Bukan musuh tapi setiap bertemu ada saja yang diperdebatkan. Setiap hari mereka bertemu, bukan karena saking rindunya tapi memang rumah mereka yang bersebelahan.
Mungkin peribahasa 'witing tresno jalaran soko kulino' itu memang benar adanya. Karena intensitas keduanya yang sering bersama membuat hubungan antara mereka makin dekat saja.
Di usia Abhista Agung yang ke 31, masalah muncul. Dia ditodong untuk segera menikah, mau tidak mau, ada atau tidak calonnya, ibu Abhista tak peduli! Yang penting ndang kawin, kalau kata ibunya Abhi.
Lalu bagaimana cara Abhi mewujudkan keinginan sang ibu? Apa dia bisa menikah tahun ini meski calonnya saja belum ada?
Ikuti kisah Abhista selanjutnya di Emergency 31+
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tetangga luar biasa
"Jadi gimana mas? Anggun baik kan, dia cantik, dia pintar dan-"
"Dan dia belum bisa move on dari mantannya."
Sekar mendelik mendengar kelanjutan kalimat yang dipotong oleh anaknya.
"Hah? Apa maksudnya mas?"
"Satu setengah jam pertemuan tadi didominasi sama obrolannya yang terus-menerus menyebut tentang mantan pacarnya."
"Oalah... Itu mungkin cara dia menjalin komunikasi sama kamu mas. Biasanya kan perempuan itu suka jaim dipertemuan pertama... Kalo Anggun banyak cerita, itu artinya dia udah ngerasa nyaman sama kamu mas. Berarti dia anggap kamu bisa diajak berbagi cerita, kalo kata anak jaman sekarang tuh kemistrinya dapet, klop gitu mas. Jadi kapan mau lanjut ketemu lagi?" Sekar berspekulasi sendiri.
"Aku kalo dari pertama nggak cocok ya seterusnya nggak bisa dicocok-cocokin mah."
"Alah mas, mbok ya jangan kaku-kaku amat gitu to.. Anggun itu udah ngasih kode keras buat kalian lanjut ke tahap selanjutnya. Masa kamu nggak bisa baca kode dari dia itu?"
"Nggak bisa mah. Aku bukan agen rahasia yang harus lancar membaca kode-kode nggak jelas seperti itu."
Sekar menarik nafas dalam. Sebenarnya Abhi bisa sekeras ini bukan tanpa alasan, dulu beberapa kali Abhi pernah membawa perempuan yang diakui sebagai kekasih namun Sekar lah yang terlalu banyak memilih dan menganggap semua perempuan yang dikenalkan padanya tidak pantas untuk Abhista, sang putra tercinta.
Sekar berpikir perempuan-perempuan yang dekat dengan anaknya dulu hanya memanfaatkan materi yang Abhi miliki, pun tidak sepenuhnya mereka serius menjalin hubungan dengan putranya. Masih sekolot itu hingga bertahun-tahun lamanya, sampai Sekar tersadar ketika Abhi memasuki usia 28 tahun, dia tak lagi membawa perempuan manapun untuk dikenalkan sebagai pacar.
Kekhawatiran Sekar makin menjadi kala anaknya menginjak usia tiga puluhan, belum ada tanda-tanda jika Abhi ingin berumah tangga. Entah karena trauma tak pernah diberi restu oleh ibunya atau memang dia sendiri sudah lelah memulai hubungan yang akhirnya harus kandas di tengah jalan.
"Kalau sama Anggun nggak klik, kamu mau sama siapa mas? Inget umur lah. Mas Dewa aja dulu nikah waktu umurnya dua sembilan kok. Lha ini sekarang umur kamu udah tiga puluh lho.. Apa nggak bosen hidup sendiri terus?"
Dewa adalah anak sulung Sekar yang sudah menikah dan memiliki dua orang anak.
"Tiga satu mah. Mamah lupa bulan depan usia ku nambah?" Santai sekali saat mengatakannya.
"Ya Allah Gusti.. Makanya to ndang kawin kamu ah! Masa udah segitu aja umurmu tapi belum ada kepastian mau kawin kapan!"
Abhi hanya mengangkat bahunya seperti masa bodoh dengan angka tiga satu yang akan datang bulan depan sebagai pertanda jika dirinya memang tak lagi muda. Dari pada terus membuat ibunya pusing, Abhi memilih pergi meninggalkan Sekar.
