NovelToon NovelToon
Masa Kecil Bulan

Masa Kecil Bulan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Nikahmuda / Duniahiburan / Kehidupan di Kantor / Slice of Life / Careerlit
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: yuliani fadilah

Sinopsis:
Cerita ini hanyalah sebuah cerita ringan, minim akan konflik. Mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari Bulbul. Gadis kecil berusia 4 tahun yang bernama lengkap Bulan Aneksa Anindira. Gadis ceria dengan segala tingkahnya yang selalu menggemaskan dan bisa membuat orang di sekitar geleng-geleng kepala akibat tingkahnya. Bulbul adalah anak kesayangan kedua orangtua dan juga Abangnya yang bernama Kenzo. Di kisah ini tidak hanya kisah seorang Bulbul saja, tentunya akan ada sepenggal-sepenggal kisah dari Kenzo yang ikut serta dalam cerita ini.

Walaupun hanya sebuah kisah ringan, di dominan dengan kisah akan tawa kebahagian di dalamnya. Akan tetapi, itu hanya awal, tetapi akhir? Belum tentu di akhir akan ada canda tawa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yuliani fadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 Fika

Bel pertanda pulang kini sudah menggema di seluruh penjuru sekolah SMA Pelita Nusantara. Siswa-siswi penghuni SMA itu pun berbondong-bondong, saling berdesakan keluar dari kelas masing-masing.

Namun, kali ini sedikit berbeda dengan si tokoh utama, dan tak lupa dengan kedua sohibnya. Ketiganya memilih keluar terakhir dari kelasnya. Yakni, kelas XI IPS 2, mereka memilih diam terlebih dahulu daripada harus ikut berdesak-desakan untuk dapat pulang.

"Langsung pulang, lu pada?" tanya Gibran mengawali pembicaraan. Ketiganya sudah keluar dari kelasnya tadi, dan kini ketiga remaja itu tengah berjalan beriringan menuju parkiran dimana kendaraan masing-masing terparkir.

Kenzo menoleh,, mengakhiri acara bermain ponselnya dan menyimpan benda pipih itu pada kantong depan celana abunya. "Gue kagak. Gue kudu jemput tuyul dulu." Kenzo terlebih dahulu menyahuti.

"Gue juga kagak, gue ada urusan." Satria ikut menyahuti.

"Caelah gaya bener lu, ada urusan segala. Kek orang aja lu!" ujar Gibran, dengan nada mengejek. Sementara Satria terlihat sudah menatap Gibran sebal.

Satria menoyor belakang kepala Gibran yang berada di sebrangnya karena Kenzo yang berdiri di tengah-tengah keduanya. "Emang gue orang, lu pikir gue apaan! Dedemit?!"

"Weh, weh, wehh! Gue kagak bilang gitu, ye. Monmaaf, lu sendiri yang bilang, lu dedemit!" jawab Gibran diiringi tawa mengejek.

"Mau kemana lu, biasanya juga langsung ngelon dikamar, kek anak perawan?" Kenzo ikut berceletuk.

"Ngamen dia!" ujar Gibran sekenaknya. Tanpa menatap si lawan bicara.

"Wah sialan lu--" tangan Satria menarik tas yang digendong oleh Gibran dari belakang. "Mulut lu minta cipokin ke pantat panci keknya!"

"Anjir!" umpat Gibran, karena tubuhnya hampir terjungkal kebelakang akibat apa yang dilakukan Satria.

"Gue mau beli kucing, dong!" kata Satria tersenyum merekah, menjawab pertanyaan Kenzo tadi.

"Caelah, lu! Perasaan bulan lalu lu beli kucing dah! Mau ngapain lu emang? Mau ternak kucing?!" celetuk Kenzo tak habis pikir dengan temannya yang satu ini, suka sekali pada. Padahal menurutnya kucing adalah hewan yang menggelikan.

"Gue maunya sih, kek gituh. Tapi nyokap gue kagak ngebolehin!" Raut wajahnya seketika berubah, dengan bibir yang mencebik kesal.

"Ya, iyalah. Lu, kalo mau ternak yang berfaedah kenapa! Ayam kek, bebek kek, sapi sekalian biar cuannya gede!" tutur Kenzo sembari menghitung satu persatu jari-jemarinya.

"Lu kagak tau aja, kalo ternak kucing sultan cuannya lebih gede dari pada ternak sapi!"

Mendengar kata kucingnya saja Kenzo bergidik ngeri. "Bodo amat, gua kagak suka perkucingan!" sahunya dan menghampiri si kucrit, vespa kuning yang selalu menemaninya kemana-mana.

