Zhafira kiara,gadis berusia 20 tahun yang sudah tidak memiliki sosok seorang ayah.
Kini dia dan ibunya tinggal di rumah heru yang tak lain adalah kakeknya.
Dia harus hidup di bawah tekanan kakeknya yang lebih menyayangi adik sepupunya yang bernama Kinan.
Sampai kenyataan pahit harus di terima oleh zhafira kiara, saat menjelang pernikahannya,tiba-tiba kekasihnya membatalkan pernikahan mereka dan tak di sangka kekasihnya lebih memilih adik sepupunya sebagai istrinya.
Dengan dukungan dari kakeknya sendiri yang selalu membela adik sepupunya,membuat zhafira harus mengalah dan menerima semua keputusan itu.
Demi menghindari cemooh warga yang sudah datang,kakek dan bibinya membawa seorang laki-laki asing yang berpenampilan seperti gelandangan yang tidak diketahui identitasnya.
Mereka memaksa zhafira untuk menikah dengannya.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? apakah zhafira akan menemukan kebahagiaan dengan pernikahannya?
Ikuti kisahnya selajutnya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16
Eric menjauhkan diri dari zhafira yang terlihat memegang pipinya yang sakit.
"Maaf." Satu kata yang di ucapkan oleh eric, saat melihat zhafira tertunduk.
Zhafira tidak menyahut, dia pun kembali ke dapur untuk mengambil makanan yang lain.
Dengan mengesampingkan rasa sakitnya, zhafira melayani eric dengan tulus. dan hal itu membuat eric hanya terdiam,dengan perasaan bersalah.
"Apa makanan yang aku buat tidak enak, " tanya zhafira saat melihat eric, yang langsung terdiam setelah memasukkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
Eric tidak menjawab,sebentar dia memejamkan matanya saat merasakan rasa masakan zhafira.
"Apa semua makan ini,kamu yang masak?" Eric menatap tajam, zhafira.
Dengan perasaan takut zhafira mengangguk,dia khawatir jika masakannya tidak enak.
Eric kembali melanjutkan makannya dengan sangat lahap,dan hal itu membuat zhafira mengukir senyum tipis.
"Duduk lah! Kita makan bersama!" titah eric, di sela makannya.
Zhafira tertegun, saat eric memintanya duduk bersamanya.dengan ragu dia pun mengikuti perintah laki-laki,yang tiba-tiba saja bersikap baik.
"Selamat pagi!" sapa Louis yang berjalan, menghampiri mereka berdua.
"Pagi!" jawab eric singkat.
"Selamat pagi,kek! Mari kek kita sarapan." Zhafira tersenyum dan bangkit dari duduknya.
"Lanjutkan saja, makannya fira. Kakek bisa sendiri." sahut Louis,melihat zhafira yang menggeser kursi untuknya.
"Tidak apa-apa, kek. Biar fira bantu, ya? "
Louis tersenyum tipis, melihat sikap zhafira membuatnya yakin, jika untuk menjadikannya menantu pilihan keluarga shailendra.
Zhafira membantu menyiapkan sarapan untuk Louis.
"Emm... enak!" seru Louis saat memasukkan, nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Kalau makan, jangan banyak bicara." tegur eric, dingin.
Louis tersenyum tipis, menanggapi ucapan eric yang terdengar sinis.
"Tapi memang benar! Masakan kamu memang enak, fira. Kakek jadi teringat dengan masakan.... "
"Sudah jangan bahas hal itu sekarang, kek! Aku ingin makan dengan tenang!" sela eric, membuat Louis menghentikan perkataannya.
Louis mendelik melihat eric, yang dengan sengaja menyela ucapannya.
"Ya sudah, kek. Sebaiknya kakek lanjutkan saja makannya." sahut zhafira menengahi.
Mereka bertiga pun, dengan tenang melanjutkan makannya sampai selesai.
Zhafira pun,segera membereskan semua piring kotor dan membawanya ke wastafel.
"Nona biar saya, saja." Windi mendekati zhafira yang hendak mencuci piring.
Zhafira melihat windi yang terlihat ketakutan, dia pun melihat ke sekeliling dan ternyata dia melihat eric yang sedang memberikan tatapan tajam ke arahnya.
Zhafira tidak ingin membuat windi terkena marah, dia pun segera menyudahi pekerjaannya.
"Baiklah, kalau begitu aku mau ke kamar dulu." Zhafira menyimpan spon, yang sedang dia pegang dan tersenyum kepada windi.
Zhafira berjalan menuju ke kamarnya,dengan melewati eric begitu saja.
Hal itu membuat eric, hanya menatapnya tajam.
"Kenapa dengan wanita itu?" gumam eric di dalam hati.
Eric menyusul zhafira,yang ternyata sudah masuk ke kamarnya.dia hanya mengangkat bahu acuh dan masuk ke kamarnya untuk mengambil tasnya.
Di kamar zhafira
"Aku bingung, kenapa sikap dia selalu Berubah-ubah! Kadang jutek, kadang baik! Huh dasar manusia kutub!" Zhafira yang sedang menyisir rambutnya, sedang menggerutu kesal.
