Gara-gara salah masuk ke dalam kamarnya, pria yang berstatus sebagai kakak iparnya itu kini menjadi suami Ara. Hanya dalam satu malam status Ara berubah menjadi istri kedua dari seorang Dewa Arbeto. Menjadi istri kedua dari pria yang sangat membencinya, hanya karena Ara orang miskin yang tak jelas asal usulnya.
Dapatkah Ara bertahan menjadi istri kedua yang tidak diinginkan? Lalu bagaimana jika kakak angkatnya itu tahu jika ia adalah istri kedua dari suaminya.
Dan apa sebenarnya yang terjadi di masa lalu Dewa, sampai membuat pria itu membenci orang miskin. Sebuah kebencian yang tenyata ada kaitannya dengan cinta pertama Dewa.
Semua jawabannya akan kalian temukan di kisah Ara dan Dewa, yuk baca🤭
Jangan lupa follow akun dibawah ini
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Tuan, sebenarnya ada apa ini? Bagaimana bisa Anda menikahiku, sedangkan kemarin Anda baru saja menikah dengan kak Vivian," tanya Ara dengan memberanikan diri setelah melihat tuan Dewa masuk ke dalam kamar.
Sungguh Ara masih dibuat terkejut dengan apa yang terjadi. Bagaimana bisa dalam satu malam statusnya berubah menjadi seorang istri dari Dewa Arbeto, apalagi dijadikan istri kedua.
Dewa sendiri memilih diam tak mempedulikan pertanyaan Ara. Ia justru melempar berkas yang sudah disiapkan Edward sejak tadi atas perintahnya
"Baca dan tanda tangani!"
"Apa ini?"
Dengan ragu Ara mengambil berkas yang ada di atas ranjang lalu membaca isi didalamnya.
"Lahirkan penerus untukku, maka kau bisa terbebas dari pernikahan ini dan akan mendapatkan imbalan seperti yang tertulis didalamnya."
Ya, itulah keputusan yang melatar belakangi terjadinya pernikahan ia dan Ara. Dewa menikah dengan wanita itu untuk mendapatkan keturunan. Meskipun Dewa sangat membenci status Ara, tapi ia membutuhkan wanita itu. Karena hanya dengan Ara, Dewa bisa melakukan hubungan suami-isteri.
Andai saja Dewa bisa melakukannya dengan Vivian atau wanita lainnya yang status sosialnya tinggi, maka ia tidak akan sudi keturunannya dilahirkan dari rahim wanita tidak jelas seperti Ara.
"Aku tidak mau." Ara melempar kembali berkas tersebut keatas ranjang.
Ya Tuhan, menjadi istri kedua Dewa saja ia tidak menginginkannya apalagi memberikan keturunan pada pria itu. Karena jika Ara menyanggupinya, itu artinya mereka akan melakukan hubungan seperti kemarin bukan? Membayangkannya saja sudah membuat ia bergidik ngeri.
Perbuatan Ara itu tentu saja membuat Dewa terkejut. Ia tak pernah menyangka, wanita yang terlihat diam dan tak banyak bicara itu kini berani menentangnya.
"Ck, jangan katakan kau ngin menjadi istriku selamanya?" sindir Dewa dengan sinis.
Sudah ia duga sebelumnya, wanita miskin seperti Ara pasti akan mencari kesempatan lebih untuk bisa hidup nyaman dan enak selamanya.
"Tuan, kau itu terlalu percaya diri sekali! Jangankan jadi istrimu selamanya, jadi istrimu selama satu jam saja aku tidak mau," ucap Ara dengan jujur.
Sungguh ia masih sadar diri dengan statusnya yang tidak jelas. Dia juga tahu betul kalau Dewa sangat membencinya karena kemiskinannya. Lagi pula Ara juga tidak mau terlibat lebih jauh lagi dengan Dewa, apalagi menjadi istri kedua dan bersaing dengan Vivian.
"Baguslah, kalau begitu kau bisa tanda tangani berkasnya."
Ara menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Aku tidak mau melahirkan keturunan untuk Anda. Lagi pula Tuan ini kenapa? Bukankah ada kak Vivian yang bisa memberikan Anda keturunan, jadi untuk apa meminta dariku?" tanyanya dengan bingung.
"Kau tidak perlu banyak bertanya, cukup tanda tangan dan selesai," ucap Dewa dengan menahan kekesalannya. Sungguh baru kali ini ada seorang wanita yang berani menolak perintahnya. Menolak perintah seorang Dewa Arbeto.
Ara sendiri terdiam, mengambil kembali berkas berisi surat perjanjian tersebut dengan perasaan bimbang. Terlebih saat melihat jumlah nominal yang cukup besar yang akan didapatkannya nanti.
"Pilihanmu hanya ada dua. Melahirkan seorang penerus untukku, atau masuk penjara dengan tuduhan telah melakukan pemerasan agar bisa menikah denganku!"
"Apa?" pekik Ara dengan terkejut. "Pemerasan bagaimana? Bukankah kau yang merancang pernikahan ini?"
"Ya, tapi aku bisa bisa menjebloskan orang miskin sepertimu dengan banyak tuduhan palsu seperti tadi," ancam Dewa tak main-main. Hingga mampu membuat Ara kesulitan untuk menelan salivanya sendiri.
"Em, Tuan. Apa tidak ada pilihan ketiga?" Ara mencoba berkompromi.
"Ck, kau pikir kita ini sedang melakukan tes ujian nasional!" sentak Dewa sembari memijat keningnya yang terasa pusing.
Sungguh ia tak pernah menyangka, berbicara dengan Ara sanggup membuat darah tingginya naik.
"Tunggu apa lagi? Cepat tanda tangan!" bentak Dewa, karena melihat Ara yang masih diam saja.
"I-iya."
Dengan terpaksa Ara menanda tangani surat perjanjian tersebut, lalu memberikannya kembali pada Dewa.
"Bagus, sekarang buka pakaianmu!"
"Apa?" pekik Ara dengan terkejut.
ntar Ara mati rasa baru tau