"Mas, apa nggak sebaiknya kamu fokus cari jodoh dulu? Anggun masih jadi kandidat paling atas saat ini untuk bisa nyandeng kamu lho."
Abhi ingin bicara panjang lebar jika Anggun tidak sedikitpun menarik perhatiannya untuk dijadikan sebagai calon istri tapi dia memilih naik ke atas, menuju kamarnya.
"Gimana kalo malam Minggu ini kalian ketemu lagi mas?"
Perkataan Sekar masih bisa Abhi dengar tapi dia memilih melambaikan tangan tanda menolak apapun rencana yang akan Sekar buat untuk mendekatkan dirinya dengan Anggun.
Setelah berganti baju, Abhi melangkah menuju balkon. Berharap di sana dia bisa menemukan kedamaian. Matanya mulai terpejam menikmati terpaan angin sore. Tapi ketenangan serta kedamaian tidak sepenuhnya dia dapatkan saat mendengar bunyi berisik dari balkon sebelah, rumah tetangganya.
"Mau bunuh diri nggak gitu caranya." Ucap Abhi ketika melihat Deepika terbelit tali jemuran.
"Siapa yang mau bunuh diri sih! Aku mau jemur handuk, eh tali jemurannya putus.. Malah muterin aku gini."
"Apa di rumah mu nggak ada yang namanya gantungan baju? Kaki mu masih sakit kan, ngapain ke balkon hanya untuk bentangin handuk buluk seperti itu."
"Lebih buluk juga mulutmu itu mas. Kalo ngomong nggak dikasih filter!"
Dengan susah payah Deepika bisa lolos dari lilitan tali jemuran, dan sungguh menyebalkan karena dia hanya jadi bahan tontonan oleh tetangganya tanpa ada niat membantu sedikitpun. Abhi tetap stay and slay di tempat duduknya.
"Seneng kan kamu liat aku kesusahan gini?!" Deepika memulai memercikkan api peperangan.
"Biasa aja."
"Eleh, aku liat kok kamu tadi senyum-senyum!"
"Oya? Ganteng kan?"
"Hanya orang rabun dan katarak yang bilang kamu ganteng!"
"Ibu ku nggak rabun, dan nggak katarak tapi tiap hari dia bilang kalau aku ganteng."
"Karena kamu anaknya, meski item, jelek, jamuran, kudisan, matanya juling ke atas, giginya tonggos maju semua, kulit bersisik, suara cempreng kayak klakson telolet pun dikata tampan rupawan seperti Arjuna!"
"Kamu lagi ngasih tau spesifikasi cowok idaman mu? Ternyata seleramu seperti itu. Pantas aja, yang ganteng di depan mata nggak keliatan istimewa. Ternyata tipe mu berat banget."
"Maaaaas ah, kamu nyebelin!!!!"
Deepika melotot kesal , niat hati ingin menjatuhkan mental lawan tapi malah dia yang kena mental.
"Dalem. Jangan pake 'ah' nanti dikira lagi ngedesah."
"Otak mu itu kudu dicuci kayaknya, nggak beres! Kotor banget mikirnya!!"
"Nitip kamu aja nyucinya."
"Dih najis!"
"Iya sama-sama."
"Nggak nyambung tau nggak!"
"Apa? Minta di ambung? Kok jadi kamu yang kotor pikirannya." (Ambung\=Cium)
Deepika geram. Kenapa lelaki tua-tua keladi itu selalu bisa menjawab ucapannya, bahkan selalu bisa membuat tensinya naik sampai puncak Himalaya. Dengan cekatan dia gulung handuk basah yang selesai dia pakai untuk mengeringkan tubuhnya selepas mandi tadi dan melemparkannya ke balkon sebelah. Niat hati ingin nimpuk mulut pedasnya sang pengacara tapi handuk itu malah ditangkap dengan mudah oleh Abhista.
"Apa? Ini maksudnya gimana? Mau numpang jemur di sini?" Tanya Abhi terkekeh dengan kelakuan tetangganya.
"Balikin nggak! Ku hitung nyampe tiga kalo nggak mok lempar balik ke sini, aku bakal teriak!!"
"Teriak kenapa? Orang kamu sendiri yang lempar ke sini."
Makin diladeni Deepika makin gila sendiri.
