Salma seorang guru TK, menikah dengan Rama seorang duda dengan satu anak. Setahun lebih menikah kehidupan keduanya harmonis dan bahagia. Apalagi Rama adalah cinta pertamanya saat SMA.
Namun, kenyataan bahwa sang suami menikahinya hanya demi Faisal, anak Rama dengan mantan istrinya yang juga merupakan anak didiknya di tempatnya mengajar, membuat semuanya berubah.
Akankah Salma bertahan di saat ia tahu suaminya masih mencintai mantan istrinya yang datang lagi ke kehidupan mereka?
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIUA 2 Bohong
Sebatas Istri Untuk Anakmu (2)
Jika aku tidak mendengar pengakuan mu tadi, mungkin saat ini aku sedang berbunga-bunga karena mendengar pujianmu, Mas Rama. Batin Salma.
" Oh iya, matamu sembab kenapa? Kamu habis nangis?,"
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
"Oh ini. Aku habis nonton drakor tadi." Jawab Salma berbohong.
*Maaf, aku tidak jujur, Mas*.
Rama mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia memang tahu sang istri terkadang memang suka menonton drakor bahkan sering terbawa suasana.
" Sesedih apa sampai matamu sembab begitu?," tanya Rama.
" Tokoh utama perempuannya tidak tahu bahwa suami yang di anggap mencintainya itu ternyata tidak mencintainya sama sekali.
Suaminya ternyata masih mencintai mantannya yang sudah mengkhianatinya. Sikap baik dan perhatian suaminya selama ini hanya topeng belaka.
Sedih saja membayangkan kalau aku ada di posisinya."
"Uhuk...Uhuk..." Rama tersedak mendengar penjelasan Salma.
" Pelan-pelan, Mas," Salma memberikan gelas berisi air putih kepada Rama.
Rama pun akhirnya bisa sedikit merasa nyaman saat air itu melewati tenggorokannya.
Matanya menatap netra sang istri. Tiba-tiba ia merasa bersalah. Bukankah suami dalam drakor itu sama seperti dirinya? Mencintai mantan istri di saat ia sudah beristri.
Maaf.Batin Rama menatap lekat wajah Salma yang kembali memakan makanannya.
Merasa di perhatikan, Salma melihat ke arah suaminya. " Mas kenapa melihatku seperti itu? Apa makan ku belepotan?," tanya Salma. Tangannya mengusap sudut bibirnya mencari apakah ada nasi atau noda dari bumbu yang tertinggal.
" Ah, tidak apa-apa. Kamu cantik " Pujinya.
Salma hanya tersenyum walaupun terpaksa. Ia tahu bukan itu yang ada di dalam hati suaminya. Namun, hal yang lain.
" Oh iya, apa kamu besok senggang?," tanya Rama.
" Memang kenapa, Mas?,"
" Besok aku ada urusan. Jadi, tidak bisa jemput Ical ke rumah Ibu." Jelas Rama.
" Boleh deh. Kalau boleh aku juga mau izin ajak Ical jalan-jalan. Sudah lama Ical minta di ajak jalan-jalan. Tapi, kemarin-kemarin akunya sibuk karena ada acara di sekolah."
" Iya. Boleh."
Keduanya tampak fokus pada makan mereka masing-masing.
Salma mencuci piring yang kotor sebelum pergi ke kamarnya. Sementara Rama langsung ke kamarnya.
******
"Bun, kenapa ayah tidak ikut menjemput?," Ical sebenarnya ingin kedua orangtuanya yang menjemput. Namun, ia kecewa saat hanya Bundanya saja yang menjemput.
"Ayah sedang ada urusan."
Ical menjadi murung.
" Ical kenapa,Salma?," Ibu Marisa, ibunda Rama bertanya.
" Sepertinya Ical kecewa karena mas Rama tidak ikut menjemput." jawab Salma sambil memakaikan jaket pada Faisal.
Mereka akan pulang naik motor, karena itu Faisal di pakaikan jaket agar tidak masuk angin.
" Memangnya dia kemana?," Bu Marisa mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Rama mementingkan hal lain daripada anaknya sendiri.
" Katanya ada urusan. Tapi, Salma juga tidak tahu urusan apa."
Salma menarik resleting jakel Faisal.
" Sudah!," Seru Salma sambil menarik bagian bawah jaket Ical.
" Ical sayang, jangan cemberut dong. Nanti jadi jelek."Salma mencoba membujuk Ical.
" Ical marah sama Ayah. Ayah ingkar janji " Ucapnya sambil memonyongkan bibirnya.
Salma ingin tertawa dengan tingkah menggemaskan sang putra. Marahnya bukan menakutkan, tapi malah membuat orang ingin tertawa.
" Memang ayah janji apa?,"
" Ayah janji mau ajak Ical jalan-jalan. Kan Ical sudah lama tidak mengajak Ical jalan-jalan."
