Naura memilih kabur dan memalsukan kematiannya saat dirinya dipaksa melahirkan normal oleh mertuanya sedangkan dirinya diharuskan dokter melahirkan secara Caesar.
Mengetahui kematian Naura, suami dan mertuanya malah memanfaatkan harta dan aset Naura yang berstatus anak yatim piatu, sampai akhirnya sosok wanita bernama Laura datang dari identitas baru Naura, untuk menuntut balas dendam.
"Aku bukan boneka!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Sebelas
Lina menunggu di luar ruangan dengan perasaan yang sangat cemas. Walau tubuh Naura tak banyak mengeluarkan darah tapi dia tetap kuatir karena wanita itu mengatakan tadi perutnya terbentur cukup keras. Beruntung saat ini jadwal Tante Cindy, sehingga wanita itu bisa langsung menangani persalinan sesarnya.
Surat izin untuk operasi ditanda tangani Lina. Dia meminta temannya Rasya untuk datang membantu. Sendirian menghadapi semuanya ada rasa takut pada diri wanita itu.
Setelah dilakukan penanganan awal, Naura akan segera masuk ke ruang operasi. Dia meminta Dokter Cindy memanggil temannya Lina.
Dengan langkah cepat Lina masuk ke ruangan di mana Naura berada. Dia lalu menemui wanita itu.
"Lin, aku mohon padamu, jangan hubungi suamiku. Aku sudah meminta Tante Cindy untuk merahasiakan ini juga dari suamiku. Aku yakin mobilku di sabotase suami dan selingkuhannya. Aku ingin minta bantuanmu, carikan orang yang bisa bekerjasama untuk mengatakan jika aku telah tiada. Berapa pun biayanya, akan aku bayar. Tapi dia harus bisa meyakinkan semua keluarga suamiku jika aku meninggal dalam kecelakaan!" ucap Naura dengan terbata karena menahan sakit.
Lina terbelalak, kebingungan. “Apa? Naura, kamu gila? Kenapa kamu ingin melakukan hal seperti itu?”
“Aku sangat marah pada Alex. Dia berselingkuh, Lin! Bersama Weny! Dia juga ingin menguasai hartaku. Aku yakin kecelakaan yang aku alami ini ada campur tangan mereka,” suara Naura bergetar penuh emosi. Tangannya mengepal, menunjukkan betapa sakitnya perasaan yang dia pendam.
Lina terhenyak. “Jadi, kamu ingin membalasnya dengan berita bohong ini? Itu … tidak masuk akal! Bagaimana kalau dia benar-benar merasa kehilangan? Atau orang lain, keluargamu?”
“Justru itu! Aku ingin semua orang merasakan sakit yang sama seperti aku. Aku ingin mereka tahu betapa kejamnya dia! Aku tak memiliki keluarga dekat. Dan aku tak yakin dia akan merasa kehilangan.” Naura berkata, air matanya mulai menggenang.
Lina menggigit bibirnya, tidak tahu harus berkata apa. Namun, satu hal yang pasti, dia merasa bingung dan khawatir. “Naura, ini bukan jalan yang benar. Kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan cara lain.”
“Tidak ada cara lain, Lin! Semua orang harus paham betapa hancurnya hatiku! Hatiku ini sudah terlalu remuk karena pengkhianatan dia. Dan Weny! Dia penyebab semua ini. Semua ini harus dibayar. Suatu saat setelah aku bisa membalasnya, aku akan kembali.” Naura menjelaskan, nada suaranya semakin meninggi.
Lina menghela napas dalam, menarik perhatian Naura. “Kamu harus ingat, Naura. Balas dendam tidak akan membuatmu merasa lebih baik. Justru bisa membuat masalah semakin rumit. Apa kamu sudah memikirkan akibatnya?”
“Aku tidak peduli! Aku hanya ingin balas dendam pada mereka. Ini salah satu caranya.” Naura berkata tegas, meskipun hatinya bergetar. “Tolong, Lin. Aku perlu kamu melakukan ini untukku.”
Lina merasakan ketegangan dalam suara Naura. Dia mengetahui sahabatnya tidak akan mundur. “Oke, kalo gitu, bagaimana rencananya?”
“Bisa kamu sebarkan berita ini ke keluargaku, teman-teman kita, dan semua orang di media sosial? Katakan bahwa kami meninggal dalam kecelakaan mobil di jalan tol,” Naura menjelaskan dengan suara pelan, seakan-akan dia tak percaya dengan apa yang dikatakannya.
Lina menggelengkan Kepala, “Baiklah, jika itu yang kamu inginkan, tetapi aku ingin kamu tahu bahwa aku sebenarnya kurang setuju dengan ini.”
Naura hanya tersenyum dingin. “Terima kasih, Lin. Aku tahu kamu sahabat terbaikku.”
