membuat Thalia berakhir koma selama hampir dua bulan akibat kehilangan banyak darah saat persalinan.
Lelah mondar-mandir bak setrikaan, mama Ike menjatuhkan bobotnya dengan sedikit kasar di sofa kamar hotel. Menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa, kemudian memejamkan mata. Perlahan ingatan wanita itu membawanya pada kejadian yang pernah dialaminya puluhan tahun yang lalu. tanpa sadar air matanya pun berlinang. memory pahit yang bahkan membuatnya tidak bisa melahirkan seorang anak dari rahimnya.
Ditengah kesedihannya, tiba-tiba ponselnya bergetar pertanda notifikasi pesan baru saja masuk di ponselnya.
"Mbak, tadi mas Haris menelpon dan menanyakan keberadaan mbak Ike. memangnya mbak Ike kemana sih, sampai mas Haris menanyakan keberadaan mbak di Palembang???." batin mama Ike kala membaca pesan dari adik perempuannya yang ada di Palembang. Seketika ia menegakkan duduknya.
"Mas Haris menelepon ke Palembang....aduh... bagaimana ini???." wanita itu mulai gelisah. jika sang suami telah menghubungi keluarganya yang ada di kota Palembang, itu artinya pria itu sudah tahu akan kebohongannya.
"Tidak ada pilihan lain, aku harus segera kembali ke jakarta malam ini juga." tanpa membuang waktu ia pun segera memesan tiket pesawat untuk kembali ke jakarta sore ini juga. Entah seperti apa alasan yang akan diberikannya pada sang suami, akan dipikirkannya nanti, yang terpenting ia harus segera kembali ke jakarta secepatnya.
Sebelum memasuki pesawat, ibu angkat Thalia tersebut terlebih dahulu mengirim pesan pada sang suami tentang kepulangannya sore ini.
Singkat cerita, beberapa jam kemudian pesawat yang ditumpanginya kini telah tiba di bandara Soekarno-Hatta. kedatangannya sore itu di jemput oleh sang suami, yang pada akhirnya membatalkan tiket keberangkatannya ke kota Surabaya setelah mendapat pesan dari sang istri.
Memeluk sang suami sambil menangis adalah hal pertama yang dilakukan mama Ike ketika dihadapan sang suami.
"Maafin mama, pah.... maaf karena selama ini mama terpaksa bohong sama papa. Selama ini mama bukannya ke Palembang tapi ke Surabaya. mama kangen banget sama Thalia, pah, itu sebabnya mama memutuskan untuk mencari keberadaannya di sana. tapi sayangnya, mama sama sekali tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Thalia di sana, Pah...."
Berterus terang pada sang suami adalah jalan terbaik menurut mama Ike untuk saat ini, mengingat sang suami telah mengendus aroma kebohongan yang dilakukannya.
Sepertinya sandiwaranya berjalan dengan mulus. Terbukti, sang suami percaya dengan semua pengakuannya, bahkan papa Haris sampai meminta maaf karena sempat menaruh curiga padanya.
semoga ringan dan gak belat belit 😍😍😍
Jangan dibuat berbelit-belit ya thorrr
Terima kasih sudah menulis cerita ini 😍😍
lha slm jdi istrimu sja... km sia2kan... km perlakukan dgn bgitu buruknya...
makasih udah up lagi kk...
semoga sering2 update lagi ya kk🤗🙏🏻
ayo deh baby kamu rewel sepanjang malam,biar papa mu bisa tidur dengan mama mu...
udah bolak balik di intip...😅
Selalu ada untuk temannya...
makasih kk othor akhirnya udah up lagi 🤗🙏🏻
jangan cuma omdo...