Kanara Rusadi, wanita beranak satu yang menikah dengan laki-laki keji karena dijual oleh ibu tirinya. Kanara kabur dari rumah akibat mendapatkan kekerasan dari suaminya. Ia bersama putranya harus hidup serba berkekurangan.
Demi sang putra dan berbekal ijasah SMA, Kanara bertekad masuk di sebuah perusahaan besar milik laki-laki yang pernah dia tabrak mobil super duper mahalnya.
Pertemuan awal mereka meninggalkan kekesalan Brandon. Namun seiring berjalannya waktu, Brandon mengetahui bahwa Kanara sedang bersembunyi dari suaminya dan saat ini berada di dalam bahaya yang mengancam nyawanya.
Brandon yang diam-diam mulai ada rasa pada Kanara, berusaha menyelamatkan wanita itu dari ancaman sang suami yang berkuasa di dunia gelap. Tanpa ia sadari Kanara adalah wanita yang pernah pernah terjerat dengannya sepuluh tahun lalu dan bocah bernama Bian itu adalah putra kandungnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bsb 26
"Anda tidak pulang?"
Kanara menatap Brandon dari tempatnya duduk. Pria itu sendiri sedang duduk di sofa dalam kamar rawat Bian, masih mengenakan setelan jas kantornya. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tetapi Brandon tetap bertahan di sana sejak Bian di bawa ke gedung ini. Bahkan sekarang, dia masih menunggu Bian yang baru saja selesai menjalani operasi kepala pasca tertimpa lemari tadi.
Brandon mengangkat wajahnya dari layar ponsel, menatap Kanara dengan ekspresi datar.
"Aku ingin menunggu Bian sadar."
Kanara merasa semakin tidak enak. Pria itu seharusnya sudah beristirahat, bukannya duduk di rumah sakit sepanjang malam seperti ini, menemaninya dan Bian. Apalagi posisinya yang sebagai seorang bos besar.
"Tapi anda,"
"Sudah kubilang jangan bicara formal denganku lagi kan?" potong Brandon langsung.
"Ka- kamu pasti lelah." Kanara langsung mengganti gaya bicaranya.
"Ini sudah larut malam. Aku bisa menunggu sendiri di sini," ujar Kanara pelan.
Brandon menghela napas panjang, meletakkan ponselnya di meja kecil di sebelah sofa.
Alih-alih menjawab, Brandon justru menatap Kanara dalam-dalam. Ada sesuatu di sorot matanya yang membuat wanita itu merasa sedikit tidak nyaman.
"Kenapa kau tidak menghubungi suamimu untuk memberitahukan keadaan putramu?"
Pertanyaan itu membuat Kanara tercekat. Ia menunduk, merasa agak gelisah. Otaknya berpikir keras memikirkan alasan yang bisa di terima.
"Aku ... Aku tidak ingin merepotkannya. Dia sibuk dengan pekerjaannya."
Brandon mengangkat alis, tampak tidak puas dengan jawaban itu.
"Sibuk? Tapi Bian itu putra kalian, bukankah suamimu berhak tahu?"
Kanara menatap Brandon dengan mata yang masih sedikit memerah.
"Aku tidak ingin merepotkannya." kata Kanara.
Keheningan menggantung di antara mereka. Brandon menyandarkan punggungnya ke sofa, wajahnya berubah serius.
"Kalau begitu, biarkan aku bertanya lagi. Kenapa kau tidak memberitahunya sama sekali? Setidaknya dia punya hak untuk tahu, meskipun dia tidak datang. Kecuali hubungan kalian memang tidak sedang baik-baik saja."
Kanara menggigit bibirnya, berusaha menahan emosi yang mulai mendesak keluar.
"Ini urusan rumah tanggaku, kau tidak berhak ikut campur." ucap Kanara dingin.
Brandon menatapnya lama, matanya seakan menelanjangi semua dinding pertahanan yang Kanara coba bangun. Namun, pria itu belum mengatakan apa-apa. Masih setia menatap Kanara. Kanara sendiri merasa canggung sekali. Kemudian Brandon membuka suaranya lagi.
"Kau sudah lupa apa kataku siang tadi?" Pria itu menatap Kanara lurus-lurus.
"Aku sudah tertarik padamu. Jadi kalau ku dapati sedikit saja cela antara hubunganmu dan suamimu yang tidak baik-baik saja, aku tidak akan pernah mundur." ujarnya akhirnya.
Kanara tidak tahu harus berkata apa. Jantungnya yang berdetak cepat berusaha dia redam. Bahkan ia tidak pernah berdebar-debar seperti ini saat berhadapan dengan Damian. Debaran yang dia rasakan terhadap Damian adalah debaran ketakutan yang membuatnya ingin melarikan diri jauh-jauh dari laki-laki kejam itu. Tetapi debaran yang dia rasakan karena Brandon sulit dia artikan. Yang pasti bukan debaran ketakutan.
Di belakangnya, setelah mengatakan kalimat tadi dengan tegas, Brandon kembali fokus pada ponselnya. Meskipun tidak lagi berbicara, kehadirannya membuat Kanara merasa sedikit lebih kuat.
Tak ada lagi di antara mereka yang bicara. Kanara kembali fokus ke Bian. Mengusap-usap punggung tangan putranya, berharap bocah itu segera membuka matanya. Dalam hati ia bertanya-tanya kenapa Bian bisa tertimpa lemari. Lemari sebesar itu kenapa bisa jatuh? Tidak mungkin karena angin. Segalanya masih tidak masuk akal bagi Kanara. Dia ingin mencari tahu, tapi nanti. Sekarang fokus dulu dengan kesembuhan Bian.
