SUN MATEK AJIKU SI JARAN GOYANG, TAK GOYANG ING TENGAH LATAR. UPET-UPETKU LAWE BENANG, PET SABETAKE GUNUNG GUGUR, PET SABETAKE LEMAH BANGKA, PET SABETAKE OMBAK GEDE SIREP, PET SABETAKE ATINE SI Wati BIN Sarno.... terdengar suara mantra dengan sangat sayup didalam sebuah rumah gubuk dikeheningan sebuah malam.
Adjie, seorang pemuda berusia 37 tahun yang terus melajang karena tidak menemukan satu wanita pun yang mau ia ajak menikah karena kemiskinannya merasa paling sial hidup di muka bumi.
Bahkan kerap kali ia mendapat bullyan dari teman sebaya bahkan para paruh baya karena ke jombloannya.
Dibalik itu semua, dalam diam ia menyimpan dendam pada setiap orang yang sudah merendahkannya dan akan membalaskannya pada suatu saat nanti.
Hingga suatu saat nasibnya berubah karena bertemu dengan seseorang yang memurunkan ajian Jaran Goyang dan membuat wanita mana saja yang ia kehendaki bertekuk lutut dan mengejarnya.
Bagaimana kelanjutan kisah Adjie yang berpetualang dengan banyak wanita...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembar Mayang
Pagi ini suasana sangat ramai dikediaman rumah orangtua Cintya. Sebuah pernikahan yang cukup meriah dengan menggunakan jasa WO yang cukup terkenal dan pastinya akan membuat sang pengantin wanita menjadi sangat cantik.
Para tamu undangan sudah datang. Pesta sangat meriah dengan berbagai hidangan yang sangat lezat dan menyembelih seekor sapi yang jarang dilakukan saat ada pesta pernikahan.
Diantara mereka yang sedang bergotong royong untuk membantu penyelenggaraan pesta pernikahan, terlihat Adjie yang ikut membantu diacara tersebut.
Didalam kamar, Cintya sudah dirias dalam balutan pakaian adat jawa yang membuat dirinya terlihat begitu cantik dan anggun dengan hiasan pais yang ada dikeningnya.
Kembang melati asli yang menghiasi rambutnya tampak berubah kecoklatan, meskipun sudah disimpan dengan benar dilemari pendingin.
Sang perias pengantin terlihat was-was dengan kejadian yang tak biasa.
Sebagai perias yang sudah berpengalaman, ia mendapatkan petuah dari orang terdahulu, jika melati menguning sebelum acara nemok-kan (Istilah adat Jawa saat acara pertemuan pengantin pria dan wanita), maka wanita itu sudah tidak lagi perawan.
"Mbak, buruan, acaranya mau dimulai," salah satu keluarga memberitahu kepada perias agar pengantin segera keluar untuk mengadakan acara adat yang ditunggu-tunggu para tamu, karena sangat sakral dan juga hiburan.
Cintya keluar dan melangkah dengan anggun, ia terlihat begitu sangat cantik dan semua tamu terpana melihat kecantikannya hari ini.
Akan tetapi, semua itu hanya sesaat saja, karena melati yang dikenakan sebagai hiasan rambut Cintya menguning dan hampir membusuk.
Bisik-bisik yang mendengung bak suara kepakan sayap lebah mulai terdengar dan mereka menerka-nerka jika Cintya sudah tidak perawan lagi dan make in love sebelum akad nikah.
"Lihat, tuh! Kembang melatinya kenapa busuk begitu?" bisik seorang emak-emak yang menggunjing denhan tatapan julid.
"Mungkin penyimpanannya yang salah," jawab wanita satunya.
"Sudah-sudah! Kita lihat kembar mayangnya saja. Jika layu juga, maka jelas sudah tidak perawan," seorang emak-emak bertubuh gempal menyela.
Mereka menganggukkan kepalanya. Mereka sepertinya setuju dengan apa yang diucapkan oleh rekan gosipnya.
Dipelaminan, Cintya tampak gelisah. Ia terus mengedarkan pandangannya untuk melihat dimana keberadaan Adjie saat ini.
Hatinya begitu hampa, ia sangat merana dan tak mampu menyembunyikan perasaannya yang menggebu untuk selalu berada disisi sang pria pujaan hatinya.
"Kang Adjie, dimana kamu?" gumamnya lirih. Ia sungguh ingin kehadiran pria itu. Andai saja Adjie tak melarangnya untuk kawin lari, maka ia sudah hidup bersama dengan pria itu.
Sesaat Adjie membawa keranjang untuk mengumpulkan piring-piring kotor bekas makan para tamu undangan. Sejenak ia melihat Cintya yang tampak sumringah ketika melihat kehadiran dirinya.
Wajah pengantin yang tadinya lesu, kini terlihat bersemangat.
Sesaat senyum itu memudar, ketika terlihat dari kejauhan arak-arakkan dari pengantin pria yang menuju ke area tempat yang sudah disediakan.
Terlihat Rama yang begitu bersemangat, karena membayangkan akan belah duren malam ini dengan gadis pujaannya.
