Lelaki yang sangat ingin kuhindari justru menjadi suamiku?
•••
Kematian Devano dan pernikahan kedua sang Papa, membuat kehidupan Diandra Gautama Putri berubah. Tidak hanya itu, dia menjadi pasangan seorang Kaiser Blue Maverick ketua geng motor HORIZON. Cowok bad boy yang membencinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tiatricky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15
"Mulai sekarang, istri kamu tidur di kamar ini. "
"Nggak bisa, Bun. " Kaiser melipat kedua tangannya di atas dada.
Selena mencubit pinggang anaknya gemas. "Nggak ada penolakan. Menantu Bunda tidur di kamar ini mulai sekarang hingga pernikahan kontrak habis. Mengerti?."
Kaiser mengeratkan genggaman tangannya. Dia menatap sengit Diandra. "Lo boleh tidur di kamar gue. Tapi gue minta Lo jaga jarak aman dari gue. Ngerti Lo?."
Diandra mengangguk kepala mengerti. "Me mengerti. "
Selena tersenyum puas. Dia lalu menoleh pada pengawal yang membawa koper berisi barang pribadi menantunya. "Bawa masuk aja, pak. "
"Baik, nyonya. " Pengawal itu menyeretnya dan menaruh koper tersebut. Kemudian beranjak pergi dengan sedikit membungkukkan badannya sopan.
Diandra menghela nafas panjang. Dia masih memakai gaun pengantin. "Bun, aku mau ganti gaun sebentar. "
Selena tampak berpikir sejenak. Menoleh kearah Kaiser dan tersenyum tipis. "Biarkan suamimu membantunya. "
"Apa?." Pasutri baru itu mendelik.
"Kenapa aku harus membantunya? Dia kan bisa sendiri. Merepotkan." Kaiser menatap malas Diandra.
"A aku bisa sendiri kok, Bun. " Diandra tersenyum memaksa. Dia merasakan tatapan tajam laki-laki itu.
Selena menghela nafas berat. "Jangan menolaknya. Kamu nggak bisa melepaskan gaun itu begitu saja. Ada titik buta yang nggak kelihatan. Dan Bunda ada kegiatan lain. "
"Bu— brengsek!." Kaiser mengumpat kesal. Dia mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Berjalan dengan cepat menuju kearah pintu dan menutupnya dengan kasar.
Brak
Diandra memegangi dadanya. Wajahnya terlihat marah sekarang. Bagaimana ini? Khawatir.
Kaiser memandangi leher jenjang dan indah itu dalam diam. Kakinya melangkah dengan pelan. "Leher Lo bersih dan mulus ya. "
Tubuh Diandra membeku di tempatnya. Jantung berdebar kencang saat merasakan nafas hangat Kaiser. Tubuhku ini kenapa? Bergeraklah! Jangan sampai dia menyakitiku.
Ingatan kejadian malam saat mabuk berat itu melintas di benak Kaiser. Memegangi kepalanya. Itu Vanesa bukan? Tapi bukannya Vanesa bareng Elang?
Kaiser mencoba untuk mengingat baik-baik. Bayangan wajah Vanesa perlahan berganti dengan gadis lain. Nggak mungkin gue cium cewek killer ini. Bohong. Ini pasti bohong. Tapi..
"Arghhh!."
Diandra yang terkejut reflek membalikkan badannya. "Ka kamu kenapa Kai? Kepalamu sakit?."
Plak
"Jadi itu beneran Lo yang gue cium malem itu? Kenapa Lo nggak hindar hah?." Kaiser menampar pipi Diandra hingga wajah gadis itu tertoleh ke samping.
"Gimana aku menghindar sedangkan aku cewek. Kenapa menyalahkan ku? Kamu tiba-tiba menahan ku dan menciumi ku. Kamu pikir aku diam saja?."
Mata Diandra berkaca-kaca sekarang. Dia melemparkan bantal sofa dengan kasar. Bahunya bergetar hebat. "Hiks! Kamu jahat banget sama aku. Dan kamu nggak pernah percaya sama ucapan ku. Kamu jahat Kai!."
Kaiser seketika kesal dan memegang kedua bahu Diandra. Kukunya yang tajam menusuk kulit mulus Diandra hingga berdarah. "Dan Lo berani nyalahin gue? Gitu? Makin lama Lo makin kurang ajar. Oke. Gue kasih hukuman ke Lo. " Tersulut emosi yang meluap-luap.
Diandra meringis kesakitan. Kepalanya mendongak dikarenakan dijambak Kaiser. "A aku jujur sama kamu! Kamu kamu.."
Kaiser mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Melihat betapa banyaknya airmata turun dari pelupuk mata kebiruan itu. "Kenapa hm? Kok diem doang. Lawan gue. " Dia menantangnya namun gadis itu menggelengkan kepala tidak berani.
Laki-laki itu tersenyum miring dan memajukan wajahnya. Menempelkan hidung pesek Diandra dengan miliknya.
"Kai..kamu.." Diandra kesulitan untuk mengatakan sesuatu. Mata abu-abu itu sangat menakutinya. Tubuhnya bahkan bergetar hebat.
Bug
Tubuh gadis itu terjatuh di lantai dengan kerasnya.
Bruk
Kini tubuhnya ditindih suaminya. Dia semakin kesulitan bergerak bebas.
