NovelToon NovelToon
Takdir Di Balik Dosa

Takdir Di Balik Dosa

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Anak Yatim Piatu / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:193.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Ziel, seorang CEO muda yang tegas dan dingin, memutuskan pertunangannya setelah menemukan bukti perselingkuhan Nika. Namun, Nika menolak menerima kenyataan dan dengan cara licik, ia menjerat Ziel dalam perangkapnya. Ziel berhasil melarikan diri, tetapi dalam perjalanan, efek obat yang diberikan Nika mulai bekerja, membuatnya kehilangan fokus dan menabrak pohon.

Di tengah malam yang kelam, Mandara, seorang gadis sederhana, menemukan Ziel dalam kondisi setengah sadar. Namun, momen yang seharusnya menjadi pertolongan berubah menjadi tragedi yang mengubah hidup Dara selamanya. Beberapa bulan kemudian, mereka bertemu kembali di kota, tetapi Ziel tidak mengenalinya.

Terikat oleh rahasia masa lalu, Dara yang kini mengandung anak Ziel terjebak dalam dilema. Haruskah ia menuntut tanggung jawab, atau tetap menyembunyikan kebenaran dari pria yang tak lagi mengingatnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Kesempatan Kedua

Ruang Konsultasi Dokter

Ziel duduk di kursi pasien dengan sikap kaku, tatapan matanya fokus pada meja dokter. Di sebelahnya, Ello duduk santai, menyandarkan punggungnya pada kursi.

“Jadi, keluhan apa saja yang Anda rasakan?” tanya dokter penyakit dalam, seorang pria paruh baya dengan suara lembut namun tegas.

Ziel melirik Ello sejenak sebelum menjawab, “Saya sering pusing, mual, dan... ya, tidak nafsu makan.”

Dokter mengangguk, mencatat di buku medisnya. “Keluhan ini sudah berapa lama?”

“Sekitar dua minggu,” jawab Ziel singkat.

Ello, yang sejak tadi mendengarkan, menambahkan, “Saya dengar dari kakak saya, Elin, ibunya Ziel, kalau dia sering tidak sarapan dan belakangan sibuk banget. Kayaknya ini ada hubungannya.”

Dokter tersenyum kecil, lalu menatap Ziel. “Benar, Tuan Ziel? Anda sering melewatkan sarapan?”

Ziel mengangguk, sedikit enggan. “Iya, kadang terlalu sibuk, jadi... lupa.”

“Bukan kadang, lebih sering,” sela Ello, melirik Ziel dengan alis terangkat.

Dokter tersenyum kecil melihat perhatian Ello pada Ziel, lalu kembali menatap Ziel. “Lalu, pernah tidak merasa ada sensasi terbakar di dada atau asam di mulut?”

Ziel meneguk ludah, ragu-ragu. “Kadang. Tapi nggak sering.”

Dokter kembali mencatat. “Kelihatannya ini gejala asam lambung yang meningkat. Stress dan pola makan yang buruk bisa memperparah kondisinya.”

Ziel mengangguk pelan, namun diam-diam ia menyembunyikan satu keluhan lain yang mulai mengganggunya, sensitivitas terhadap bau tertentu. “Kalau aku bilang aku mulai mual dengan bau parfum, bahkan aroma kopi kesukaanku, pasti mereka pikir aku aneh,” pikir Ziel sambil memalingkan wajah.

Namun, tak lama kemudian Ziel menyadari sesuatu yang aneh. Sejak mencium aroma tubuh Om-nya, rasa tak nyaman terhadap bau-bauan di sekitarnya perlahan berkurang. Ia merasa lebih mampu menahan berbagai aroma yang biasanya membuatnya pusing dan mual.

Ia juga teringat bahwa saat bersama kedua orang tuanya, ia merasakan hal yang sama, aroma tubuh mereka memberinya kenyamanan dan mengurangi rasa tak nyaman terhadap bau-bauan di sekitarnya.

