Entah mengapa Alisa merasa marah. Tiap kali melihat abangnya berdua bersama Mia. Yang tidak lain teman Amar kuliah. Membuat Alisa merasa aneh dengan perasaanya sendiri. Hingga membuat Alisa selalu gusar tiap kali Amar dekat dengan Mia. Yang sering ikut mengerjakan tugas dirumah. Dan Amar juga sering mengantar nya pulang. Amar juga seperti memberi perhatian lebih pada Mia membuat Alisa cemburu.
" Kenapa sih bang Amar pake mengantar kak Mia. Lagian dia sudah punya sopir yang selalu menjemputnya pulang kan!!" kata Alisa
" Ada apa dengan mu de, abang hanya berbuat baik pada orang lain. Kasihan Mia kalo pulang sendiri malam malam" jawab Amar
" Lalu jika Lisa pulang malam, apa abang akan perduli?" tanya Lisa.Membuat Amar menoleh dan menatap lekat mata gadis cantik di depannya itu. Seakan Amar merasa ada belati yang menusuk dadanya.
" Kau.....!!" kata Amar kaget.
Penasaran baca ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Lisa pun terdiam. Mata mereka saling bertemu. Namun ketika tersadar Lisa cepat mengalihkan pandangan ke tempat lain. Karna ia tahu, Amar bukan abang kandungnya.
" Ade tahu dari mana?" tanya Amar.
" Kenapa abang tidak jujur sama ade?" kata Lisa balik bertanya. Bukannya menjawab pertanyaan Amar.
" Maaf, abang takut ade....." kata Amar
" Takut ade salah paham, atau bang Amar sengaja menyembunyikan ini. Agar Lisa makin sedih bang.?" kata Lisa.
" Itu karna Abang tidak ingin ade jauh dari abang, bang Amar sayang ade. Juga sayang pada ayah dan bunda," kata Amar melangkah masuk kamar Lisa, dan duduk di sisi tempat tidur.
Lisa terdiam sesaat di kursi belajarnya. Lalu ia menarik nafas dalam. Lalu mematikan laptopnya, sembari merapikan meja.
" Apa ade marah sama bang Amar ?" tanya Amar.
" Apa ade berhak marah bang, bukan kah ini permainan takdir. Lisa sangat sedih bang, tapi Lisa tidak bisa berbuat apapun," kata Lisa
" Ya...maafkan abang, karna terlambat memberitahu ade," kata Amar lega. Karna Lisa terlihat baik baik saja.
" Apa abang masih sayang sama ade?" tanya Lisa menatap lekat Amar.
Amar pun berdiri dan mendekati Lisa. Lalu berdiri di depan Lisa sambil mengangkat dagu mungil Lisa. Sehingga Lisa mendongak menatap Amar.
" Abang sangat....sayang sama ade, Lisa ade kesayangan abang. Kita tumbuh bersama dan besar bersama. Bagaimana bisa abang tidak menyayangi ade," kata Amar. Menangkup kedua pipi Lisa dan mencium kening gadis imut itu. Yang selalu membuat Amar selalu khawatir setiap saat. Karna Lisa selalu bergantung kepadanya dulu.
" Bang ...." kata Lisa dengan mata yang mulai mengembun basah. Yang membuat Amar tersenyum, Lalu menghapus air mata yang mulai menetes ke pipi chubby Lisa.
" Jangan menangis, abang tidak mau melihat Ade kesayangan abang menangis. Abang tahu ini takdir yang tidak bisa kita tebak. Tapi abang selalu tetap ada untuk ade," kata Amar
" Bang Amar janji ?" kata Lisa.
" Janji ," kata Amar yang menarik tubuh Lisa kedalam pelukannya. Hingga Lisa mulai terisak dalam dekapan Amar.
Amar pun membiarkan Lisa menangis di pelukannya. Supaya rasa sedih itu tidak membebani perasaan Lisa. Agar Lisa puas, dan menerima semua kenyataan itu. Dengan hati yang iklas. Sembari Amar menepuk nepuk pelan punggung Lisa.
