Mafia And His Maid

Flower Michelin memandang sekeliling ruangan di rumah itu dengan perasaan tak terbaca. Ada banyak macam rasa yang ia rasakan saat ini. Kolase kebersamaan dan kebahagiaan bersama dengan kedua orangtuanya seakan tampil kembali di hadapannya.

Tawa riangnya terdengar menggema di ruangan persegi itu. Ayahnya yang menggendongnya ke arah piano di sudut ruangan. Ibunya yang ikut serta di belakang mereka berdua. Sampai dentingan nada piano yang mulai menambah kegembiraan mereka.

Lagu-lagu kesukaannya sejak ia kecil pun terdengar diantarkan oleh suara ibunya. Ia dan sang ayah ikut bernyanyi mengiringi suara syair demi syair sang ibu. Sampai lagu ulang tahun yang selalu dinyanyikan mereka bersama setiap tahun.

Dan...

Door!

Door!

Flower Michelin tersentak kaget. Bunyi tembakan di malam yang kelam itu juga tiba-tiba muncul dan mengacaukan perasaan bahagianya. Darah yang berceceran seakan nampak lagi di depan matanya.

"Ayah, Ibu," ujarnya pelan dengan air mata yang kembali meleleh dari pelupuk matanya. Rasa rindu kembali datang menyeruak dari dalam hatinya mengacaukan kembali pertahanan mentalnya. Ia tiba-tiba merasakan tubuhnya lemas dan tumbang.

"Nyonya," panggil Brenda Hudson seraya memapah tubuh yang nampak lemas itu. Maggie Smith juga ikut membantu perempuan tua itu untuk mendudukkan Flower Michelin ke atas sofa.

"Minum airnya terlebih dahulu Nyonya," ujar Brenda Hudson seraya menyerahkan segelas air putih kepada perempuan yang tampak tak baik-baik saja itu. Sungguh ia begitu kasihan pada Flower Michelin yang mendapatkan begitu banyak masalah dalam hidupnya.

"Terimakasih Nyonya Hudson. Aku sekarang merasa lebih baik," ujar Flower Michelin setelah meminum habis air mineral itu. Pria tua yang ia temui di pemakaman ayah dan ibunya datang menghampirinya dan kemudian duduk di hadapannya.

"Flower, kamu mengandung keturunanku yang sangat berharga. Saya harap kamu sehat dan tidak memikirkan hal-hal yang berat," ujar Ferguson Patria dengan tatapan lurus ke dalam mata perempuan cantik yang masih sangat muda itu.

Flower Michelin tidak menjawab, ia hanya balas menatap mata abu-abu pria tua itu dengan perasaan yang sangat sulit ia jabarkan. Ada banyak pertanyaan yang ada di dalam benaknya yang sangat ingin keluar lewat bibirnya.

"George, bawa semua orang untuk keluar dari ruangan ini. Saya ingin berdua saja dengan menantuku," titahnya pada Asisten kepercayaannya. Ia tahu betul apa yang sedang dipikirkan oleh perempuan cantik yang sedang mengandung itu.

"Baik Tuan." George membungkukkan badannya hormat. Ia pun melakukan perintah sang pimpinan untuk membawa semua orang keluar dari ruangan itu.

Maggie Smith dan juga Brenda Hudson saling bertatapan. Mereka sepertinya masih sangat penasaran dengan apa yang terjadi dalam keluarga Patria yang mereka kenal baik-baik saja. Akan tetapi mereka takut untuk bertanya. Begitupun dengan Bibi Matilda. Akhirnya mereka semua berusaha untuk melupakan apa yang mereka lihat dan dengar.

"Apa yang mengganjal pikiranmu Flo?" tanya Ferguson Patria setelah keadaan berubah lengang. Hanya mereka berdua yang tinggal di dalam ruangan itu dan saling memandang dengan pikiran masing-masing.

"Apa anda mengenal Ayahku Tuan?" tanya Flower Michelin setelah lama terdiam. Pria tua yang dikenal sebagai pimpinan tertinggi klan Patria di Dunia hitam itu tersenyum tipis.

"Yousef Michelin adalah orang kepercayaanku setelah George. Ayahmu adalah orang baik dan saya sangat senang dengan tanggung jawabnya selama ini," jelas Ferguson Patria yang langsung membuat mata bulat Flower Michelin berubah semakin bulat.

"Jadi kalian semua sebenarnya saling kenal? begitu pun suamiku Fred?" Ferguson Patria menganggukkan kepalanya pelan. Ia membenarkan pertanyaan menantunya itu.

"Lalu apa masalahnya hingga Frederico, putramu yang brengsek itu membunuh kedua orangtuaku dengan sangat kejam seperti itu hah?!" Flower Michelin memaksa dirinya untuk berdiri kemudian meraih kelopak jas pria tua dihadapannya itu dan mencengkrammya.

"Kalian jahat!

"Kalian kejam!"

"Tak punya perasaan, huaaaa!"

Perempuan cantik itu berteriak keras kemudian terus memukul dada bidang pria paruh baya itu dengan segala kekuatan yang ia miliki.

"Kembalikan keluargaku!"

"Kalian pembunuh!"

Flower Michelin terus berteriak dan tidak berhenti memukul sampai tenaganya terkuras habis. Tangannya ia rasakan sangat lelah. Ternyata pria paruh baya pimpinan Mafia klan Patria itu masih sangat kuat di usianya yang hampir 60 tahun itu.

"Yousef Michelin juga telah melenyapkan nyawa putraku Flo." Ferguson menatap mata perempuan cantik itu dengan tatapan tajam. Seketika hati perempuan itu merasakan ketakutan dan keresahan.

"Kupikir kita sudah impas. Akan tetapi dirimu terlalu rakus. Kamu sendiri malah menghilangkan lagi putraku yang tersisa," lanjut Ferguson Patria dengan nada yang sangat tenang.

"Ap apa?" Flower Michelin melepaskan cengkeramannya pada kelopak jas pria tua itu. Ia merasakan tubuhnya melemah. Tenaganya pun menyusut.

"A pa yang kamu katakan Tuan? Ayahku membunuh putramu?" tenggorokan Flower Michelin terasa tercekat dan ia rasakan sangat sakit. Begitupun dengan hatinya.

"Kuatkan hatimu demi kandunganmu itu Flo. Ayahmu sudah melenyapkan saudara kembar Frederico. Dan Aku sudah memaafkannya tetapi tidak bagi Fred. Ia sangat dendam pada ayahmu karena Brandon Rios begitu sangat dekat dengannya. Dan lihat apa yang kamu lakukan?"

"Tidak!"

"Jangan katakan itu huaaaaa..." Flower menutup kedua kupingnya dan berteriak sejadi-jadinya. Ia sungguh tidak sanggup lagi menerima kenyataan buruk yang ada dihadapannya.

"Aaaargh!"

Ferguson segera meraih tubuh menantunya itu yang kembali tidak sadarkan diri.

"George!" panggilnya kepada Asistennya itu agar segera masuk dan membantunya membawa perempuan hamil itu ke atas tempat tidurnya.

🌺🌺🌺

*Tobe Continued.

Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?

Nikmati alurnya dan happy reading 😍