Ziel sendiri tak memahami kenapa hanya aroma tubuh keluarganya saja yang terasa menenangkan dan tidak mengganggu dirinya, sementara aroma tubuh lainnya begitu menyiksa.

“Kalau begini, Anda harus mulai memperbaiki pola makan, mengurangi stres, dan menghindari makanan pemicu seperti gorengan atau makanan pedas,” lanjut dokter membuyarkan lamunan Ziel.

Ello menepuk bahu Ziel. “Dengar itu. Jadi mulai sekarang sarapan, ya? Kalau nggak, nanti mamamu ngamuk.”

“Om,” gumam Ziel dengan nada setengah kesal, membuat dokter tersenyum.

“Baiklah, saya akan resepkan obat untuk meredakan gejala. Kalau ada keluhan lain yang muncul, segera datang lagi,” kata dokter sambil menutup buku catatannya.

Ziel mengangguk. Namun, saat keluar dari ruang konsultasi, pikirannya kembali ke keanehan yang ia sembunyikan. “Apa mungkin ini hanya efek asam lambung? Atau ada yang lain?” gumamnya dalam hati, sambil melirik Ello yang berjalan di sampingnya dengan santai.

***

Ziel memarkir mobilnya di tempat biasa dan melangkah masuk ke kantor dengan cepat. Namun, saat ia tiba di depan meja sekretarisnya, langkahnya terhenti ketika sekretarisnya mendekat.

“Tuan Ziel, Nona Nika sudah menunggu di dalam,” ucap sekretaris itu dengan hati-hati.

Mendengar nama Nika, rahang Ziel langsung mengeras. Kenangan yang ingin ia lupakan kembali berputar di benaknya, Nika yang menyusulnya keluar kota, memaksa masuk ke kamar hotelnya, dan memberinya obat yang membuatnya kehilangan kendali, hingga ia melakukan sesuatu yang sampai saat ini menghantuinya. Sesuatu yang melibatkan gadis tak dikenal yang belum pernah ia temukan.

Dengan napas berat dan emosi yang perlahan memuncak, Ziel mendorong pintu ruangannya. Nika yang duduk di sofa langsung berdiri dan melangkah mendekatinya dengan ekspresi penuh harap.

“Ziel, aku—”

“Berhenti di situ!” Ziel mengangkat tangan, wajahnya penuh amarah. Aroma tubuh Nika yang tajam langsung menyerangnya, membuat kepalanya terasa berdenyut dan perutnya mual. Ia menutup hidung dengan satu tangan, tatapannya tajam. “Jangan dekati aku. Bicara dari sana!”

Nika tertegun, matanya melebar. “Ziel, ada apa denganmu? Aku hanya ingin bicara—”

“Jika kau tidak bisa bicara tanpa mendekat, lebih baik keluar sekarang!” suara Ziel terdengar dingin dan penuh ancaman.

Nika menggigit bibirnya, namun akhirnya berhenti melangkah. “Aku ingin memperbaiki semuanya, Ziel. Aku menyesal. Aku janji akan setia padamu, aku hanya ingin kita kembali seperti dulu.”

Ziel mendengus tajam, langkahnya berat saat ia berjalan ke meja kerjanya. “Seperti dulu?” ia mengulangi dengan nada mengejek, matanya menatap Nika penuh kebencian. “Setelah semua yang kau lakukan? Kau pikir aku bisa melupakan itu?”

“Ziel, aku mencintaimu!” sergah Nika dengan suara hampir memohon.

Ziel membanting dokumen yang ada di tangannya ke meja, suaranya menggema di ruangan itu. “Jangan bicara soal cinta, Nika! Apa kau lupa apa yang kau lakukan? Kau berkhianat, merusak segalanya! Kau berbuat licik, berusaha menjebakku, kau menghancurkan kendaliku, dan sekarang aku harus menanggung akibatnya seumur hidup!”

