Suatu kesalahan besar telah membuat Kara terusir dari keluarga. Bersama bayi yang ia kandung, Kara dan kekasih menjalani hidup sulit menjadi sepasang suami istri baru di umur muda. Hidup sederhana, bahkan sulit dengan jiwa muda mereka membuat rumah tangga Kara goyah. Tidak ada yang bisa dilakukan, sebagai istri, Kara ingin kehidupan mereka naik derajat. Selama sepuluh tahun merantau di negeri tetangga, hidup yang diimpikan terwujud, tetapi pulangnya malah mendapat sebuah kejutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bisakah Adil?
Selesai makan malam, Kara langsung saja naik ke lantai atas. Ia ingin bermain bersama Finola juga enggan sebab anak itu sudah dibawa masuk Sari ke kamar.
Sudah waktunya gadis kecil itu tidur. Kara masuk kamar. Sekarang ia tidak tahu harus berbuat apa. Tidak ada hiburan di dalam kamar. Ingin keluar rumah juga tidak ada teman.
Kara punya teman sesama pekerja dulunya, tetapi mereka kebanyakan dari luar kota. Mungkin Kara harus mencari tahu teman-temannya pada zaman sekolah dulu.
Satu balon obrolan ia terima. Kara membuka chat terbaru dari nomor majikannya di Hongkong. Nyonya Muda menanyakan hadiah yang Kara inginkan, tetapi Kara tidak menginginkan apa-apa.
"Nyonya sudah banyak memberi barang. Lebih baik tidak merepotkannya," gumam Kara.
Kara berbalas obrolan dengan mantan majikannya itu. Nyonya Muda bahkan meminta Kara untuk kembali. Namun, Kara menolak secara halus. Bagi Kayla, lebih enak berdiam di tanah air sendiri.
"Lebih baik tidur saja," ucap Kara.
Malam ini, Kara tidak tahu apakah suaminya akan diam-diam datang ke dalam kamar. Tapi Kara rasa Elno akan membujuk Sari yang merajuk karena tidak dapat makan malam.
Suara mobil terdengar. Kara lekas mengintip dari jendela kamarnya. Kendaraan Elno keluar dari halaman rumah. Kara berjalan cepat menuju pintu. Dari bawah terdengar suara Sari. Mungkin saja Elno keluar karena membelikan istri keduanya makanan.
Memang Elno tengah keluar membeli makanan untuk Sari. Istri keduanya belum makan malam dan tidak ingin menyantap masakan hambar buatan Kara.
Elno singgah di depan gerobak penjual nasi goreng dan membeli dua porsi untuk dibawa pulang. Sebenarnya ia malas untuk keluar, tapi Sari merajuk jika permintaannya tidak dituruti.
"Keduanya pedas, Bang," ucap Elno.
"Siap," sahut penjual nasi goreng.
Suara motor sport terdengar dari belakang. Elno menoleh pada kendaraan besar yang berhenti di belakang mobilnya. Keningnya berkerut ketika melihat warna motor serta pria yang membawa wanita bersamanya. Si pengendara membuka helm. Elno tersenyum dan tidak menyangka akan bertemu sahabatnya.
"Rupanya pria tampan kita," ucap Elno.
"Tumben jajan malam. Biasa enggak mau makan di luar. Maunya makan masakan Sari," goda Ilmi.
"Ilmi, aku mau bilang sesuatu," kata Elno.
"Eh, selamat buatmu. Jadi kandidat top manager, nih. Calon manager umum," ucap Ilmi.
"Apaan, sih? Mana ada begituan," bantah Elno.
"Halah! Enggak mau ngaku lagi. Jelas-jelas pengangkatannya sebentar lagi."
"Apa model seperti diriku pantas jadi GM? Rasanya enggak mungkin."
"Sudahlah. Jangan merendah. Jelas-jelas kamu sudah diangkat. Bisa jadi nantinya kamu jadi CEO," ucap Ilmi.
Elno tertawa. "Amin. Jadi manager umum, aku sudah bahagia."
Ilmi dan Elno satu kantor. Mereka bekerja di perusahaan yang sama. Jika Elno sudah naik lagi jabatan menjadi manager umum, maka Ilmi berada di bawahnya. Sahabat Elno itu menjabat sebagai manager personalia.
"Pasti Sari senang. Aku rasa dia bakal sibuk buat acara minggu depan. Kamu sudah bagi tau dia berita bahagia ini?" tanya Ilmi.
Elno menggeleng. Sudah pasti Sari akan bahagia mendengarnya. Namun, Elno masih belum memberitahu sebab ia bingung untuk acara perusahaan nanti.
"Mas, nasi gorengnya," ucap penjual.
Elno terkesiap dari lamunannya. Ia membayar dua bungkus nasi goreng dan memberi uang kembalian kepada penjual. Ilmi merasa ada yang aneh pada sahabatnya. Ketika Elno hendak pergi, Ilmi menahannya.
"Ada apa?" tanya Ilmi.
"Kara sudah kembali," ucap Elno.
