Alea baru mengetahui dirinya hamil saat suaminya telah pergi meninggalkannya. Hal itu di sebabkan karena sang suami yang kecewa terhadap sikapnya yang tak pernah bisa menghargai sang suami.
Beberapa bulan kemudian, mereka kembali bertemu. Suami Alea kini menjadi seorang CEO tampan dan sukses, suaminya secara tiba-tiba menemuinya dan akan mengambil anak yang baru saja dia lahirkan semalam.
"Kau telah menyembunyikan kehamilanmu, dan sekarang aku datang kembali untuk mengambil hak asuh anakku darimu,"
"Jangan hiks ... aku ... aku akan melakukan apapun, tapi jangan ambil putriku!"
Bagaimana selanjutnya? apakah Ady yang merupakan suami dari Alea akan mengembalikan putrinya pada ibu kandungnya? ataukah Ady akan mengambil putri Alea yang baru saja dia lahirkan semalam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25: Mari kita mulai semuanya dari awal
Tatapan Angel mengarah pada Alea, dia menatap Alea dengan pandangannya tak dapat di baca. Dia melihat penampilan Alea dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Penampilan nya biasa saja, bagaimana bisa keluarga ini menerimanya?" batin Angel.
Ara menggeliat pelan, dia merengek kecil karena merasa tak nyaman. Alea yang menyadari itu segera akan beranjak, tetapi Ady lebih dulu mendahuluinya dan mengambil Ara dari gendongan Naura.
"O-oh maaf, maafkan aku yang telah salah sangka. Ku pikir kau pembantu rumah ini, dan tak di sangka kau adalah istri dari Ady," ujar Angel dengan senyum tipis.
"Tidak papa," ujar Alea.
Entah apa yang wanita itu pikirkan, tetapi Alea tak mengambil pusing dengan sikap Angel terhadap suaminya.
"Wah selamat Ady! kau telah menikah dan mendapat istri yang sangat cantik, aku sangat salah mengiranya jika dia pembantumu," ujar Angel memaksa senyumnya.
Ady tak menghiraukan, dia tengah asik bercanda dengan putrinya. Angel pun merasakan sakit di hatinya, bertahun-tahun dia memendam rasa tetapi Ady sama sekali tak meliriknya. Dan kini berita mengenai pernikahan Ady, membuat hatinya seperti tertancap sesuatu.
"Angel sebaiknya kau pulang, grandma mu bilang padaku agar kau segera pulang," ujar Robert.
"Baiklah kakek," ujar Angel dengan senyum manisnya.
Alea sedari tadi memperhatikan Angel, wanita itu tampak sangat ceria dan menjaga keanggunannya.
"Yasudah, kakek, eyang, dan lainnya Angel pamit pulang dulu. Kapan-kapan Angel akan main lagi kesini," pamit Angle.
"Kalau perlu gak usah balik," ujar Naura.
Robert pun menyenggol lengan istrinya, tetapi naura hanya menatap Robert tak terima. Sedangkan Angel hanya bisa memaksa senyumnya, dia segera pergi dari ruang tengah.
"Kamu jangan selalu menyindirnya Naura, bagaimana pun juga dia cucu dari sepupuku," ujar Robert.
"Biar dia sadar, perbedaan sifatnya sangat bertolak belakang dengan karakter asli. Pasti aku yakin jika dia merencanakan sesuatu," ujar Naura.
"Mamah jangan asal fitnah begitu," ujar Ethan.
Naura mendelik menatap putranya. "Fitnah dari mana? kamu lupa apa yang dia lakukan sama Ady dulu? jika kita terlambat datang maka ...,"
"Eyang," sela Ady dan menggelengkan kepalanya berharap Naura tak mengungkit masa lalu lagi.
Naura yang melihat itu mendengus kesal, dia hampir lupa jika Alea ada disini. Wanita itu tampak penasaran dengan apa yang terjadi di keluarga Dominic.
"Sebaiknya papi ajak mami istirahat, ingat darah tinggi mami pi," ujar Ethan.
Robert pun mengajak Naura untuk istirahat, sementara Ady mendekati istrinya dan membawanya menjauh dari ruang tengah.
"Besok jadwal kau kontrol, aku sudah membuat janji dengan dokter mengenai bekas operasimu," ujar Ady.
"Iya mas," nurut Alea.
Ady membawa Alea ke kamar, setelahnya dia menutup pintu dan Alea pun menduduki kasur.
"Kau tak bertanya padaku siapa Angel?" tanya Ady ketika duanya telah duduk berdampingan.
"Apa itu penting?" tanya Alea sambil menatap manik mata Ady.
Ady terdiam, dia tak tahu harus menjawab apa. Bahkan dia tak mengerti mengapa dia memberi Alea pertanyaan seperti itu? tidak penting siapa Angel bagi pernikahan mereka sebab tak akan berdampak apapun.
"Gak mas, jika aku bertanya padamu tentang wanita tadi ... apa hak aku?" tanya kembali Alea.
"Hak kamu karena kamu istriku," ujar Ady.
Alea menggeleng, dia memejamkan sejenak matanya dan kembali membukanya.