“Aku melakukan semua itu karena kau tak punya waktu untuku, mengabaikan aku! Tapi aku janji akan lebih mengerti kamu dan setia padamu. Tolong beri aku kesempatan kedua, Ziel!” Nika mencoba mendekat lagi.

Namun Ziel mengangkat tangannya sekali lagi dengan tegas. “Aku bilang jangan dekati aku!” serunya, suaranya meninggi. “Kau ingin bicara soal kesempatan kedua? Tidak ada kesempatan kedua untukmu. Jika kau datang untuk membahas pertunangan kita, dengar baik-baik, tidak akan pernah ada lagi pertunangan, apalagi pernikahan, di antara kita!”

Air mata mulai menggenang di mata Nika, namun Ziel tak menunjukkan sedikit pun rasa simpati. “Aku sudah memutuskan. Jika kau masih berharap, itu masalahmu, bukan masalahku. Sekarang keluar dari ruanganku sebelum aku benar-benar kehilangan kesabaran.”

Nika berdiri di tempatnya, terdiam sesaat sebelum akhirnya berbalik dan pergi dengan langkah berat. Pintu tertutup di belakangnya, namun Ziel masih merasakan aroma tubuh Nika yang tertinggal di ruangan. Dengan cepat, ia membuka jendela, membiarkan udara segar masuk untuk mengusir bau yang membuatnya semakin muak.

Di balik wajah dinginnya, ada gejolak emosi yang membara. Ziel duduk di kursinya, menekan pelipisnya sambil menarik napas dalam-dalam. Hatinya masih dihantui kenangan buruk itu, dan ia tahu luka itu tidak akan sembuh dalam waktu dekat.

Nika berdiri di depan pintu ruangan Ziel, wajahnya memerah menahan amarah. Tangannya terkepal erat di samping tubuhnya, kuku-kukunya hampir menembus telapak tangan. Penolakan Ziel barusan terus terngiang di benaknya, seperti cambukan yang membakar harga dirinya.

"Ziel..." gumamnya pelan, namun sarat dengan dendam dan rasa sakit. Matanya berkilat, penuh tekad. "Kalau kau pikir ini akhir, kau salah besar."

Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan gejolak di dadanya. Meski langkah kakinya perlahan menjauh dari pintu itu, pikirannya sibuk menyusun rencana. Dia tidak akan menyerah begitu saja. Ziel harus tahu apa artinya kehilangan dirinya. Dan jika itu berarti dia harus menggunakan cara lain, maka dia akan melakukannya.

Saat pintu lift terbuka di depannya, Nika memasang senyuman tipis. Bukan senyuman kebahagiaan, melainkan senyuman penuh niat. "Kita lihat siapa yang menang, Ziel."

Di dalam ruangannya, Ziel meraih telepon di meja kerjanya dengan gerakan cepat, jari-jarinya menekan nomor sekretarisnya. Ia masih merasa mual, bukan hanya karena aroma tubuh Nika yang tadi menyerangnya, tetapi juga karena amarah yang masih membara di dadanya.

“Ya, Tuan Ziel?” suara sekretarisnya terdengar hati-hati di ujung telepon.

“Mulai hari ini,” suara Ziel terdengar dingin dan tegas, “jangan pernah biarkan Nika masuk ke kantorku lagi. Bahkan menginjakkan kaki di gedung ini pun tidak.”

“Tentu, Tuan. Apakah saya perlu memberikan alasan khusus jika beliau datang lagi?” sekretarisnya bertanya dengan nada ragu.

“Tidak perlu alasan,” jawab Ziel, nadanya penuh kepastian. “Jika dia mencoba masuk, katakan saja perintahnya langsung dariku. Dan jika kau melanggar ini, aku tidak akan segan-segan menggantimu.”

“Baik, Tuan Ziel. Saya mengerti,” jawab sekretarisnya cepat, tanpa berani bertanya lebih jauh. Yang ia tahu, Ziel sudah memutuskan pertunangannya dengan Nika.