Senyum bahagia tak lekang dari bibirnya. Terlihat rombongan yang menjadi pengiring pengantin membawa salah satu kembar Mayang dan Cintya turun dari pelaminan untuk menyambut pengantin prianya.
Seseorang membawa kembar mayang untuk menjadi pengiringnya. Seketika gunjingan.kembali terjadi. Dugaan yang terus bergulir bak bola salju menjadi ghibahan hangat sepanjang acara tersebut.
Dimana kembar Mayang milik Cintya layu dan tidak segar lagi. "Tuh, kan! Bener dugaanku, si Cintya sudah tidak perawan lagi. Lihat saja kembar mayang itu, layu dan kering," bisik salah satu emak-emak yang sedari tadi menaruh rasa curiga.
Pergunjingan semakin panas, saat Cintya yang terlihat tidak bersemangat saat melakukan ritual adat tersebut.
Adjie tersenyum licik. Ia dapat mmebayangkan bagaimana rasanya ketika dihancurkan dan luka yang tak berdarah akan segera dirasakan oleh Rama.
Ia berniat meninggalkan acara pesta sebelum usai. Namun langkahnya terhenti saat seseorang menegurnya. "Eh, Djie, mau kemana? Kok, buru-buru, sih. Sinilah dulu kita ngumpul," Toni menahannya.
"Kenapa, Djie? Nyesek liat para bocil.sudah nikah, sedangkan kamu sudah lajang tua, bahkan mendekati lapuk," celoteh Kang Kasman yang saat itu sedang mengunyah dodol.
Serentak orang-orang yang ada ditempat itu tertawa ngakak dan ikut membully Adjie karena kejombloannya.
"Sudah, sudah. Tidak boleh seperti itu, namanya jodoh rahasia Illahi, kita gak tau kapan pastinya datang," Toni mencoba menghentikan pembullyan itu, sebab bagaimanapun seseorang memiliki air muka yang tidak dapat menerima cemoohan berkedok candaan.
"Tak apa, toh, Kang Toni. Saya hanya takut saja kalau nanti bu Darmi jatuh cinta sama saya dan minta dinikahi saya kan repot." Adjie menatap pada Kasman yang tersedak karena balik dibully olehnya.
"Sialan, kamu, Djie, masa biniku juga mau kamu embat, kalau udah gak laku ya jangan naksir bini orang!" sahutnya dengan hati yang meradang.
Adjie tersenyum sinis. Lalu mengambil sepotong dodol untuk ia.kunyah. "Makanya jangan mengejek, jika tidak mau dibalas!" Adjie memasukkan camilan tersebut ke dalam mulutnya, lalu beranjak pergi.
"Dasar bujang lapuk!" maki Kasman dengan hatinya yang terbakar cemburu, dan itu masih terdengar ditelinga Adjie.
Saat bersamaan, ia berpapasan dengan Darmi-istrinya Kasman. Wanita itu berusia sekitar 42 tahun, dan bagi Adjie masih terlihat cukup menarik, karena wanita itu terlihat semok setelah melahirkan empat orang anak.
"Eh, mbak Darmi," sapa Adjie, lalu menoleh melihat Kasman dan memberikan senyum liciknya. Kemudian kembali menatap Darmi yang hari ini menggunakan lipstik merah menyala.
"Eh, Adjie. Mai pulang? Acaranya-kan belum selesai," ucap wanita itu dengan nampan berisi bumbu pecal ditangannya.
"Ada keperluan penting, Mbak. Lagian kalau disini lama-lama nanti situ kangen saya," jawab Adjie dengan senyum genitnya, lalu berlalu pergi.
Deeeegh....
Sesaat sang wanita merasakan degub jantungnya seolah terhenti. Senyuman Adjie barusan membuatnya merasakan relung hatinya seolah ada sebuah gumpalan yang mengikatnya.
Hatinya merasa merindukan sosok pemuda tersebut dan ia terlihat gelisah.
"Kenapa aku jadi mikirin dia, sih?" wanita itu bergumam lirih dalam hatinya.
Kasman yang memperhatikan gerak-gerik istrinya merasa sangat curiga, namun untuk menanyakannya ditempat ramai ia tak ingin merendahkan harga dirinya.
Adjie kembali ke rumah. Ia bersiul dengan perasaan yang riang. Didalam rumah gubuknya, Wati sudah bersiap dan berdandan, karena Adjie berjanji akan menikahinya hari ini, meskipun tidak dengan lamaran, bahkan ia terlihat sangat bersemangat.
Melihat kepulangan Adjie, ia menyambutnya dengan senyum sumringah.
"Kang, ayo, katanya kita mau menikah," ucap wanita itu mengingatkan.
Seketika Adjie tercengang, bahkan ia melupakan hal itu. "Aduh, akang lupa. Dan biaya untuk membayar di kantor belum ada dananya," ucapnya dengan rasa tak bersalah.
"Untuk itu tidak usah difikirkan, uang pemberian Juragan Wahyu masih cukup banyak, jadi tenanglah," Wati bersi-keukeh untuk menikah hari ini dengan pria pujaannya.
pindah judul nya dg bab cerita yg nanggung dan gantung