Sepuluh menit berlalu. Brandon berdiri, lalu menatap Kanara.
"Aku akan memastikan administrasi selesai sebelum aku pulang."
Kanara menoleh lalu segera berdiri.
"Tidak usah, biar aku saja. Aku adalah ibu kandungnya. Seharusnya aku yang bertanggungjawab dengan putraku sendiri." katanya tidak mau merepotkan bos-nya lagi. Brandon menatapnya cukup lama.
"Bukan meremehkanmu, tapi apa kau punya uang 100 juta di tanganmu sekarang? Biayanya memang belum dipastikan berapa banyak, tapi aku yakin tidak beda jauh dari jumlah yang baru saja aku katakan." Brandon berkata dengan nada datar.
100 juta?
Kanara terpaku. Sebanyak itu?
Tubuhnya terasa lemas. Angka itu seakan menghantamnya dengan keras. Gajinya bahkan tak sampai sepersepuluh dari jumlah itu dan dia bahkan belum gajian karena baru beberapa hari kerja.
"Sebanyak itu?" bisik Kanara, suaranya nyaris tidak terdengar.
Brandon menatapnya tanpa ekspresi, lalu menghela napas.
"Aku tidak bermaksud membuatmu panik, tapi ini kenyataan. Operasi kepala dan perawatan intensif seperti ini tidak murah."
Kanara menunduk, dia masih punya beberapa perhiasan pemberian Damian yang dia bawa. Apakah dia jual saja?
"Biarkan aku saja yang bayar. Seratus juta adalah jumlah yang sangat kecil buatku. Kau temani saja putramu." setelah berkata begitu, Brandon langsung keluar tanpa berbicara sepatah kata pun.
Kanara menatap punggung Brandon yang semakin menjauh. Langkahnya tetap tegap meskipun ia pasti lelah, sudah menemani Kanara dan Bian sejak siang. Kanara merasa berat, seperti ada sesuatu yang menggantung di dadanya. Perasaan berhutang, bukan hanya soal materi, tapi juga kebaikan dan perhatian yang pria itu tunjukkan padanya.
Ia memejamkan mata sejenak, mengingat semua kejadian hari ini. Dari mulai kepanikannya saat bertemu Vana, dirinya jatuh sakit akibat syok, kemudian Bian tertimpa lemari, hingga mengambil alih semua tanggung jawab tanpa ragu. Tapi yang paling sulit di terima Kanara adalah kenyataan bahwa pria itu, Brandon, tertarik padanya.
Masih sulit dipercaya. Bagaimana mungkin seseorang seperti Brandon yang tampak selalu dingin, dan penuh kendali bisa tertarik padanya? Kanara bahkan tidak yakin apa yang ia miliki yang bisa membuat pria itu tertarik. Dia adalah ibu beranak satu, dan itu jelas sekali. Tapi tidak ada yang menarik dari kepribadiannya.
Namun, di balik semua itu, ada rasa takut yang menghantui. Hubungannya dengan suaminya sudah sangat rumit. Dia jelas masih wanita yang bersuami, tidak pantas baginya untuk memimpikan laki-laki lain, terutama yang memiliki segalanya seperti Brandon.
Kanara menghela napas berat, lalu menatap Bian yang masih terbaring. Anak kecil itu masih terlelap di atas kasur rumah sakit, tubuhnya tampak kecil dan lemah. Melihat wajah pucat putranya, hati Kanara mencelos.
Dia menggenggam tangan kecil Bian yang terasa hangat di telapak tangannya.
"Maaf ya, sayang." bisiknya dengan suara bergetar.
"Mama akan lakukan apa pun supaya kamu cepat sembuh."
Air mata mengalir tanpa bisa ia tahan. Di tengah semua kekalutan ini, satu hal yang pasti: Bian adalah prioritasnya. Tidak peduli betapa sulitnya situasi ini, ia akan berjuang demi anaknya. Dan soal Brandon? Kanara tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi ia tidak ingin memikirkan itu sekarang.
dia punya prinsif, walaupn rumah tangganya tidak baik baik saja tp dia tetap menyembunyikan keretakan rumahtangganya
apalagi dia menyadari bahwa dia dan brandon tidak punya hub apa2 kecuali karyawan dan bos saja
mangkanya brandon gercep dong.. biar tau kebenarannya
kasian bian yg ketakutan trs karena Damian. semoga Brandon dpt memberikan kasih sayang utk bian, anak & wanita yg di cari oleh Brandon 😊
biarkan autor yg berpikir dan bekerja menyatukan kalian hihihi 😄
Karena bian banyak kesamaan dan kemiripan dgnmu brandon dan hubungan kanara dgn suaminya tdk baik2 aja...
Ayolah kanara sebaiknya berkata jujur sm brandon hubungan dgn suamimu sangat rumah dan tdk bahagia....
kanara menyadari tidak pantas bersanding dgn brandon krn brandon horang kaya perbedaan statusnya...
kanara msh terikat sm damian dan blm bercerai....
Kanara biarkan brandon membahagiakanmu dan bian kalian berdua berhak bahagia selama hidup Kanara dan bian sangat menderita dibawah ancaman dan tekanan damian...
Semakin menarik dan seru bikin penasaran thor...
Lanjut thor.....
Semangat sll....
Sehat selalu...
nunggu Brandon melakukan tes DNA..
Jujur saja Kanara tentang rumah tanggamu dan si Damian yang sangat kejam itu sm Brandon,biar Brandon langsung mengusutnya si Mafia kejam Damian
gak sabar nunggu kelanjutan nya