"Apa?" Ilmi kaget mendengarnya. "Kara kembali? Kapan? Kamu tidak mengatakannya kepadaku dan Tedy."
"Hari Minggu kemarin. Kamu pasti tau apa yang terjadi," ucap Elno.
"Astaga! Jangan sampai dua perempuan dalam hidupmu membuatmu terpuruk."
"Aku memang tengah berada di dalamnya, Ilmi. Hubunganku bersama Kara tidak seperti dulu lagi. Kesalahan semalam menghancurkan semuanya."
Setelah mengatakan hal itu, Elno masuk mobil. Ia membunyikan klakson kemudian berlalu dari sana. Ilmi menggelengkan kepalanya. Nasib asmara sahabatnya tidak semulus kariernya.
...****************...
"Finola sudah tidur?" tanya Elno.
"Sudah di kamarnya sendiri. Nanti malam aku pindahin ke kamar kita," jawab Sari. "Nasi gorengku mana?"
"Nih," Elno menunjukan kantong plastik hitam yang di dalamnya terdapat nasi goreng. "Biar aku siapkan untukmu."
Sari tersenyum. "Terima kasih, Sayang."
Elno bergegas menuju dapur menyiapkan makanan untuk Sari. Ia menyalin dua bungkus nasi goreng ke dalam dua piring. Satu porsi serta air minum siap untuk istri keduanya.
"Nasi gorengmu," ucap Elno sembari meletakkan nampan di meja. Setelah itu Elno kembali ke dapur.
Sari menyantap nasi goreng di depannya. Namun, pandangannya tertuju ketika Elno lewat dengan membawa satu nampan lagi.
"Mau ke mana?" tegurnya.
"Ke atas. Aku beliin Kara nasi goreng juga," ucap Elno.
Sari melahap nasinya dengan rakus. Kesal dan ia lampiaskan kepada makanan. Sekarang bukanlah ia seorang yang harus diperhatikan oleh Elno. Ada wanita yang lain juga di dalam rumah ini.
Elno mengetuk kamar. Berharap Kara akan membuka pintunya dengan segera. Elno kembali mengetuk agak sedikit keras, dan Kara membuka.
"Ada apa?" tanya Kara.
"Aku kayak masuk ke kamar anak gadis. Kamu istriku. Izinkan aku untuk leluasa masuk sini, ya."
Kara bergeser dari depan pintu. Elno tersenyum, lalu melangkah masuk. Ia meletakkan nasi goreng di meja.
"Aku bawain kamu nasi goreng. Pasti kamu kangen dengan makanan ini. Ayo, makan," kata Elno.
Kara melirik nasi goreng itu. Memang benar jika ia merindukan makanan Indonesia. "Terima kasih."
Kara duduk di sofa, ia mengaduk-aduk nasi itu dulu sebelum menyuapkannya ke dalam mulut. Elno keluar tanpa menutup pintu. Kara tidak peduli dan tetap melahap nasinya.
Elno masuk ke kamarnya bersama Sari. Ia membuka lemari dan mengeluarkan beberapa pakaian. Sari yang baru masuk kamar heran akan suaminya.
"Kamu lagi cari apaan? Baju semua dikeluarin," kata Sari.
"Baju-bajuku mau aku pindah ke kamar Kara. Sebagian di sini dan sebagian di kamarnya," ucap Elno.
"Kara yang menyuruhmu?"
"Enggak, kok. Tapi memang harus begini. Waktu aku tidur di kamarnya, aku bisa langsung ganti baju di sana," kata Elno.
"Rupanya aku memang harus berbagi," ucap Sari lirih.
Elno menghentikan tangan dari mengepak baju. "Mau ngeluh?"
"Bukan begitu. Aku hanya merasa tidak terbiasa," kata Sari.
Elno mengembuskan napas panjang. "Aku lelah menjelaskannya padamu, Sar."
"Kumohon untuk berlaku adil kepada kami," ucap Sari.
"Meski aku berlaku adil, apa kalian akan merasa adil?" tanya Elno. "Awal-awal aku sudah bilang padamu. Sebaiknya kita tidak menikah."
"Jadi, kesucianku itu tidak ada harganya?" ucap Sari.
"Aku tidak bermaksud begitu."
Elno tidak tahu menjelaskannya. Setiap pribadi punya pemikiran masing-masing. Ada yang menganggap jika cinta satu malam hanya sebagai pengalaman bagi yang pikirannya terbuka. Elno ingin sekali menjadi Ilmi dan Tedy. Mereka bisa meniduri wanita mana pun tanpa ikatan sah. Namun, Sari jelas bukan wanita seperti itu.
"Kamu menodaiku, El. Kamu anggap apa aku?" ucap Sari.
"Jangan lagi dibahas. Aku akan adil terhadap kalian."
Bersambung
penuh makna
banyak pelajaran hidup yang bisa diambil dari cerita ini.
sampai termehek-mehek bacanya
😭😭😭😭🥰🥰🥰
ya Tuhan.
sakitnya