"Zeline!" panggil seseorang setengah berteriak, dari arah gerbang sana.

Kenzo yang mendengar panggilan tersebut, menghentikan aktivitasnya yang hendak memakai helm dan membalikan badannya kearah asal suara tadi. Sama halnya seperti Kenzo, Satria dan Gibran pun yang mendengarnya menoleh kearah asal suara itu.

Terlihat oleh Kenzo yang tahu siapa orang yang tengah berjalan menghampiri Zeline yang berada beberapa meter dengannya.

"Gue mau ngambil mobil. Siniin kunci mobil lo!" pinta Fika sambil mengadahkan tangannya pada Zeline. Cewek itu masih dengan memakai seragam almamater sekolahnya.

"Gak. Apaan sih, lo, tadi pagi lo juga bawa mobil sendiri. Kemana?" tolak Zeline menggenggam kunci mobilnya.

Fika berdecih, "Cih! Mobil gue lagi dibengkel. Udah deh, lo jangan banyak ngomong! Siniin gak kunci mobil lo?!" perintah Fika lagi, dan hendak merebut kunci itu dari genggaman Zeline. Namun, Zeline segera menyembunyikannya dibalik badannya.

"Gak bisa, gue mau pake mobil ini, nanti sore," tolak Zeline, enggan memberikan kunci mobil miliknya itu.

Ketiga cowok tadi, yang masih memperhatikan kedua cewek itu, salah satu dari mereka menceletuk. "Sapa tuh cewek?" tanya Gibran menyenggol tengan Kenzo. "Gue baru liat, keknya dia bukan anak sinih, dah!"

Kenzo mengendikan bahunya tidak tahu. "Gak tau gue, mungkin sodaranya, Kakaknya atau adeknya, maybe."

"Siniin gak?!" tanya Fika kembali berusaha merebut kunci mobil itu.

"Gak! Emang lo mau pake kemana?"

Fika menggeram, "Cepet sini! Gue mau pake ini mobil! Gue mau jalan sama temen-temen gue!"

"Enggak, Fika! Gue juga mau pake mobil ini buat ngerjain tugas nanti sore!"

Fika berdecak kesal, dengan menatap jengah Zeline. "Ck! Lo jangan so, deh! Jangan kebanyakan pencitraan, apalagi didepan Papah lo dan nyokap gue! So-soan ngerjain tugas. Jijik gue liatnya!"

Zeline ngahela napasnya pelan, "Terserah lo, mau ngomong apa. Yang jelas, gue juga butuh mobil ini!"

Fika menggeram dan merebut paksa kunci mobil itu dari tangan Zeline. "Kasiin ke gue sialan!"

"Fika--"

Fika tersenyum miring setelah kunci mobil itu berada di tangannya, dan mendorong tubuh Zeline sampai terjatuh keaspal. "Thanks!" Fika melempar kunci itu dan menangkapnya lagi tepat dihadapan Zeline.

"Kalo Nyokap gue atau Bokap lo nanya mobil lo kemana, lo bilang, lo minjemin mobil lo ke gue! Awas lo kalo berani ngadu yang enggak-enggak. Lo tau akibatnya!" sambungnya lalu menegakkan tubuhnya dan berjalan hendak memasuki mobil itu.

Namun, baru beberapa langkah Fika berbalik badan untuk menatap Zeline yang masih terduduk dibawah. "Oh iya, lo pulang naik angkot aja atau apalah. Lo masih punya uang, kan?!"

Zeline tak meresponnya, ia hendak berdiri yang segera dibantu oleh Kenzo dengan Satria dan Gibran yang telah berada disebelah Kenzo.

"Sapa dah, tuh cewek?" celetuk Satria bertanya, memperhatikan Fika yang telah memasuki mobil disebelah mereka.

"Dia yang waktu itu ketemu di depan gerbang rumah lu, kan? Dia sodara lu, ya?" Kenzo ikut bertanya. "Atau jangan-jangan kembaran lu--eh tapi kok kagak ada mirip-mirinya!" sambunya berujar. Meletakkan jari telunjuk di dagunya.

"Iya, dia yang waktu itu. Dia sodara tiri gue." Zeline menjawab pertanyaan Kenzo sambil merapihkan roknya yang terlihat kotor.

"Oh, pantes, sifatnya kek Emak tiri!" kata Gibran, "Iye, kagak Sat?" lanjutnya menyenggol pinggang Satria untuk meminta persetujuan.

"Iye!"

"Kenapa dah, lu diem aja. Lawan kek gituh, atau baku hantam sekalian, kan lebih asik!" ucap Kenzo sekalian memberi saran, sambil memperhatikan Zeline yang masih merapihkan pakaiannya.

