Berawal dari kesalahan yang Faiz Narendra lakukan di masa lalu, membuat hidup Keluarga Narendra terancam bahaya.
Berbagai teror, dan rentetan penyerangan dilakukan secara diam-diam, oleh pelaku misterius yang menaruh dendam kepadanya.
Namun bukan hanya pelaku misterius yang berusaha menghancurkan Keluarga Narendra.
Konflik perebutan pewaris keluarga, yang dilakukan oleh putra sulungnya, Devan Faiz Narendra, yang ingin menjadikan dia satu-satunya pewaris, meski ia harus membunuh Elvano Faiz Narendra, adik kandungnya sendiri.
Sedangkan Elvano yang mulai diam-diam menyelidiki siapa orang yang meneror keluarganya. Tidak sengaja dipertemukan, dengan gadis cantik bernama, Clarisa Zahra Amanda yang berasal dari keluarga sederhana, dan kurang kasih sayang dari ayahnya selama hidupnya.
Ayah Clarisa, Ferdi tidak pernah menyukai Clarisa sejak kecil, hanya karena Clarisa terlahir sebagai anak perempuan. Ferdi lebih menginginkan bayi laki-laki untuk meneruskan keturunannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laksamana_Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Bugh
"Arghh," ringis Bagas ketika Devan memukul kasar wajahnya secara tiba-tiba, hingga membuat sudut bibirnya berdarah.
"Lo apa-apasih hah!" marah Bagas merasa tidak terima ketika Devan main memukul wajahnya.
"Lo itu yang kenapa!" bentak Devan marah.
"Emangnya gue kenapa?" tanya balik Bagas merasa bingung.
"Ck, sini lo!" ucap Devan menarik kasar kerah baju Bagas.
"Gue gak suka, kalau ada cowok yang berniat untuk mencicipi tubuh cewek seenaknya saja!" marah Devan dan langsung menghajar Bagas lagi
Bugh
"Argh," ringis Bagas tersungkur kesakitan.
"Ya, Devan lo santai aja dong, gak usah pakek acara pukul badan gue, emang gue samsak gitu?" protes Bagas merasa tidak terima dengan sikap Devan.
"Dan lo Bagas, lo pikir cewek permen karet apa, yang bisa lo makan, dan lo cicipi seenaknya. Dan kalau udah bosen, gak ada rasanya terus lo buang gitu?" tanya Devan dengan nada yang mulai meninggi.
"Bentar-bentar, tenang dulu Van, oke gue minta maaf" ucap Bagas merasa bersalah. Devan menghela nafas kasar, dan mengatur emosinya yang masih meledak.
"Lagi, lo kenapa sih. Tumben-tumbenan lo marah kayak gini. Kesambet apaan lo?" tanya Bagas yang merasa heran dengan sikap Devan kali ini.
"Lo bilang cuma kayak gitu hah?" ucap Devan menatap tajam bagas.
"Sekarang gini aja deh, kalau misal elu nikah nanti, terus ternyata istri lo udah gak perawan lagi gimana?" tanya Devan.
"Ya gue tinggalin lah, enak aja gue mau di kasih bekas orang lain" balas Bagas.
"Ck, terus lo gak nyadar diri gitu, kalau ternyata lo juga salah satu penyebab mereka hilang perawan. Tapi pas lo mau nikah, lo harus dapet yang masih perawan" ucap Devan
"Ck, dimana harga dirimu tuan?" lanjutnya tersenyum miring.
"Cih, bukannya lo sama aja kan, udah deh gak usah sok munafik. Kita sama-sama cowok, dan kita tau apa yang kita inginkan dari seorang cewek. Dan lo juga sama kayak gue yang suka rendahin, dan anggap lemah kaum wanita" balas Bagas.
"Gue emang anggap mereka lemah, tapi gue gak rendahin mereka. Karena, cuma cowok banci yang tega memanfaatkan kelemahan cewek untuk pemuas nafsu mereka" ujar Devan
"Hahaha, ayolah Tuan Devan. Bukannya anda sendiri liat, jaman sekarang justru cewek yang sering obral ke cowok. Mereka sendiri yang kasih umpan. Rugi dong kalau gak dimakan. Semua cewek tuh sama, kalau ada duit, udah rela dia ngakang di depan kita" ucap Bagas tersenyum miring.
"Gak semua cewek seperti itu, tapi yang seperti itu pasti cewek, cuma lo emang tau apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka, ampe mereka rela, dan bertingkah seperti itu" tanya Devan.
"Bisa jadi karena mereka trauma atau semacamnya, dan kita sebagai cowok bukannya menariknya tapi malah mendorong mereka semakin jauh, jatuh kedasar gitu" lanjutnya
"Ayo lah Gas, gak laki itu, tapi banci" ucap Devan menatap tajam Bagas
"Van, lo gak lagi jatuh cinta kan?" tanya Bagas.
"Hah? Maksud lo" tanya Devan.
"Iya lo lagi jatuh cinta dengan tuh cewek, dan itu terlihat jelas di mata lo dan sikap lo saat ini" jelas Bagas.
"Ck, ngaco lo. Udah lah cabut gue mau pulang" kesal Devan bergegas pulang.
"Aduh tuh anak emang rada-rada ya" gumam Bagas yang melihat Devan meninggalkan restoran.