" Menangislah, tumpah kan semuanya sekarang. Agar ade lega," kata Amar
" Apa abang tidak tinggal disini lagi?" kata Lisa mengurai pelukannya. Menatap wajah Amar penuh.
" Abang tidak tinggal disini. Tapi abang akan pulang, jika abang punya waktu. Untuk menemui ade, bunda dan ayah," kata Amar menghapus air mata Lisa dengan jarinya.
Dan tanpa mereka sadari Zain bersandar didepan pintu. Melihat drama pertemuan Lisa dengan abang palsunya itu.
" Hmm....apa sudah selesai masalahnya?" kata Zain. Membuat Lisa dan Amar menoleh kearah Zain.
" Bang Zain..." lirih Lisa.
" Zain, sejak kapan disitu?" tanya Amar menatap Zain.
" Baru saja, ayo kedepan tuh kalian di cariin ayah bunda di ruang tengah," kata Zain yang lalu berbalik meninggalkan keduanya.
" Ayo keruang tengah de" kata Amar melangkah lebih dulu.
" Ya bang," kata Lisa yang mengikuti Amar dari belakang. Menuju ruang tengah. Lalu mereka semua berkumpul. Ngobrol bersama layaknya keluarga bahagia.
************
Pagi ini Lisa berangkat naik angkutan umum ke rumah Sani. Karna mereka janji bertemu ingin menengok teman mereka yang sakit, lebih dulu. Sebelum berkumpul bersama teman temannya. Untuk membicarakan acara perpisahan.
Lisa berjalan kaki menuju rumah Sani. Setelah ia turun dari angkot. Terlihat dari kejauhan rumah Sani yang tidak jauh dari jalan raya.
" Lisa" panggil seseorang
Lisa pun menghentikan langkahnya dan menoleh kearah sumber suara. Terlihat Devan berjalan mendekatinya.
" Devan kok bisa ada disini, mau kerumah Sani juga?" tanya Lisa
" Ngak, gue dari rumah Amel. Ambil buku, tuh rumahnya disana," tunjuk Devan kesebuah rumah di ujung jalan. Yang berlawanan arah dengan rumah Sani. Sambil matanya melirik pada buku yang di pegang Devan.
" Novel ?" kata Lisa merasa canggung.
" Hmm...apa mau aku temani ke rumah Lisa," kata Devan. Menawarkan diri untuk mengantar Lisa
" Oh ngak usah van, bukannya loe harus kumpul anak anak di rumah Lusi. Kita ketemu di sana saja ya. Aku ada urusan sebentar sama Sani," kata Lisa mencari alasan. Agar tidak terlalu dekat dengan Devan. Setelah kejadian tempo hari. Karna ia merasa tidak enak, terlalu dekat dengan teman prianya itu. Yang banyak di sukai teman perempuannya. Tapi tidak dengan Lisa. Yang hanya menganggap Devan teman biasa. Sekaligus tidak ingin merasa bersalah pada Tiara.
" Ya sudah, aku duluan ya. Sampai ketemu disana. Salam buat orang tua Sani" kata Devan tersenyum.
" Ya van," kata Lisa balas tersenyum. Lalu kembali melanjutkan langkahnya ke rumah Sani. Sedangkan Devan menatap punggung Lisa sampai Lisa masuk kerumah Sani. Lalu Devan pun berbalik untuk mengambil motornya.
************
Siangnya di rumah Lusi semua anak kelas 12 berkumpul untuk membahas rencana acara perpisahan sekolah mereka. Lisa yang datang bersama Sani memilih duduk di sudut ruangan bersama Kia dan Via. Teman satu kelas mereka. Karna mereka berenam mewakili kelas mereka, untuk bermusyawarah
" Gila tuh Devan dan Abdi guanteng banget Mereka kaya opa opa korea aja ya" bisik Via di telinga Sani dan terdengar oleh Lisa.