Zeline mendengkus, "Males! Gak guna. Buang-buang waktu!" sahut Zeline berbalik badan dan melangkahkan kakinya menuju keluar gerbang.

"Eh--eh, lu mau kemana, Maemunah!" cegah Kenzo dengan menarik ujung rambut Zeline yang dikuncir satu.

Zeline berdecak, "Ck! Sakit upil kuda!" perotenya kembali berbalik badan. "Gue mau pulang, lah, emang mau kemana lagi!"

"Jalan kaki?" tanya Kenzo. Pertanyaan itu agak, gak ngotak.

"Ya, enggak, lah, lu pikir gue apaan! Noh, angkot banyak!"

Kenzo merotasikan bola matanya. "Ya, udah gue anter!"

"Caelah! Si Malih modus!" celetuk Satria menggeplak bahu Kenzo.

"Modus, modus, modus, dus, dus, dus!" Gibran ikut menimpali.

••

Setelah mengantar Zeline. Kenzo langsung segera bergegas pulang. Cowok itu baru saja datang dan menginjakkan kakinya pada daun pintu utama rumahnya yang sudah terbuka lebar.

Cowok itu berjalan santai dengan tangan dimasukan pada kedua saku celananya.

"Tumben jam segini baru pulang," celetuk Aldan, yang entah mengapa pria itu tumben-tumbenan jam segini sudah ada di rumah, yang kini sedang duduk santai di sofa ruang tamu.

"Iya, Pa!"

Aldan melirik-lirik ke arah belakang Kenzo. "Si Bulbul mana Zo?" tanya Aldan, tidak melihat keberadaan Bulbul bersama Kenzo.

Kenzo yang hendak melangkahkan kakinya menuju dapur seketika diurungkannya. Dan berbalik badan sembari memepuk jidatnya. "Astagfirullah! Jo, lupa jembut si Bulbul, Pah!"

Seketika Aldan mendongak, menatap garang Kenzo, mendengar apa yang dikatakan anaknya itu. "Kenapa bisa lupa!" Aldan langsung berdiri dari duduknya. "Nanti kalo dia ilang gimana?! Kamu tahu, kan, si Bulbul tuh bandel! Suka pergi kemana aja yang dia suka!"

Kenzo meringis melihat tatapan Aldan seperti itu. "Maaf Pa, Jo beneran lupa, dah."

"Kenapa sih, Pa?" tanya Winda yang datang sembari membawa secangkir kopi milik Aldan ditangnnya.

"Jam segini si Jojo belom jemput si Bulbul!" sahut Aldan.

Winda menghampiri Kenzo dan menyentil jidat anaknya itu. "Jo! Kenapa bisa gak jemput, biasanya pulang sekolah kamu langsung jemput si Bulbul! Mama, kan udah bilang jangan lupa jemput!"

Kenzo mengerucutkan bibirnya, mengusap jidatnya yang terkena sentilan Winda. "Ya---ya, Jo lupa, Ma!"

Aldan berdecak, "Ck! Cepet jemput sebelum si Bulbul bener-bener ilang!"

Tanpa menyahuti lagi Kenzo berbalik badan untuk kembali keluar rumah. "Astagfirullah! gue bisa lupa kek gini sih!" monolognya merutuki diri sendiri. "Gara-gara nganterin si alien, nih!"

"Mana serem bat, dah bokap gue!" lanjutnya bermonolog kembali. Sembari bergidik ngeri membayangkan raut wajah Aldan.

Kenzo segera menghampiri garasi dan mengekuarkan si kucrit kembali, untuk digunakan menjemput si Bulbul.

Kenzo menyalakan mesin motornya dan melesat pergi dengan kecepatan diatas rata-rata. Mengendarai motor itu seperti menjadi pembalap internasional dadakan lagi.

Setelah menempuh perjalanan beberapa menit dengan kecepatan penuh dari rumah menuju TK, dimana Bulbul bersekolah. Akhirnya remaja itu sampai. Kenzo segera beranjak turun dari sepeda motornya, mengecek apakah, Bulbul masih berada di sini, atau anak itu sudah keluyuran entah kemana.

"Lah, kok udah sepi!" gumam Kenzo memutar pandangannya keseluruh area TK itu.

"Gawat kalo beneran ilang! Mati gue!" ujarnya sambil menggaruk keningnya yang terasa gatal.

"Kali ini bisa-bisa beneran mampus gue!" Kenzo terus berceloteh merutuki dirinya sendiri. Sambil terus berjalan menyusuri koridor kelas disana.

"Bul?!" panggil Kenzo berteriak.

