Karena tidak ingin menyakiti hati sang mama, Garren terpaksa menikahi gadis pilihan mamanya.
Namun baru 24 jam setelah menikah Garren mengajukan perceraian pada istrinya.
Tapi perceraian mereka ada sedikit kendala dan baru bisa diproses 30 hari kedepan.
Bagaimanakah kisahnya? Apakah mereka akan jadi bercerai atau malah sebaliknya?
Penasaran? Baca yuk! Mungkin bisa menghibur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode lima belas.
Setelah selesai makan, Garren pun membayar makanan mereka. Septy masih menunggu di meja tempat mereka makan.
Ethan bersama sang asisten melihat Septy dari kejauhan. Lalu menghampiri meja Septy.
"Hai, kebetulan ketemu disini," sapa Ethan.
"Hai juga," balas Septy.
"Sendirian? Biar aku temani." Ethan memberikan kode kepada asisten untuk menjauh.
"Oh tidak usah, aku datang bersama suamiku."
Ethan celingukan melihat Garren yang tidak terlihat. "Boleh aku duduk?"
"Silahkan!"
Ethan pun duduk dikursi berhadapan dengan Septy. Tidak berapa lama Garren pun datang lalu mengajak Septy pergi.
Garren tidak menyapa Ethan sama sekali, karena ia merasa jika Ethan adalah rivalnya. Meskipun Garren tahu jika Ethan sudah berkeluarga.
Namun ia tetap saja merasa cemburu. Apalagi ia baru saja berbaikan dengan Septy. Jadi banyak alasan untuk Garren merasa cemburu.
"Eee ... Tuan Garren, apa betul Septy istri Anda?"
"Ya, kenapa? Lebih baik urus istri dan anak-anak mu," jawab Garren ketus.
Kemudian ia menarik pelan tangan Septy. Ethan hendak mengejar, namun segera dihentikan oleh asistennya.
"Tuan, sebaiknya kita jangan berurusan dengan keluarga Henderson. Tuan tidak mau 'kan jatuh bangkrut?"
Ethan menghela nafas lalu kembali ke mejanya. Ia ingin makan, tapi saat melihat Septy bersama Garren, selera makannya pun hilang.
"Aku ingin kembali," kata Ethan lalu bangkit dari duduknya.
Ia segera keluar dari restoran bersama asistennya. Saat baru keluar, mobil Garren sudah melaju meninggalkan restoran tersebut.
"Septy, kenapa kita baru ketemu sekarang? Kenapa tidak dari dulu? Dan kamu semakin cantik," gumam Ethan.
Meskipun bergumam, tapi masih bisa didengar oleh sang asistennya. Sang asisten menghela nafas.
"Tuan, sebaiknya kita jangan berurusan dengan keluarga Henderson." Sang asisten berkali-kali mengingatkan agar tuannya tidak menggangu istri Garren.
"Diam! Ini urusanku!" Ethan pun melenggang pergi. Sang asisten hanya mengikuti dari belakang.
Tadinya mereka ingin makan pun tidak jadi. Sang asisten bisa apa? Nanti ia akan memesan saja makanan untuk makan siang nya yang sudah terlewat.
Sementara Garren dan Septy yang berada didalam perjalanan pulang pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Mereka tidak kembali ke perusahaan, melainkan ingin ke mansion papanya. Garren ingin menemui orang tuanya.
Tiba di pintu gerbang, penjaga gerbang membuka pintu saat melihat mobil tuan mudanya.
Garren pun membuka jendela kaca mobil dan melambaikan tangan sebagai sapaan pada penjaga gerbang tersebut. Merekapun menunduk hormat pada Garren dan Septy.
Mobil Garren pun masuk dan terparkir didepan mansion. Pelayan tergopoh-gopoh membuka pintu saat mendengar suara bel pintu.
Septy langsung tersenyum kepada pelayan seolah sudah akrab. Pelayan pun membalasnya dan kemudian menunduk hormat.
"Mama ada Bik?" tanya Garren.
"Nyonya dikamarnya, Tuan muda," jawab pelayan.
Pelayan pun memanggil nyonya nya tanpa diminta. Karena pelayan tahu, nyonya nya pasti senang jika tuan dan nona muda nya datang.
Mendengar Garren dan Septy datang, Lita dan Carel langsung keluar dari kamar mereka. Dengan senyum lebar, Lita menyambut menantunya itu.
"Sayang, kalian kok gak bilang-bilang jika mau datang?" Lita langsung memeluk Septy.
"Sebenarnya aku juga tidak tahu Ma, tadi setelah makan siang, Mas Garren langsung kemari." Septy membalas pelukan mama mertuanya.