"Hem...! Siapa manusia kutub! " sahut seseorang dari ambang pintu dengan nada dingin.
Zhafira terdiam, hatinya merasa gelisah saat mengenali suara itu. dia pun segera membalikkan badan dan betapa terkejutnya saat melihat eric, sedang bersandar di tepi pintu dan menyilangkan kedua tangannya di di depan dada.
Eric menatap tajam. "Siapa manusia kutub itu?" tanyanya, dingin.
Zhafira menelan salivanya kasar, saat melihat tatapan eric seakan akan membunuh.
"Ma-maksud ku...! Teman...pororo! Iya teman pororo. Apakah kamu tidak tahu,tokoh kartun itu? " Zhafira bertanya mengalihkan pembicaraan.
"Mana ku tahu! " sahut eric ketus.
"Baiklah, lupakan." Zhafira bersikap sesantai mungkin tidak ingin,eric marah karena ulahnya sendiri.
"Ada perlu apa kamu kesini, eric? "
Eric masuk dan menghampiri zhafira. "Nanti siang pergilah, ke mall bersama windi. Karena besok kamu akan mulai masuk kuliah." ujarnya menjelaskan dengan tegas.
Zhafira terdiam, entah dia harus bahagia atau sedih saat mendengar kabar dari eric,jika kini dirinya bisa lagi melanjutkan pendidikannya ke universitas.
"Kenapa kamu diam," tanya eric heran. "Apa kamu tidak mau?" Eric bertanya lagi untuk memastikan.
"A-aku mau,eric." sahut zhafira tergagap.
Eric tersenyum miring. "Good girl!" ucap Eric, yang kemudian pergi dari kamar zhafira.
Zhafira menghela nafas kasar, setelah melihat eric keluar dari kamarnya.
***
Sebelum pergi,eric meminta salah satu orang kepercayaannya yang bernama Kendrick, untuk mengawasi zhafira selama pergi ke mall.
Memastikan keadaannya aman,eric pun segera pergi ke kampus dengan menggunakan motor besar kesayangannya.
Sementara zhafira dia tengah bersiap untuk pergi ke mall bersama windi.
Mereka berangkat menggunakan mobil pribadi milik eric.
Di mall zhafira berjalan sambil melihat beberapa baju, yang menurutnya bagus dan yang paling utama harganya ramah di kantong.
Windi tersenyum tipis, saat melihat zhafira yang kebingungan memilih baju yang harganya murah.
"Nona, jangan pikirkan harganya. Tuan king pasti akan marah, jika nona hanya memilih bajunya sedikit dengan harga yang murah." tegur windi.
Zhafira menghela nafas. "Tapi aku tidak biasa. Jika harus menghambur-hamburkan uang seperti ini. " ucapnya tidak enak hati.
Windi tersenyum tipis. "Baiklah kalau begitu, izinkan saya untuk membantu nona." Mengangguk hormat.
"Baiklah, terserah kamu saja. Aku mau duduk,kepala ku terasa pusing." ucap zhafira pasrah.
Zhafira pun mencari tempat duduk, sementara windi dengan senang hati memilihkan baju untuk zhafira.
Dia tidak mau eric sampai marah, karena melihat zhafira yang nantinya hanya berbelanja sedikit.
Zhafira duduk di bangku yang tersedia di sana, dengan tangan yang bergerak mengipasi lehernya yang terasa gerah.
"Zhafira." seru seseorang dengan suara baritonnya.
Zhafira yang tersentak pun, melihat ke sumber suara.
"Arga." pekik zhafira terkejut.
Seketika zhafira pun panik, saat melihat arga pun berada di sana.
"Apa yang sedang kamu lakukan di sini, arga?" sahut zhafira bersikap, sebiasa mungkin.
Arga dapat melihat kegugupan zhafira,dia pun segera membawa zhafira keluar dari toko itu.
"Arga kamu mau bawa aku, kemana? " pekik zhafira, saat tiba-tiba Arga menarik tangannya.
Arga tidak menjawab,dia terus menarik tangan zhafira sampai keluar dari toko itu.
Kendrick yang sejak tadi mengawasi zhafira, menatap mereka dengan tatapan tajam sulit di artikan.
Dia pun mengeluarkan ponselnya dan mengambil gambar kebersamaan zhafira dan arga. setelah berhasil mengambil gambar, Kendrick langsung mengirimkannya ke no eric.
Ting...
Pesan Kendrick berhasil terkirim, kepada eric.dia pun kini melanjutkan mengawasi zhafira dan arga.
***
Di kampus hilarios
Drrrt... Ting...
Ponsel eric, bergetar menandakan jika ada notifikasi pesan yang masuk.
Eric yang sedang bersama teman-temannya pun segera, melihat ponselnya.
Raut wajah eric,seketika berubah dingin, rahangnya mengeras bahkan dia merasakan dadanya yang bergemuruh karena marah. saat melihat foto kebersamaan zhafira,dan arga yang dikirimkan oleh Kendrick.
"Kamu sudah mengabaikan peringatan saya, zhafira.Lihat saja,l nanti,apa yang akan saya lakukan pada mu, zhafira!" gumam eric dalam hati.