Ammar dijodohkan dengan Safa yang merupakan anak dari adik angkat ibunya. perjodohan terjadi atas permintaan Ibunda Safa saat menjelang akhir hayatnya karena ingin anaknya memiliki pendamping setelah dirinya tiada
Sedangkan Sang Adik Ubay mengalami insiden tidak mengenakan, dia tidak ingin bertanggungjawab karena dia tak pernah merasa berbuat hal itu tapi karena permintaan sang ibu untuk menikahi gadis itu Maka dia menikahinya.
Begitupun dengan kedua adik lelaki kembar mereka yang menemukan jodohnya dengan cara tak terduga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ammar Si jahil 2
Safa menganggukkan kepalanya karena merasa tersanjung dengan perlakuan kelaurga suaminya itu.
Ammar duduk disamping sang istri kemudian menghadap kepada adiknya itu dengan menumpu tangannya kepada paha sang istri
"Ya sudah jangan ajak bicara lagi istri kakak, kakak mau membawanya". Ucap Ammar mulai menggoda sang adik.
" Kakak ambil saja itu, bawahlah". Sungut Rumaisya dengan kesal.
"Tapi kenapa muka kamu seperti itu??, tidak senang yah aku ambil kakak perempuannya?? Tanyanya dengan wajah tengil
Safa yang melihat kelakuan suaminya itu hanya bisa melongo tidak percaya, kemana coba suami cool dan dinginnya itu. Bahkan suaminya itu tidak canggung untuk berinteraksi dengannya seperti ini padahal sebelumnya mereka tidak pernah dekat apalagi bersentuhan
"Aku kesel sama kakak, dateng-dateng bikin orang jengkel saja". Sungut Rumaisya.
" Iya nih kakak mah suka banget godain kita". Ucap Raihana yang mendekat karena melihat Ammar menggoda sang kakak.
"Ih anak manja selalu nongol sendiri tanpa diundang". Ammar menaikturunkan alisnya menggoda sibungsu yang datang dengan muka cemberut.
" Ummi, kakak menggoda ku". Cemberut nya lagi
"Ululu.. Adik kakak yang satu ini memang gemesin". Ammar mencubit pipi adiknya dengan gemes sambil mengunyel pipinya.
" Kakak ini sakit tahu". Ucapnya dengan cemberut lagi dan merengek.
"Jangan menggodanya kak, kasihan dia". Safa melerai perbuatan suaminya ketika melihat wajah adik iparnya itu tengah berkaca-kaca.
" Iya de, yang punya kakak perempuan mah sekarang sudah dapat pembela". Ucap Ammar memandang adiknya dengan muka menyebalkan.
Safa menggelengkan kepalanya tingkah random. Suaminya kepada sang adik. Dia sungguh tak menyangka.
"Sebaiknya kalian semua istirahat anak-anak karena kalian besok sekolah jadi cepat istirahat, dan anak soleh ummi bawah istri kamu ke kamar untuk istriahat, dia pasti kecapean sejak pagi tadi". Shofiyah melerai tingkah anak-anak nya itu karena jika tidak diberhentikan maka bisa sampai pagi.
"Baiklah ummi, ayo dek kita kekamar istriahat dan biarkan anak-anak ini diurus sama emaknya". Ucap Ammar segera menarik tangan sang istri karena dia tahu sebentar lagi akan ada teriakan dari kedua adiknya.
" Kakak". Teriak keduanya kesel kepada kakaknya itu.
Sedangkan Ammar yang telah membawa sang istri pun tertawa dan mengejek keduanya sambil berlalu menggandeng sang istri.
"Aku tidak tahu, kakak bisa jahil seperti itu?? Tanya Safa dengan gelengan kepala.
" Aku hanya melakukannya pada orang terdekatku saja bahkan sepupuku pun aku tidak melakukannya". Ammar tersenyum sambil menggenggam tangan sang istri.
"Kenapa bisa seperti itu, bukannya mereka sepupu kakak??
" Benar mereka memang sepupuku tapi bukan mahromku kecuali yang laki-laki itu bisa dilakukan tapi aku jarang melakukannya hanya pada dua bocah itu saja". Ucap Ammar tertawa kecil membayangkan wajah adiknya yang cemberut.
"Sepupu bukan mahrom??
" Benar, sedekat apapun kami, kami tidak sembarang menyentuh orang lain karena kami menjaga diri kami dari yang bukan mahram sekalipun sepupu sendiri". Ucap Ammar tersenyum sangat mempesona.
Safa terdiam sejenak menatap senyuman suaminya yang begitu menawan baginya. Ini memang bukan pertama kali dia tertarik pada seorang laki-laki tapi senyuman suaminya bahkan lebih menawan dari semua lelaki yang dia kenal. Apa mungkin karena mereka sudah halal.
