"Kenapa kamu menikahi ku?" Wanita itu menatap nanar.
"Karena kamu adalah wanita yang tidak di inginkan!" tegasnya tanpa perasaan.
Bercerita sebuah kisah Alexsa Bethrix, seorang wanita yang pernah menjadi seorang ibu.
Anak kedua dari seorang seorang Marquess, istri kedua yang tidak di cintai oleh Marquess. Ibunya pun telah meninggalkannya dan dia menjalani hidup penuh luka. Hingga di jodohkan dengan seorang Duke demi kepentingan politik.
Suatu hari dia menerima kenyataan pahit dalam hidupnya, setelah satu hari pernikahannya, dia di kejutkan oleh Duke Vixtor Alendrix yang membawa seorang wanita dan seorang anak.
Alexsa pun menerima kenyataan itu, ia rela mempertahankan pernikahannya. Hingga suatu hari, perasaannya tidak bisa lagi bertahan dan membuatnya kehilangan kesadaran, saat membuka matanya Alexsa berubah menjadi sosok yang tidak di kenal oleh siapa pun. Dia berubah menjadi wanita yang kuat setelah sebuah misteri terungkap dan berkata "Aku tidak akan mengemis sebuah cinta"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 27
Marquess Ramon terdiam, ia ingin melawan dengan kekuasaan dan kekuatannya, tetapi Baginda Kaisar pasti akan memarahinya. Karena selama ini, keturunan Duke Aikenlah yang dia cari. "Nona, saya tidak akan berbuat lebih. Jadi saya harap, Nona mengerti. Saya di tugaskan untuk mencari Nona."
Duchess Alexsa sangat benci dengan laki-laki di hadapannya. Jika bukan sekarang, lalu kapan lagi ia akan bebas bertarung dengan dengan ayah yang selama ini membencinya dan membuangnya.
"Aku tidak perlu di kasihani oleh siapa pun."
"Jangan menghalangi ku, aku bisa bertindak lebih." Duchess Alexsa mengeluarkan sebuah tanaman dan tanaman itu menyerbu dengan asap berwarna ungu. Hingga Marquess Ramon dan ketiga satrianya terbatuk.
"Tuan!" seru seorang Kesatria menghampiri Marquess Ramon.
"Sudah, kita bawa kesatria yang terluka. Nanti biar aku yang akan mengatakannya pada Baginda Kaisar," ujar Marquess Ramon.
Mereka pergi meninggalkan tempat Duke Aiken. Sedangkan Marquess Ramon berpisah dengan rombongannya.
Di tempat lain.
Seorang laki-laki membuka kedua matanya, nafasnya naik turun, peluh keringat membasahi tubuhnya yang memakai pakaian tidurnya berwarna putih. Dia melihat ke sampingnya, istrinya tertidur lelap. Dia mengusap wajahnya, menyibak selimutnya dan melangkah ke balkon.
Mimpi tadi, mengingatkan semua kejadian itu. Saat itu, dia menghadiri sebuah festival dan mabuk. Lalu mencari penginapan. Matanya yang kabur, dia tidak menyadari kamar itu. Karena mabuk, dia juga kehilangan kendali dan berhasil melakukan hubungan itu. Namun, naas, dia tidak mengetahui wajah wanita itu. Karena ruangan itu gelap dan dia bangun tepat jam 02.30. Tanpa basa-basi, dia pergi kamar itu.
"Selama ini aku sudah melupakan kejadian itu. Namun, kenapa sekarang malah aku bermimpi kejadian yang sudah aku lupakan beberapa tahun lamanya." Duke Vixtor sangat cemas, ia takut kejadian itu akan membuat dirinya dan Ellena merenggang. Ia tidak ingin berpisah dengan Ellena dan putrinya, Kania.
"Sial! kalau seperti ini. Hidup ku akan terganggu dengan kejadian itu."
Di sisi lain.
Duchess Alexsa berjalan tanpa melepaskan topengnya, topeng misterius dengan hiasan mawar merah di antara pelipisnya. Kesan misterius itu membuat para warga yang melihatnya mengernyit bingung dan berbisik-bisik. Para warga yang berpapasan dengannya memilih menghindar. Karena kali ini mereka kedatangan seseorang misterius.
"Tunggu!" suara seseorang menghentikan langkahnya. Semua orang melingkar dan seolah akan melihat sebuah pertunjukkan.
Duchess Alexsa menoleh, mata birunya bersitatap dengan laki-laki kemarin.
"Maaf Nona, kami hanya mengikuti perintah Baginda Kaisar," ujar Putra Mahkota Delix.
"Gawat! itu bukankah Nyonya Duchess," ujar Ellard yang melihat kerumuan para warga. Dia meremas rambutnya.
"Kita harus menyelamatkan, Nyonya," ujar Edrick. Keduanya bergegas keluar dan akan menyelamatkan sang guru.
Wajah misterius itu menyita perhatian Putra Mahkota Delix. Dia begitu penasaran tentang wajahnya. "Maaf mengganggu, saya datang kesini."
"Dia saudara saya, Putra Mahkota," ujar Ellard.
"Benar, Putra Mahkota," sanggah Edrick.
Oh, jadi dia Putra Mahkota Delix.
"Saya mohon Putra Mahkota, saudara saya wajahnya buruk. Jadi saya menyarankan menutupi wajahnya, ya begitu." Ellard tertawa sumbang sambil menggaruk tengkuknya.
Apa? yang benar saja? kedua bocah ini malah menjelekkan wajah ku. Padahal aku sudah ketahuan.
"Oh baiklah, silahkan bawa saudara kalian dan maaf telah menghentikan perjalanan Nona." Putra Mahkota Delix menatap lekat Duchess Alexsa, ada rasa aneh di hatinya ketika melihat wanita di hadapannya.
"Mari, saudara ku."
Awas saja, aku bakalan membuat hukuman untuk kalian. geram Duchess Alexsa.
"Kita harus pergi dari sini, bereskan pakaian kalian,"
"Tapi mengapa Rose?"
"Jangan banyak bertanya, dan untuk hukuman kalian tadi. Aku akan memikirkannya."
Glek
Kedua laki-laki itu saling tatap, entah apa yang hukuman apa yang akan mereka dapatkan.
"Kamu sih, mengarang cerita." Edrick menyenggol Ellard.
"Yang mendukung juga siapa?" tanya Ellard tak terima di salahkan.