Salma mencoba tersenyum. Akhir -akhir ini suaminya memang terlihat sibuk dan jarang ada waktu. Tapi, entah sibuk apa.
" Bagaimana kalau gantinya Bunda saja yang ajak Ical jalan-jalan. Terserah Ical deh mau kemana." Salma memberi penawaran.
" Boleh kemana saja?," Tanya Ical antusias.
" Memangnya Ival mau kemana?"
" Ical mau beli es krim, terus main pancing ikan terus beli buku cerita." Ical menyebutkan semua yang ingin dia lakukan.
" Boleh." Salma tersenyum.
" Yeayy. Terimakasih, Bunda." Ical memeluk Salma sambil menciumi wajah Salma.
Keduanya terkekeh. Begitu pula Bu Marisa yang melihat interaksi keduanya. Ia bahagia, Salma bisa memberikan kasih sayang yang tulus pada cucunya. Padahal, Faisal bukan darah dagingnya.
Seharian itu, keduanya melakukan apa yang Faisal ingin lakukan. Dari memancing ikan sampai puas. Lalu membeli buku cerita dintoko buku yang ada di Mall.
" Bun, kita makan di sana ya?" tunjuk Ical sambil menarik tangan Salma.
Salma hanya menggelengkan kepalanya.
"Aish, Ical. Izin itu bukan begini. Kalau begini namanya pemaksaan."
Ical yang di nasehati sang bunda hanya memamerkan giginya. Membuat Salma tak bisa marah.
Saat keduanya sedang sibuk makan makanan pesanan mereka. Terdengar suara tawa orang yang tidak asing bagi Salma. Tentu saja suara itu tak asing karena suara suaminya sendiri.
Salma menatap kumpulan laki-laki dan perempuan di sudut lain di restoran. Dimana suaminya berada di antara mereka. Di sampingnya ia melihat Dewi, mantan istri Rama sekaligus Ibu dari Faisal.
Deg
Ada rasa nyeri di hati Salma. Suaminya memilih bertemu teman-teman sekolahnya dulu. Seperti halnya Rama dan Dewi yang merupakan teman satu sekolah saat SMA, Salma pun juga satu sekolah hanya kelasnya berbeda.
Apa ini urusan penting yang kamu maksud, Mas?. Batin Salma.
Harusnya Rama membawa Faisal kalau begitu. Faisal kan anak mereka. Tapi, selama satu tahun menikah Dewi tak pernah terlihat sekalipun menemui Faial. Apalagi tadi Faisal bilang, sang ayah sudah berjanji mengajaknya jalan-jalan.
Lagi-lagi Salma merasa terluka saat Rama membiarkan begitu saja tanga Dewi menyentuhnya.
Salma berdiri beranjak meninggalkan restoran setelah selesai makan. Namun, ia berkirim pesan terlebih dahulu dengan suaminya.
✉️ Mas, kamu masih lama pulangnya?
✉️ Mungkin sore, kenapa?
✉️ Aku mau Mengajak Ical ke rumah temanku dulu. Tidak apa-apa?
✉️ Boleh. Kalian sudah makan siang?
✉️ Alhamdulillah. Ini baru selesai makan siang di restoran XX di Mal M.
Rama terkejut membaca pesan terakhir dari sang istri. Ternyata mereka di restoran yang sama. Ia pun menelpon Salma untuk memastikan.
Salma berhenti sejenak sambil melihat benda pipih itu. Ia tersenyum getir. Pasti suaminya sedang ketar-ketir.
" Bunda kenapa berhenti?"
" Ayah nelpon. Kamu mau berbicara dengan ayah?"
Faisal menganggukan kepalanya. Sementara Rama yang sudah bisa melihat keberadaan Istri dan anaknya, segera izin ke toilet.
" Assalamu'alaikum, Ayah. Kenapa ayah tidak jemput Ical. Ayah janji ajak Ical jalan-jalan tapi, ayah bohong." Faisal memberondong ayahnya dengan pertanyaan.
Rama yang hanya melihat wajah sang anak, langsung terdiam. Ia fokus pada latar belakang sang anak yang menunjukkan mereka ada di restoran yang sama. Bahkan Dewi terlihat di tangkapan layar jauh di belakang sang anak walaupun tidak terlihat jelas.
" Ayah kenapa diam? Ical sedang marah." Kesal Faisal karena merasa di abaikan.
" Ma_maaf sayang. Ayah sedang ada urusan penting." Rama berusaha menutupi keterkejutannya.
"Ayah dimana?" Faisal tidak bisa menebak dimana sang ayah berada karena ia hanya melihat tembok berwarna putih. Rama memang sedang berada di lorong menuju toilet.
"Ayah sedang di kantor teman ayah."
TBC