"Kenapa, aku tampan yah?? ". Tanyanya dengan senyuman lebar.
Wajah Safa langsung memerah mengetahui jika susminya tahu dia memanadangi dan mengaguminya.
" Apa sih kak, iseng banget". Ucapnya malu mendorong kecil badan Ammar.
Dia merasa malu karena digoda seperti itu oleh suaminya itu, dia sungguh merasa senang.
"Adudu,, cantiknya istriku jika malu-malu seperti itu". Ucap Ammar mengelus kepala sang istri dengan sayang.
Ammar tersenyum lebar kepada istrinya, dia sengaja melakukannya agar istrinya tidak canggung berinteraksi dengannya, dit menjalankan nasehat sang ibu agar membuat istrinya nyaman. Dan benar saja ketegangan dan jarak yang ada pada mereka mulai mencair.
"Ayo kita masuk ke kamar istirahat, tenang saja kita akan melakukan ritual pengantin jika nanti kita berada dirumah kita sendiri". Ammar menaikturunkan alisnya kembali menggoda istrinya.
Wajah Safa semakin merah karena suaminya membahas hal seperti itu ditempat seperti ini. Dia melirik kanan kiri kemudian mencubit pelan tangan suaminya dengan gemes.
"Apasih". Ucapnya dengan malu.
Ammar tersenyum lebar melihat wajah dan senyum malu dari istrinya itu. Dia berjanji akan menjaga dan membahagiakan wanita yang sah menjadi istrinya itu.
Ammar kembali menggenggam tangan sang istri kemudian membawanya ke kamar mereka tepatnya kamarnya waktu dia masih tinggal disini dan jika dia kembali kesini membawa istrinya maka mereka akn menginap dikamar ini.
"Ini kamar kita kak??
" Iya dek, ini kamar kita jika kita datang kesini untuk menginap". Ammar menyalakan AC kamar mereka agar sejuk.
"Kak, bisakah aku meminta sesuatu??
" Apa itu dek?? Tanya dengan senyuman manis.
"Bisakah aku tetap kuliah dan menyelesaikan kuliahku?? Tanyanya sambil menunduk takut.
" Tentu saja dek, kamu harus menyelesaikan kuliahmu jika kamu mau, bukankah itu memang janjimu kepada bundamu??
"Kakak tahu??
" Tentu dek, bundamu memintaku meminang ku dan memintaku membantumu menyelesaikan kuliahmu, lagian kamu akan menjadi madrasah pertama anak-anak makanya kamu perlu pintar dan belajar agar anak-anak juga nantinya akan hebat dan pintar seperti mu!! ". Ammar mengelus kepala sang istri dengan sayang.
" Kakak serius dengan itu??
"Tentu saja, ummi ku juga orang yang berpendidikan tinggi begitu juga dengan abiku serta seluruh keluargaku yang perempuan. Kata ummi istri itu bagus jika berpendidikan dan selaras dengan agamanya, karena kelak dia akan mengajarkan anak-anak nya mulai dari sekolah serta segala hal dan ayahnya akan menjadi madrasah utama selain ibunya".
"Tapi aku minim ilmu agama kak". Safa menundukkan kepalanya karena malu.
" Itulah sebabnya kita berpasangan karena kedua peran itu adalah milik bersama bukan milik sendirian. Pernikahan itu tentang dua orang yang menjalani hidup bersama bukan tinggal bersama ".
" Aku akan berusaha dan belajar kak, tolong bimbing aku yah". Ucapnya dengan senyuman manis.
"Tentu sayang, kamu istriku maka kita akan sama-sama berjuang menghadapi segala hal kedepannya".
" Kamu bisa bersih-bersih dikamar mandi kemudian istirahat aku akan menunggunya.
Safa mengangguk kemudian membuka lemari mencari pakaian untuk dia kenakan saat istirahat, ternyata ummi membelikannya bahkan pakaian dalam yang memang ukurannya sama dengan yang menjadi seserahan.
Sambil menunggu sang istri, Ammar mengganti pakaiannya kemudian merapikan tempat mereka akan tidur.
Safa keluar dengan piyama satin yang cantik dan tidak mengenakan jilbab dan membuat Ammar terpesona.
"Istriku sungguh cantik". Pujinya membelai wajah sang istri.
" Kakak boleh mengambil hak kakak jika ingin". Safa mengatakan nya dengan senyum menggoda.
Dia harus belajar menunaikan kewajiban dasarnya yaitu memenuhi kebutuhan biologis suaminya.
"Kamu yakin?? Tanyanya dengan lembut sambil terus membelai pipi yang istri menatapnya dengan memuja.
Safa mengangguk mempersilahkan kemudian menutup matanya saat suaminya mulai mendekat. Dia sudah berwudhu sejak tadi saat dikamar mandi dan dia memang sengaja mempersiapkan diri.