"Aku bakal laporan kamu atas tuduhan perbuatan tidak menyenangkan dan mengganggu privasi orang lho mas! Balikin ih!!"
"Laporin aja. Nanti kita ketemu dipersidangan. Jangan lupa sewa pengacara bagus agar kamu bisa menangin kasus berat ini ya."
Kali ini senyum Abhi benar-benar bisa Deepika lihat menghiasi wajah tampannya.
"Dasar gila!"
"Iya makasih."
"Maaaas!! Kamu waras nggak sih sebenarnya?! Kok ada ya pengacara kayak kamu!!!" Frustasi sudah mencapai ubun-ubun seorang Deepika.
"Dalem.. Kamu manggil-manggil aku terus. Aku nggak kemana-mana gini kok."
Dengan tertatih-tatih Deepika memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya. Tidak lagi memperdulikan handuk Monokuro Boo warna hitam putih miliknya yang masih ada di tangan mas tetangga. Sedangkan Abhi hanya tersenyum simpul lalu berjalan menuruni tangga menuju lantai satu berniat ke rumah tetangganya untuk mengembalikan handuk setengah basah milik Deepika.
_________
"Kamu yang bener aja, kenapa ngirim foto pas aku lagi tidur ke Deepika hah?"
"Ya kenapa emangnya? Aku capek main sembunyi-sembunyi terus dari dia! Biar dia tau kalo kamu lebih milih aku. Lagian kenapa sih kamu terus aja nutupin hubungan kita, udah dua bulan kita pacaran tapi kamu masih belum mau mutusin si Deepika itu!"
"Kita nggak pernah pacaran Lis. Kamu tau itu. Kita jalanin semua ini ngalir gitu aja, kamu ngasih tubuh kamu juga tanpa paksaan dari ku. Lis, kamu harus tau kalo cuma Deepika yang aku cinta. Dan---"
"Dan apa?? Dan aku cuma pelampiasan nafsu mu gitu?? Aku nggak bisa terus bersabar ngadepin sifat kamu ini ya mas!"
"Terus mau kamu apa? Dari awal kamu yang datang sendiri ke aku, kamu yang nawarin semua yang kamu punya ke aku termasuk tubuh kamu! Terus sekarang kamu mau minta status gitu dari ku? Jangan mimpi Lis. Selamanya aku nggak akan ninggalin Deepika buat kamu!"
Lelaki itu pergi mengabaikan teriakan wanita yang tadi siang berbagi keringat bersamanya di ranjang kamar kos. Tatapan benci muncul di hati Lisa mengiringi kepergian Sae tanpa bisa dia cegah. Hatinya sakit, dia bermain terlalu jauh dengan lelaki yang sama sekali tak menganggap dirinya. Tidak menempatkan Lisa di posisi apapun dalam hidup Sae, tidak sebagai pacar, bukan pula selingkuhan, apalagi calon istri, Lisa hanya teman berbagi kenikmatan di atas ranjang bagi Sae. Karena tidak mungkin dia meminta jatah beradu kelamin dengan sang kekasih karena Sae tak ingin merusak seseorang yang dia cinta.
"Nggak mas. Kalau aku nggak bisa dapetin kamu, maka siapapun nggak boleh bahagia berada di sampingmu. Aku udah kasih semuanya ke kamu.. Bahkan aku nurut saat kamu minta untuk menutupi semua perbuatan kita dari siapapun. Tapi, kayak gini balasan mu? Nggak mas.. Kamu terlalu meremehkan ku." Senyum saeton nirojim tersungging. Lisa bersumpah, dia akan membuat Sae terkintil-kintil padanya mulai sekarang.
"Jangan panggil aku Lisa Belek Eping kalo nggak bisa jinakin kamu mas. Hihihiiii."
inget gak kata Abhi, kamu bakal cemburu hanya dg mendengar nama Abhi disebut sama ciwik lain 😌
skrg keknya terbukti deh, dah betmut kan kamu?! 😅🤣
astaghfirullah minal khotoyaaaa
gak capek?!
misal nih ya, misaaaaallll kamu bisa bersama dg Abhi pun, kamu gak akan bahagia lho.. wong di hati Abhi gak ada kamu samsek..
seumur hidup itu lama woy.. mau kamu buang sia² waktu yg ada hanya utk mengemis cinta dari lelaki yg melirikmu pun ogah
kurang kah bukti yg sudah ada?? 😏