NovelToon NovelToon
Suamiku Ternyata Putra Seorang Mafia

Suamiku Ternyata Putra Seorang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / Mafia / Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: mommy jay

Zhafira kiara,gadis berusia 20 tahun yang sudah tidak memiliki sosok seorang ayah.
Kini dia dan ibunya tinggal di rumah heru yang tak lain adalah kakeknya.
Dia harus hidup di bawah tekanan kakeknya yang lebih menyayangi adik sepupunya yang bernama Kinan.
Sampai kenyataan pahit harus di terima oleh zhafira kiara, saat menjelang pernikahannya,tiba-tiba kekasihnya membatalkan pernikahan mereka dan tak di sangka kekasihnya lebih memilih adik sepupunya sebagai istrinya.
Dengan dukungan dari kakeknya sendiri yang selalu membela adik sepupunya,membuat zhafira harus mengalah dan menerima semua keputusan itu.
Demi menghindari cemooh warga yang sudah datang,kakek dan bibinya membawa seorang laki-laki asing yang berpenampilan seperti gelandangan yang tidak diketahui identitasnya.
Mereka memaksa zhafira untuk menikah dengannya.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? apakah zhafira akan menemukan kebahagiaan dengan pernikahannya?
Ikuti kisahnya selajutnya ya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 18

Eric terpaksa, membawa zhafira ke kamarnya. dia membaringkan tubuh zhafira di ranjang king sizenya.

Dapat dia lihat, wajah zhafira yang terlihat pucat.eric pun, segera memanggil windi untuk mengurus zhafira.

Tok... tok... tok...

Terdengar suara ketukan, dari luar kamar.

"Masuk." seru eric, tegas.

CEKLEK...

Pintu pun terbuka, windi membungkuk hormat, saat eric menatapnya tajam.

"Urus wanita ini. Dan pastikan keadaannya baik-baik saja! " Eric segera memberikan perintah, pada saat itu juga dan segera keluar dari kamarnya.

Windi mengangguk hormat dan segera menghampiri zhafira, yang masih memejamkan mata.

"Maaf nona,aku tidak bisa menolong mu. Aku berharap, kamu kuat mengahadapi sikapnya, king." gumam windi, menyentuh kening zhafira, untuk memastikan apa demam atau tidak.

Windi tersenyum tipis,setelah memastikan keadaan zhafira baik-baik saja.

"Tolong...! Di sana gelap... Aku takut.... " lirih zhafira, meracau.

Windi memegang tangan zhafira, mengusapnya lembut untuk memberikan ketenangan.

"Nona ini aku, windi. Bangunlah, semuanya tidak lagi gelap lagi. Buka lah mata mu. " sahut windi lembut.

Perlahan zhafira membuka matanya, dapat dia lihat windi yang tersenyum tipis.

Zhafira pun, segera bangun dan memeluk windi. "Aku takut! Di sana gelap! " ucap zhafira, dengan suara yang bergetar.

Windi tersenyum, di balik punggung zhafira, dan mengusapnya lembut. "Nona tidak perlu khawatir, semua baik-baik saja. Tadi nona sempat tidak sadarkan diri, dan king membawa nona ke sini."

Mendengar penuturan windi mengenai eric,membuat zhafira tersenyum getir. sebenarnya apa yang eric inginkan. dia sendiri yang hampir membunuhnya, tapi dia juga yang menolongnya, aneh.

Setelah selesai mengurus zhafira, dan memastikan keadaannya baik-baik saja. windi pun pamit pergi dari kamar itu.

Awalnya zhafira meminta agar windi menemaninya. namun dengan secara halus, windi menolak permintaannya.

Ada rasa kecewa pada hati zhafira, namun dengan terpaksa dia pun membiarkan windi pergi.

Windi pun pergi keluar dari kamar itu, meninggalkan zhafira yang kembali termenung.

CEKLEK...

Pintu kembali terbuka, zhafira yang mengira jika itu windi terlihat senang.

Namun sekejap senyuman di bibirnya memudar, saat mengetahui siapa orang yang masuk ke dalam kamar.

"Bagaimana kabar, mu? " Eric tersenyum, sinis dan memberikan tatapan mengejek.

Zhafira memalingkan wajahnya, melihat Eric yang seperti itu membuatnya enggan menatap eric.

Apalagi jika mengingat, perlakuan eric yang hampir membunuhnya. membuat zhafira, kini kembali ketakutan.

Eric menghampiri zhafira yang hanya terdiam dan tertunduk.

"Apa hukuman dari saya, masih kurang. Sampai saya sedang bicara pun, tidak kamu anggap! " ucap eric, dengan nada dinginnya.

Zhafira yang takut pun, memberanikan diri menatap eric.

Eric tersenyum miring. "Bagaimana rasanya hukuman dari saya? " tanyanya acuh.

"A-aku takut...hiks.... Tolong jangan hukum aku lagi... hiks.... Aku tidak suka kegelapan...Aku mau pulang saja.... " sahut zhafira yang langsung menangis, saat mengingat kejadian di ruangan gelap.

Eric menyunggingkan senyuman, yang terlihat menakutkan. "Ini hanya sekedar peringatan kecil saja untuk, mu." ujarnya, dingin.

Setelah selesai mengucap kata-kata peringatan, eric pun kembali keluar dari kamar itu.

Namun sebelum dia pergi, terlebih dahulu dia mengambil jubah hitam miliknya. sekilas dia pun melirik pada zhafira, yang diam-diam memperhatikannya.

BRAKK...

Dengan sedikit kasar, eric menutup pintu kamarnya dan segera pergi dari sana.