Ziel meletakkan gagang telepon dengan kasar, rahangnya masih mengeras. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, mencoba menenangkan pikirannya yang kusut. Aroma tubuh Nika seolah masih tercium di hidungnya, mengingatkannya pada setiap detik dari insiden yang tak ingin ia ingat lagi.

"Ini keputusan terbaik," gumam Ziel pelan, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Beban pikirannya sudah cukup berat, rasa bersalah terhadap gadis yang tak pernah ia temukan, pencarian yang terus menemui jalan buntu, dan pekerjaannya yang menumpuk di tengah kondisi kesehatannya yang terus menurun. Ia tak membutuhkan lagi gangguan dari masa lalu, terutama tentang pengkhianatan Nika yang hanya memperparah semuanya.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Aninda Faira
itu hormon kehamilan Dara gpp memulainya demi debay.
Ashila Intan
Luar biasa
🌠Naπa Kiarra🍁: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
Elmi Varida
tks thor, sdh menyelesaikan novelnya, ditunggu karya2mu yg lain ya. Tetsp semangat dan sukses terus. Sehat2 ya thor.
naifa Al Adlin
alhamdulillah akhirnya dara bahagia bersama ziel,,,
Nurul Boed
/Sob//Sob/ ngakak
Syavira Vira
🌹🌹🌹🌹🌹
Syavira Vira
❤️❤️❤️❤️❤️🙏🙏🙏🙏
Upi Raswan
kayaknya seruuu nih,,mampir ah
sum mia
aku baca di awal bab kayak udah firasat , jangan-jangan ini bab terakhir dan terus end . eh ternyata beneran .
makasih kak semoga selalu sehat , rejeki lancar , berkah barokah . aamiin 🤲
maaf kak kalau aku bacanya kadang sampai 4 bab atau mungkin lebih baru bisa baca , bukan niat numpuk bab tapi karena emang lagi repot bahkan gak sempat buka HP . 🙏🙏🙏

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia: aamiin 🤲 makasih kak 🙏🙏
🌠Naπa Kiarra🍁: Aamiin, ya rabbal alamiin. Terima kasih kembali, Kak. Dan juga mohon maaf lahir dan batin. Semoga Allah SWT memudahkan kita semua dalam menjalankan ibadah puasa dan melimpahkan keberkahan di bulan Ramadhan. Aamiin.🙏🙏🙏
total 3 replies
sum mia
kayaknya seru.... in syaa Allah cuuuussss lah .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Herman Lim
thanks author sehat dan di tgg karya baru lain nya
🌠Naπa Kiarra🍁: Aamiin. Terima kasih kembali, Kak 🤗🙏🙏
total 1 replies
sum mia
syukurlah bayinya lahir dengan selamat , meski harus penuh dengan drama .
kakek neneknya belum dikasih tahu ya , kok belum datang .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Mrs.Riozelino Fernandez
udah cuuus ke novel sebelah kk...
makasih buat Novel Ziel dan Dara kk Thor🙏
🌠Naπa Kiarra🍁: Sama-sama, Kak🤗🙏🙏
total 1 replies
Mrs.Riozelino Fernandez
👍👍👍👍👍👍
sum mia
oalah Nika... Nika.... jalang sepertimu akan menjebak steven , tapi sayangnya gatot.... alias gagal total .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
yumna
ab****si kah kmu nika
Nurhayati
adakah cerita u nika? aq msh blm puas tau ksh akhirnya
abimasta
waahh sudah tamat aja thor,trimakasih juga thor
🌠Naπa Kiarra🍁: Sama-sama Kak 🤗🙏🙏
total 1 replies
Muzaata Alenmiyu
makasih juga thor 🙏🏼 sehat selalu dan tetap semangaattt 💪💪💪
Hanima
lanjut ke karya baru 😊🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!