"Gue inget Bunda nyuruh gue bantu bukain gaun pengantin Lo. Oke. Gue mau. " Kaiser tersenyum miring.
"Aku bisa sendiri kok. Ka kamu.." Diandra menarik nafas dalam-dalam kemudian mengeluarkan perlahan.
Kaiser memanyunkan bibirnya. Dia lalu menahan kedua tangan Diandra dengan satu tangannya. "Gue lagi baik nih. Jangan nolak ya cewek brengsek!."
Diandra menggelengkan kepalanya kuat. Dia merasakan jari jemari Kaiser bergerak di area lehernya. "Hen hentikan. "
"Lo kurus banget tapi dada Lo gede. Bisa buat nenen nih. " Kaiser berujar dengan santai.
Kini jari jemari Kaiser berhenti di resleting yang berwarna senada dengan gaun Diandra.
"Katanya nggak benci tapi pengen cobain. " Celetuk Krisna terkekeh geli.
"Diem Lo anjing! Gue cuma ngasih pelajaran pertama buat cewek sialan ini. " Kaiser menyentak tanpa menoleh.
Krisna seketika tertawa kecil. "Haha sorry. Jangan lupa kamarnya dikunci. Bahaya loh kalau ada yang lihat. "
Kaiser pun berdiri dengan tegak kemudian mengunci pintu kamar tidurnya. Berbalik badan dan mendekat kepada istrinya. "Mau kemana sih? Disini aja bareng gue. "
Diandra menghela nafas berat. "Kamu jangan macam-macam sama aku. " Menutup bagian tubuh depannya dengan telapak tangan.
Kaiser terkekeh geli mendengarnya. Dia semakin berjalan mendekat. Lalu meraih pinggang gadis itu. "Gak usah takut gitu dong sama gue. Jadi jijik jadinya. "
Jantung Diandra semakin berdebar kencang. Wajahnya berkeringat dingin. "Berhenti!."
Kaiser terkekeh geli melihatnya. Tangan bergerak di permukaan leher istrinya. "Hah, konyol banget. Gue jadi makin sayang deh sama mainan gue yang baru. Keringetan?."
Diandra mengalihkan perhatiannya. Tuhan, selamatkan aku.
"Mulus banget sih. " Kaiser tersenyum puas. Mendekatkan wajahnya pada leher gadis itu dengan teramat pelan. Sial. Dibandingkan Vanesa, cewek sialan ini lebih mulus lagi.
Cup
"Ka Kai..." Diandra meringis sambil memejamkan matanya. Laki-laki itu menciumi lehernya dengan sedikit agresif. Wajahnya memerah sekarang.
"Let's play girl!." Setelah merasakan kenikmatan tersendiri, laki-laki itu menggigit pelan leher gadis itu.
Tangannya bergerak membuka resleting gaun pengantin. Pelan tapi pasti, keseluruhan resleting terbuka.
Diandra gelisah dan pikirannya tidak karuan. Memberontak namun hasilnya nihil. Gadis itu berusaha untuk melepaskan diri. "Lepasin aku! Aku ingin pergi!."
Kaiser terkekeh geli. Dia memegang bibir tipis gadis itu yang terdapat lipstik merah muda. "Bibir Lo minta digigit ya. Oke. "
Diandra menggelengkan kepalanya. Belum sempat dia berbicara, sebuah kecupan mendarat di bibirnya. "Hmph.."
"Buka!." Kaiser menyentak dengan tatapan tajam. Dia yang geram pun mengigit bibir itu hingga berdarah.
Gadis itu mau tidak mau membuka mulutnya dengan airmata yang rembes membasahi wajahnya. "Hiks!."
Cup
Ciuman itu semakin dalam dan tenang. Tatapan Kaiser seketika sayu. Manis, mungil dan nagih. Gue mau lebih dari ini.
Beberapa saat kemudian Kaiser melepaskan ciuman untuk mengatur nafas. Pipi pasutri baru itu sama-sama memerah dengan nafas yang memburu.
"Hah hah hah. Gila. " Kaiser berucap.
Kali ini tangan Kaiser bergerak melepaskan penutup dada Diandra. Memegangi bagian favoritnya dengan lembut. "Hahaha. Lo kenapa nangis ha?."
Diandra dengan keberanian menatap mata abu-abu itu dengan sendu. Tatapannya penuh kesedihan yang mendalam. "Kamu mencuri ciumanku semudah ini? Padahal aku hanya memberikan pada lelaki yang kucintai. Dan itu bukan kamu. "
Tatapan Kaiser berubah tajam. Jari jemarinya bergerak bebas menekan dada Diandra. "Buat apa gue peduli dengan pembunuh kaya Lo? Gue pastiin hidup Lo makin menderita setelah ini. "
"Akh!." Diandra memejamkan matanya dengan airmata yang masih saja turun. "Lepasin tangan kamu dari sana. A aku bilangin ke Ayah."
Laki-laki itu seketika terdiam beberapa saat kemudian menjauhkan dirinya dari Diandra. Memalingkan wajahnya kearah lain. Tatapan itu bikin gue sakit aja. Sialan.
Diandra bernafas lega dan terkejut ketika tiba-tiba Kaiser menarik tangannya dengan kasar. Mendudukkan dirinya di paha laki-laki itu. Bisa dia rasakan nafas hangat di bahunya. "Ka kamu mau apa?."
"Bukain gaun Lo. Lo gak betah kan pake beginian?."
Bersambung...