" Ngak biasa saja, lebih ganteng bang Amar dan Kak Dean juga bang Zain ya kan Lis, Mereka lebih keren," kata Sani yang lebih senang pada pria dewasa dan mapan. Ketimbang anak anak sebaya mereka.
" Shut jangan berisik," kata Lisa .
" Siapa bang Amar dan kak Dean Lis?" tanya Via penasaran. Menanyakan Lisa.
" Pengen tahu, atau pengen tahu banget ," kata Sani melirik Lisa.
" Ya pengen tahu lah, bolehkan kepo dikit. Siapa tahu kita bisa jadi rival. Dan ikut usaha dekati tuh pria yang loe idola kan," kata Via.
" Ih jangan, mereka hanya milik gue dan Lisa" kata Sani berbisik.
" Dih pelit amat loe San, kita hanya pengen kenalan aja. Siapa tahu mereka punya teman yang lain. Siapa tahu kita bisa ngedate berjamaah," kata Kia menimpali.
" Hehehe...kalian ini ada ada saja, sudah diam tuh rapat mau di mulai. Jangan berisik!!" kata Lisa menertawakan polah teman temannya itu. Yang kepo karena mendengar ada cowok ganteng dan mapan.
" Ya sudah nanti kita sambung San, ceritain ke kita ya ," kata Via makin penasaran. Seperti apa cowok yang di incar Sani dan Lisa.
" Ya....," Kata Sani mengedipkan matanya. Lalu mereka pun diam untuk mulai acara musyawarah bersama.
*************
Sedangkan di kantornya Amar siang ini. Amar baru selesai rapat dengan para stafnya. Zain yang duduk di sebelahnya memberikan berkas. Untuk di tanda tangani Amar. Yang sekarang menjadi atasannya.
" Mar, kita makan siang di luar saja berdua. Aku ngak enak jika makan sama Dewi" kata Amar berbisik. Setelah sebagian staf pergi. Hanya tertinggal beberapa orang yang belum keluar.
" Hmm...kau menghindarinya, kenapa?" kata Amar menyunggingkan senyumnya.Tahu jika Dewi sangat menyukai Zain. Namun Zain terkesan menghindar.
" Jangan tertawa!!" kata Zain dengan wajah datarnya
" Baiklah," kata Amar menyodorkan berkasnya kembali pada Zain.
" Apa yang kau lakukan mar !!" kata Zain kaget. Ketika melihat gambar dibawah berkasnya. Membuat semua staf menatap Zain heran. Karna ia bicara keras pada Amar. Yang merupakan presdir perusahaan itu.
" Tanda setuju," jawab Amar terkekeh.
" What, apa maksudnya?" kata Zain menatap wajah Amar dengan mata mendelik.
***
Maaf telat update karna tadi ada kerjaan semoga readers selalu setia. Jangan lupa like dan hadiah juga vote nya ya.
Sudahlah memanfaatkan kebaikan Amar eh lama lama kok ga tau diri ga sadar diri juga ya
Kaya dah putus urat malunya si Mia
Semoga Ade sukses ya kuliah di LN
Bila sewaktu sewaktu ditinggal orang terkasih / pasangan, dunianya tak runtuh seketika
Apakah Amar dengar percakapan Lisa yang mau kuliah di Australia, terus mulai gamang pikirannya, otaknya terusik?
Pulang pulang dah sukses
Biarin aja Amar ngrasa kehilangan kamu
Mending fokus belajar raih cita cita, asah skill
Nikmati masa muda tuk hal hal berguna
Edan tenan, berbuat dosanya sama Hans, kok menjerat Amar tuk tanggung jawab
Siap siap jadi bom waktu
Terimakasihh🥰🥰
Bisa gegeran ujung ujungnya
Terlalu baik apa terlalu naif Amar?
Gimana nanti reaksi ayah bundanya juga Amar