Zhafira pun menghela nafas lega, saat mengetahui jika eric memang sudah benar-benar pergi dari sana.

"Mau kemana, dia malam-malam begini? " gumamnya, penasaran, kemudian menghela nafas kasar. "Untuk apa aku peduli! Tapi aku penasaran, siapa sebenarnya eric? "

Malam itu pun, zhafira memutuskan untuk tidur di kamar eric.meskipun hatinya masih di liputi rasa penasaran,zhafira lebih memilih menyimpan rasa penasarannya rapat-rapat.

Dia yakin jika suatu saat nanti, eric akan memberitahu semuanya.

Malam pun berlalu, berganti kan pagi. hari ini, adalah hari pertama zhafira mulai masuk ke kampus.

Zhafira terlihat senang, meskipun kemarin dia mengalami hari yang menakutkan. sebisa mungkin dia akan berusaha, untuk melupakan kejadian kemarin. memaafkan semua perbuatan eric padanya, meskipun tidak ada kata maaf dari dirinya.

Seperti biasa, hari ini zhafira membuatkan sarapan untuk semua. meski sudah di larang, tapi dia bersikukuh tetap ingin menyiapkannya.

"Fira,di mana eric?" Louis menatap, fira sedang menuangkan air putih.

"Aku tidak tahu, kek. Sejak kepergiannya semalam, dia belum juga kembali. " sahut zhafira, menerangkan.

Louis terlihat menghela nafas. "kebiasaan! " ujarnya ketus.

Melihat sikap Louis yang seperti itu, membuat zhafira hanya terdiam.

"Kek. Apa aku boleh menanyakan sesuatu?" Terlihat ragu, namun zhafira memberanikan diri untuk bertanya.

Louis tersenyum lembut, saat melihat zhafira yang terlihat ragu.

"Katakan lah, apa yang ingin kamu tanyakan, fira. "

Sebelum mengajukan pertanyaan, Zhafira terlebih dulu menarik nafas.

"Kek,aku ingin tahu sikap eric seperti apa?" Dengan hati-hati, zhafira bertanya.

Louis tiba-tiba saja menatap zhafira dengan tatapan tajam. "Kenapa kamu sangat ingin tahu tentang eric, fira? " tanyanya dingin.

Zhafira merasa tidak enak hati, padahal dia hanya menanyakan saja sikap eric dan bukan tentang kehidupan eric.

"Aku hanya ingin tahu saja, kek. Jika memang kakek tidak bisa memberitahu ku, tidak apa-apa. "

Louis tersenyum, saat melihat perubahan raut wajah zhafira. sebenarnya dia hanya bergurau, dengan memasang wajah datarnya.

"Eric sebenarnya orang yang baik, bahkan dia tipe orang penyayang, fira."

Zhafira di buat melongo, saat mendengar penuturan Louis tentang eric.

"Baik apanya! Tadi malam saja dia hampir membunuh ku. " gumam zhafira di dalam hati.

"Tapi, perlu kamu ketahui, fira. Jika kamu melihat sikap eric, tidak seperti yang kakek bilang itu memang benar. Semua itu terjadi saat.... " perkataan Louis, terhenti saat tiba-tiba saja eric datang, dengan menatap tajam kepada, Louis.

"Eric." seru Louis, santai.

Berbeda dengan zhafira, dia kelihatan sangat takut ketika melihat eric yang menatapnya tajam seakan ingin membunuh.

"Ayo sarapan, eric. Zhafira yang menyiapkan semua ini." Louis segera mengalihkan pembicaraan.

Eric mendelik,menatap sinis Louis yang tersenyum penuh arti kepadanya.

Tanpa menunggu perintah, zhafira pun segera mengambilkan makanan untuk, eric.

Tanpa zhafira ketahuilah, jika eric selalu memperhatikan gerak geriknya.

"Hm." Louis berdehem saat menyadari tatapan eric, yang begitu dalam pada zhafira.

"Kakek tidak apa-apa? " Zhafira yang khawatir, hendak menghampiri Louis.

Louis tersenyum tipis. "Kakek tidak apa-apa, fira. Layani dulu suami mu." Menatap eric, seakan sedang mengejek.

Eric mendengus kesal, apalagi kini dia memang benar-benar lapar.

Zhafira segera memberikan piring, yang sudah terisi lengkap oleh nasi dan beberapa lauknya.

Tanpa mengucapkan terima kasih, eric langsung memakan makanannya.

Louis yang melihat hal itu hanya, tersenyum tipis.begitu pun dengan zhafira, meskipun hatinya masih kesal tapi dengan melihat eric memakan makanannya, membuat hati zhafira tersentuh.

Setelah selesai sarapan,zhafira kini sudah bersiap untuk pergi ke kampus.

Hari ini, zhafira berangkat dengan di antar oleh Kendrick. eric tidak ingin jika seluruh mahasiswa tahu, jika dia sudah menikah dengan zhafira.

Saat eric berjalan melewati ruang tamu, dia melihat jika Louis berada di sana. namun eric hanya bersikap acuh.

"Apa kamu sungguh-sungguh, membiarkan istri mu berangkat dengan Kendrick." Louis yang sedang duduk di ruang tamu pun, mengajukan sebuah pertanyaan.

Eric menghentikan langkahnya dan menghela nafas. "Ini semua demi kebaikan kita dan demi keselamatan dia juga." Pergi begitu saja.

Louis pun hanya menatap punggung eric yang semakin menjauh. "Sampai kapan, sikap mu akan seperti ini,eric? "

1
unknown
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!