Naura sangat bersyukur tak terjadi hal fatal pada dirinya. Semua karena dia yang selalu menggunakan sabuk pengaman dan membawa mobil dengan kecepatan rendah. Dan saat menyetir tadi dia meletakan bantal di depan perutnya. Sehingga saat dia banting setir dan menabrak pembatas jalan, dia tak mengalami luka parah.
"Temanku Rasya akan segera datang. Aku akan katakan semua keinginanmu ini dengannya. Semoga dia bisa membantu. Sekarang kamu jangan banyak pikiran. Bersyukur anak dalam kandunganmu tak apa-apa. Padahal aku takut terjadi sesuatu dengannya," ujar Lina.
Dokter Cindy memang mengatakan jika bayi dalam kandungan Naura dalam keadaan sehat, tapi dia tetap harus melakukan sesar saat ini juga untuk mengurangi resiko yang mungkin terjadi jika memaksa mempertahankan kehamilan hingga tiba waktunya melahirkan.
Setelah berbicara tentang rencananya, Naura lalu di dorong masuk ke ruang operasi. Lina kembali menunggu di luar.
Tak berapa lama, temannya Rasya datang. Lina tampak sedikit lega. Akhirnya dia bisa meminta bantuan pria itu.
Setelah mengatakan rencana yang Naura inginkan, Rasya akhirnya meminta pada seseorang untuk kembali ke lokasi kejadian secepatnya sebelum jalanan ramai. Dia memerintahkan pada bawahannya untuk membuat mobil Naura dalam keadaan sangat hancur dan meletakan obat merah di dalam mobil seolah itu darah dari istrinya Alex.
Bawahan Rasya lalu memotret keadaan mobil saat ini. Beruntung sekali kecelakaan terjadi di jalan yang jarang dilewati. Naura memang mengambil jalan pintas untuk ke rumah Lina tadi pagi.
Rasya yang ternyata bukan pria sembarangan meminta bawahannya yang lain untuk menyiapkan peti mati yang telah terkunci dan akan dikirim nanti ke rumah suaminya Naura.
Dua jam sudah berlalu. Jam telah menunjukan pukul tujuh pagi. Di kediamannya Alex dan Weny tampak gelisah. Ibu Rini yang melihat itu jadi cukup heran.
"Kenapa kalian berdua tampak gelisah?" tanya Ibu Rini.
"Aku tak melihat Naura ada di rumah, apa Ibu tau kemana dia pergi?" tanya Alex dengan suara yang gugup.
"Ibu tak tau dan tak mau tau. Biarkan saja dia mau kemana. Tumben kamu menanyakan istrimu itu?" tanya Ibu Rini dengan wajah keheranan.
"Aku hanya sedikit kuatir, Bu. Bukankah saat ini Naura dalam keadaan hamil tua. Dia mengendarai mobil sendiri, takut terjadi sesuatu padanya," ucap Alex.
"Jika terjadi sesuatu padanya, itu kesalahan dia sendiri. Kenapa keluar rumah dan masih mengendarai mobil padahal sedang hamil besar!" seru Ibu Rini.
Alex tampak menarik napas dalam. Begitu juga yang dilakukan Weny. Lagi-lagi Ibu Rini menjadi heran melihat tingkah kedua orang itu yang sedikit aneh.
"Heran, kenapa kalian yang jadi gelisah dan kuatir dengan keadaan wanita itu? Ada apa ini?" tanya Ibu Rini.
Alex lalu berjalan menuju meja makan tanpa pedulikan pertanyaan ibunya. Dia menarik kursi dan duduk dengan gelisah. Weny menyusul apa yang pria itu lakukan.
Di atas meja tersedia menu sarapan pagi yang cukup nikmat tapi tak bisa menggugah selera makan kedua orang itu. Mereka masih tampak gelisah dengan wajah yang kuatir.
Ibu Rini juga ikutan menarik kursi dan duduk dihadapan putranya. Dia mengambil nasi goreng seafood yang di masaknya. Tadi mertuanya Naura itu terpaksa memasak sarapan setelah tahu menantunya itu tak ada di rumah.
Saat akan makan, gawai Alex berdering. Dia melihat ada nomor tak di kenal menghubunginya. Pria itu ragu mengangkatnya. Namun, beberapa kali tetap berdering. Akhirnya suami Naura itu menekan tombol hijau.
untuk weni rasain kmu bkalan di buang oleh kluarga alex.....kmu tk ubahnya sperti sampah tahu gak wen.....bau busuknya sngat mnyengat dan mnjijikan /Puke//Puke//Puke//Puke//Puke/
Lina jodoh sdh ada yng mengatur jd tetap lah 💪💪
lanjut thor 🙏
karna memang cinta tak harus memiliki
Alex selamat terkejut ya semoga jantung aman aman saja