"Kalo bener-bener ilang, pas, pulang gue langsung digorok dah, ini mah!" ujarnya berdecak kesal.

"Bul---" ulangnya lagi berteriak. Bertepatan dengan itu, penjaga sekolah yang waktu lalu Kenzo menanyakan Bulbul, tiba-tiba sudah berdiri disebelahnya.

Kenzo tersentak kaget, "Astagfirullah! Pak, ngapain dah, muncul tiba-tiba, kek setan aja!" sewot Kenzo sambil mengusapa dadanya terkejut.

Pria itu terkekeh, "Ngapain kamu disini? Sekolah ini mau saya tutup."

"Saya mau jemput Si Bulbul. Bapak liat kagak, tuh, tuyul?"

"Oh si Bulbul ... eh, iya, tadi dia sama saya disana---" Satpam itu menujukan depan kelas si Bulbul. "Saya mau ke pos ambil kunci, tapi kok sekarang kagak ada, ya?" jelas satpam itu, lalu menggaruk kepalanya yang terasa gatal. Melihat keberadaan Bulbul yang kini sudah tidak ada.

"Elah Pak, beneran, tuh, tuyul, gak pergi ke luar?" tanya Kenzo memastika, kalo iya bisa beneran repot dia.

"Enggak, tadi juga masih ada temennya, tapi beberapa menit yang lalu udah ada yang ngejemput. Jadi saya temenin adek kamu, takutnya ilang lagi kaya waktu lalu," tutur Pak satpam itu.

"Terus kemana dong, tuh tuyul, sekarang?!" tanya Kenzo melihat-lihat situasi sekitar disana.

"Ayok Pak, bantu cari napa!" ujar Kenzo dan berjalan terlebih.

Satpam itu mendengkus, dan mengikuti langkah Kenzo.

"Bul?!" panggil Kenzo kembali berteriak. Mulai mencari, dimana agaknya keberadaan anak itu.

"Neng Bulbul?!" Satpam itupun ikut bertetiak.

"Abang! Papa!" pekik Bulbul diiringi isakkan, sambil menghedor-gedor salah satu bilik pintu toilet dari dalam sana.

"Noh, keknya suaranya dah, denger kagak, Pak?" tanya Kenzo sambil berusaha menajamkan pendengarannya, darimana suara Bulbul berasal.

"Bul? Kamu dimana?!" tanya Kenzo lagi.

"Abang, Bukain!" pekik Bulbul terdengar sepertinya anak itu menangis.

"Kayanya dari arah toilet!" celetuk Pak Satpam, "Ayo kesana!" ajaknya dan berjalan bersama menghampiri dimana toilet berada.

"Bul, kamu didalem?" Kenzo bertanya sambil mengetuk pintu toilet itu.

"Abang! Pintuna endak bica dibuka!" sahut Bulbul dari dalam sana, sambil terisak.

"Elah, kamu ngapain sih, ada didalem!" sewot Kenzo, seraya berusaha membuka pintu itu.

"Biar saya yang buka," Pak satpam mengambil alih posisi Kenzo, dan mengeluarkan kunci dari saku celananya.

Kenzo mendengkus, "Kenapa dah, kagak bilang dari tadi kalo bawa kuncinya!"

Satpam itu berdecak, "Ck! Perasaan pas saya cek mau dikunci gak ada orang, deh!"

"Hadeh, Bapak mangkannya lain kali cek dulu kek yang bener, kalo adek saya meninggal keracunan oksigen di dalem sana, kek gimana, Pak!" sewot Kenzo kesal.

"Maaf, saya gak tau."

"Abang! Bulbul takut!" suara pekikan kembali terdengar.

"Iye, sabar Bul!"

Pintu berhasil terbuka, Bulbul langsung keluar dan segera memeluk Kenzo. "Abang!" pekik Bulbul, yang kini memeluk leher Kenzo.

Kenzo langsung menggendong Bulbul. "Ngapain sih, Bul, ada di dalem!"

Bulbul mencebikan bibirnya. "Bulbul mau pipic Abang! Te--teluc Bulbul ma--mau kelual, tapi pintuna endak bica di buka, Abang!" adunya tanpa menatap Kenzo, dan masih setia memeluk leher Kenzo.

"Lain kali kalo mau ke toilet, suruh orang lain buat temenin!" tutur Kenzo, seraya mengelus punggung anak itu.

••

1
yuliani fadilah
hallo
Amai Kizoku
Saya suka sekali sama cerita ini, ayo cepat update lagi biar saya gak kesal.
★lucy★.
terharu banget pas adegan romantisnya, ini the best story ever ❤️
Jennifer Impas
Gaya penulisanmu sungguh memukau, thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!