"Disini yang anak sebenarnya siapa sih?" Garren cemburu, karena sang mama terlihat lebih menyayangi Septy.
Namun masih tetap mencium tangan kedua orang tuanya itu. Begitu juga dengan Septy yang memang sejatinya sopan kepada orang tua.
"Kamu sama papa saja son," kata Carel.
Selama perusahaan digantikan oleh Garren dan Gavesha, Carel dan Lita hanya menghabiskan waktu di mansion.
Tidak berapa lama Marissa dan Vasco keluar dari belakang mansion. Entah apa yang mereka kerjakan sehingga pakaian mereka kotor.
"Cucu menantu Oma datang?" Marissa dan Vasco menghampiri mereka.
Septy ingin memeluk Omanya, namun segera dicegah oleh Marissa. Karena bajunya kotor oleh tanah.
"Oma mandi dulu ya, kotor nih."
"Gak apa-apa Oma." Septy tetap memeluk Omanya setelah itu mencium tangan Oma dan Opanya.
Marissa dan Vasco pun langsung ke kamar, mereka ingin mandi terlebih dahulu. Setelah itu baru mereka akan bergabung dengan mereka.
"Bagaimana sayang? Apa sudah ...." Lita menyatukan kedua telunjuknya. Hingga Septy tersipu malu.
Lita tidak tahu saja jika mereka tidur terpisah. Bagaimana bisa begituan jika tidurnya saja dikamar masing-masing.
"Ma, Pa, ada hal yang ingin aku omongin," kata Garren.
"Katakan saja son, apa itu menyangkut perusahaan? Atau pesta pernikahan kalian? Dan kalian sudah siap untuk dipublikasikan?" tanya Carel beruntun.
Garren menoleh ke Septy, sebenarnya Garren ragu untuk mengatakan ini. Namun sebelum kedua orang tuanya tahu dari orang lain, lebih baik dia sendiri yang mengatakan nya.
Garren pun menceritakan dari awal mereka menikah hingga saat ini mereka tidak pernah tidur bersama.
"Apa?! Dasar anak nakal, perceraian bukan untuk main-main." Lita bangkit dan langsung menjewer telinga putranya.
"Aduh ... aduh ... aduh, sakit Ma. Telinga ku bisa putus nanti." Garren memekik kesakitan.
Lita pun melepaskan jeweran telinganya. Carel hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku istrinya.
"Dalam sejarah keluarga kita, tidak ada yang mempermainkan pernikahan. Tapi salah mama juga sih, mama terlalu memaksa kalian untuk menikah. Hanya karena ingin cepat punya menantu dan cucu." Lita menangis, kemudian ia memeluk suaminya.
"Jadi kalian harus menikah ulang?" tanya Carel. Garren mengangguk cepat.
"Tapi kalian harus menunggu sampai waktu yang ditetapkan. Setelah itu kalian harus menunggu 3 bulan untuk rujuk kembali."
Garren terkesiap mendengar penuturan sang papa, Garren jenius, namun dalam masalah ini ia seperti orang yang paling bodoh.
"Benar, dan kalian tidak boleh tinggal bersama." Vasco menimpali.
(Maaf jika salah, aku juga kurang tau soalnya.)
Garren semakin melototkan matanya saat mendengar tidak boleh tinggal bersama. Bagaimana bisa? sementara hatinya baru saja berbunga-bunga.
"Makanya, urusan perceraian tidak boleh dibuat mainan." Marissa juga ikut bersuara.
"Tidak apa-apa Nak, kamu boleh tinggal disini," kata Lita.
"Tidak usah Ma, aku akan kembali ke rumah kontrakan ku yang dulu saja," ujar Septy.
"Mengapa harus ke kontrakan? Jika tidak mau tinggal disini tinggal di apartemen saja. Dan tidak terlalu jauh dari perusahaan." Carel menimpali.
Garren tidak bisa berkata apa-apa lagi, apalagi tidak ada satupun yang mendukungnya saat ini.
"Sabar son, tidak lama cuma tiga bulan kok." Carel sengaja menggoda putranya.
"Tiga bulan terasa 3000 tahun," batin Garren.
Garren terlihat lesu karena harus tinggal terpisah dari Septy. Meskipun mereka akan bertemu setiap hari di perusahaan. Tapi tetap beda.
Malam-malam ia akan sendirian, meskipun pada awalnya mereka tidur terpisah. Namun kali ini Garren merasa tidak rela.
semngat thor..
itu sih yg aq tau dari ceramah nya UAS