Devan masuk kedalam mobil menutup pintu kasar dan memukul stir kemudi.
Bugh
"Arghhh" kesal Devan. Entah kenapa hari ini ia sangat emosi, tapi satu hal yang pasti. Devan memang tidak menyukai jika ada orang yang merendahkan cewek.
Meski Devan menganggap lemah cewek namun ia tidak pernah merendahkan mereka, terlebih berbuat tidak senonoh terhadap mereka.
Bahkan meski Devan sering ke klub malam, ia sama sekali tidak menginjikan para cewek untuk menyentuhnya.
Dan Devan selalu berusaha menjaga kesadarannya ketika ia meneguk beberapa gelas akohol, agar ia tidak hilang kesadaran, dan bernafsu untuk menyentuh cewek.
Karna Devan percaya hukum karma. Siapapun yang berani merusak seorang cewek, siap-siap saja suatu saat pasti ada salah satu anggota keluarganya, yang menjadi korban selanjutnya sebagai balasan dengan apa yang mereka perbuat
"Bunda, ini minum dulu teh hangatnya," ucap Bayu sambil memberikan segelas teh hangat.
"Terima kasih, Nak," ucap Wulan mencoba tersenyum meski saat ini perasaannya masih sakit, dan gemetar karena takut.
"Bunda tenang saja, ada Bayu disini. Dan Clarisa, sudah Bayu kabari kalau bunda sudah aman di rumah Bayu," ucap Bayu tersenyum manis, mencoba untuk membuat perasaan Wulan sedikit tenang.
Wulan merasa sedikit lega mendengar ucapan Bayu. Ia merasa bersyukur, karena bertemu dengan teman kuliah anaknya, ketika ia kabur dari rumahnya untuk pergi mencari Clarisa, dan melihat mobil Bayu yang ingin masuk ke perkarangan rumahnya
Flashback on
Bayu berniat ingin menemui Clarisa di rumahnya. Namun sesampainya di rumah Clarisa, ia terkejut melihat Bunda Clarisa, yang seperti lari terbirit-birit dan ketakutan. Bayu pun turun dan menghampirinya.
"Bunda," panggil Bayu, membuat Wulan menoleh dan segera menghampirinya.
"Nak Bayu, syukur kamu ada disini. Tolongin bunda, Nak. Kita cari Clarisa" ucap Wulan panik.
"Memangnya Clarisa kenapa bund?" tanya Bayu.
"Sudah, nanti bunda ceritain sekarang tolong bawa bunda pergi dari sini" pinta Wulan membuat Bayu mengangguk dan bergegas masuk ke mobil
Flashback off
Tok
Tok
Tok
Terdengar suara pintu yang di ketuk dan ternyata itu Clarisa yang datang dan langsung memeluk bundanya.
"Bunda," ucap Clarisa menangis sambil memeluk Wulan.
"Sayang, kamu dari mana saja, hmm? Kamu gak papa kan?" tanya Wulan dengan suara gemetar.
"Clarisa gak papa bunda" balas Clarisa.
"Sebenarnya apa yang terjadi bund?" tanya Clarisa membuat Wulan menceritakan semua kejadian yang baru saja ia alami.
*********************
Devan merenung dalam kegelapan klub malam yang dipenuhi dengan hentakan musik elektronik yang berdentum keras.
Ia duduk sendirian di sudut ruangan, memegang gelas wiski di tangan kanannya sambil memandang kosong ke arah penari yang bergoyang di atas panggung.
Pikirannya kacau, dipenuhi dengan kekesalan dan rasa marah serta malu yang tak kunjung sirna.
Tiba-tiba, pikiran Devan teralih ke arah adiknya, Elvano putra kesayangan ayahnya yang selalu dibanggakan daripada ia sendiri, yang selalu di abaikan.
Elvano adalah satu-satunya halangan bagi Devan untuk menjadi pewaris tunggal keluarga Narendra.
Dan Devan merasa sudah waktunya untuk menyingkirkan adiknya itu. Dia tidak pantas menjadi calon pewaris selanjutnya.
Elvano tidak memiliki keahlian atau kepemimpinan yang dibutuhkan untuk mengelola bisnis keluarga ini, pikir Devan dalam hati.
Saat itu, seorang pria bertubuh tegap duduk di sebelah Devan. Ia memperhatikan kesedihan yang terpancar dari wajah Devan.
"Ada yang salah?" tanya pria itu. Devan menoleh ke arah pria tersebut,
"Tidak apa-apa. Hanya urusan pribadi," jawab Devan singkat.
Pria tersebut mengangguk mengerti dan kemudian menawarkan gelas bir padanya. Devan menerima tawaran itu dengan senyum tipis.
Mereka mulai berbincang-bincang tentang hal-hal yang tidak terlalu penting, namun Devan tetap merenungi rencananya untuk menyingkirkan Elvano.
"Kamu tahu, kadang-kadang kita harus mengambil langkah-langkah ekstrem untuk mencapai tujuan kita" kata pria itu tiba-tiba.
Devan tersentak mendengar kata-kata pria itu. Ada sesuatu yang aneh dalam kalimat yang disampaikan pria itu. Seolah-olah dia tahu apa yang ada di pikiran Devan.
"Wa...wait, apa maksud anda ?"tanya Devan dengan suara gemetar membuat pria itu tersenyum misterius
gak bisa berkata kata banyak