"Tapi aku gak dapat hak itu mas, aku hanya sebagai ibu kandung dari anak kamu. Bukankah kamu sendiri yang bilang bahwa kita kembali hanya karena Ara? jika aku bertanya hal itu padamu itu namanya aku tidak ingat dengan perkataanmu saat itu," ujar Alea.
Jantung Ady berdegup kencang, hatinya serasa di remas ketika mendengar apa yang Alea ucapkan. Sebenarnya ini bukan kemauan Ady, dia hanya merasa sakit hati dengan Alea yang kala itu dia kira telah berselingkuh dengan teman kerjanya.
"Tidak usah kita bahas mengenai kita mas, pernikahan kita hanya untuk Ara bukan? yasudah, kita jalani rumah tangga kita hanya untuk Ara. Menjaga kasih sayang hanya untuk Ara, jika suatu saat mas berselingkuh aku pun tidak bisa berbuat apapun," ujar Alea dan bangkit dari duduknya.
Alea menuju sebrang ranjang, dia merebahkan dirinya di kadur dan mulai memejamkan matanya. Padahal ini sudah sore, tetapi Alea malah menidurkan dirinya.
Ady yang mendengar ucapan sang istri sedikit merasa bersalah, dia menatap sendu punggung Alea yang sedikit bergetar. Ady tau jika Alea tengah menangis, wanita itu lebih sensitif ketika melahirkan.
Netra Ady beralih menatap Ara, putrinya hanya memainkan tangannya dan tak mengerti percakapan orang tuanya. Salahkan Ady jika selalu dingin terhadap Alea? ini mengenai perasaannya yang masih terluka dengan perbuatan Alea dulu, jika saja Alea mau menghormatinya sebagai seorang suami pasti keluarga mereka akan bahagia.
"Alea, apa kau pernah berselingkuh?" tanya Ady di sela keterdiaman mereka.
Alea yang tadi memejamkan matanya pun membuka kembali matanya, dia menghapus air mata yang berada mengalir.
"Apa kau pergi karena mengira aku selingkuh? apa kau punya bukti jika saat itu aku berselingkuh?" tanya balik Alea.
"Tidak bisakah kau menjawab pertanyaanku bukan malah balik bertanya seperti ini?!" geram Ady.
Alea terdiam, dia tak lagi membuka suara. Ady pun menghela nafasnya dan menaruh Ara tepat di belakang Alea.
Ady menatap Alea, tangannya memegang sisi ranjang dan tangan lainnya menepuk paha putrinya agar tidak menangis.
"Maafkan aku jika saat bersama ku kamu malah merasakan sakit, tapi aku seperti ini karena dirimu. Sedari kecil aku selalu di hargai, dan saat itu kamu sama sekali tak menghargaiku sebagai seorang suami. Kau pulang larut dengan teman kerjamu yang tenryata dia seorang pria, suami mana yang tidak akan curiga dengan hal itu?"
"Aku mencoba menghubungimu, aku menunggumu di luar rumah. Namun, saat kau sampai ... kau malah membentakku dan menganggap seolah-olah aku tiada," lanjut Ady.
"Aku mencoba untuk bertahan, aku meyakinkan diri jika suatu saat nanti aku akan berubah. Tetapi pada malam itu, saat aku marah padamu ... aku semakin kecewa terhadapmu. Hingga rasa cintaku pada kamu hilang tergantikan rasa benci bercampur kecewa." ujar Ady sambil memainkan tangan kecil putrinya.
Alea mendengar semua keluh kesah Ady, perasaan kecewa yang Ady pendam seperti ini. Alea merasa semakin bersalah, dia kecewa pada dirinya dulu.
"Andai waktu itu kita tidak bertemu kembali, aku tidak tau bagaimana nasib putriku. Apakah dia akan bertanya dimana ayahnya? ataukah kamu akan mengatakan jika aku sudah tiada?"
"CUKUP! hiks ... cukup hiks ... aku tahu kamu sakit hiks ... maaf, maaf, maaf hiks ....,"
Alea berteriak dan menangis, bahkan wanita itu kini telah terduduk dan menatap Ady dengan wajah yang berderai air mata.
"AKu tau kamu sakit, aku paham kesakitan kamu. Tapi ketika kamu ungkit kesakitan itu, dengan perlahan hal itu menghancurkan aku mas hiks ... aku salah, iya aku salah. Kamu mau hukum aku silahkan, kamu mau balas perbuatan kamu dulu silahkan. Tapi satu hal yang aku minta, jangan ungkit kesalahan aku dulu. Itu jauh lebih sakit di bandingkan kamu membalasnya dengan hal yang sama," isak Alea.
Mereka tak menghiraukan tangisan Ara, dia menangis akibat terkejut sentakan Alea. Kedua orang tuanya hanya saling fokus masing-masing sehingga tangisan Ara terasa seperti angin berlalu.
Ady bangkit dari duduknya, dia berjalan memutari ranjang dan terhenti di depan Alea. Dia menduduki dirinya di tepi kasur dan mengambil tangan kanan Alea.
"Maaf, mari kita mulai semuanya dari awal. Aku, kamu dan buah cinta kita,"