Demi untuk membalaskan dendam kepada orang - orang yang telah menghancurkan kebahagiaannya, sehingga seorang remaja pria berpetualang untuk mencari sebuah sekte yang akan di jadikan tempatnya mendalami ilmu bela diri.
Akhirnya dia bertemu dengan seorang pendekar serta sekte untuk tempatnya bernaung.
Karena kejeniusannya, dia dengan cepat bisa menjadi seorang pendekar yang kuat.
Akhirnya dia mulai memburu setiap murid sekte yang telah menghancurkan desa dan keluarganya serta setiap murid sekte aliran hitam lainnya.
Hal itu pula yang membuat dirinya juga di buru oleh sekte aliran Hitam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baryodo Aman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Akhir Pertarungan
Pendekar Raja tingkat awal itu tidak menyangka dirinya akan di kalahkan oleh seorang remaja yang baru berusia 16 tahun itu.
" Orang tua, sebenarnya sekuat apa pun dirimu, tetapi disaat kamu meremehkan kekuatan lawanmu, di saat itu juga kekuatanmu akan lebih rendah dengan kekuatan lawanmu." Ucap Ma Guang sambil melesatkan serangan pedang hampa miliknya.
Orang tua itu sudah tidak lagi bisa berkata - kata.
Pendekar ahli tingkat puncak pun langsung juga mengikuti orang tua tersebut ke tanah kuning.
Sudah tiga pimpinan kelompok itu yang sudah di bunuh oleh Ma Guang.
Dirinya kembali melancarkan serangannya ke setiap pendekar tingkat ke - 5 sampai tingkat ke - 9 tahap awal.
Dari 40 anggota yang tersisa, akhirnya Ma Guang mampu membuat kelompok itu berkurang dengan sangat drastis, sebab Ma Guang telah mengeluarkan seluruh tekniknya di saat bertemu dengan lawan - lawan yang benar - benar jauh lebih lemah darinya.
Ma Guang tidak pernah menganggap remeh setiap lawan yang di temuinya, sehingga hanya dengan satu dua serangan saja, anggota kelompok tersebut sudah banyak yang meregang nyawa.
Tempat itu menjadi ladang pembantaian bagi Ma Guang.
Hal itu juga yang menjadi perhatian dari pemimpin kelompok tersebut.
" Sial...anak itu sepertinya memiliki kemampuan yang setara dengan pendekar ahli...apakah anak itu sudah mencapai pendekar ahli di usianya yang masih terlihat muda itu...!!!???." Gumam pemimpin kelompok tersebut di dalam hatinya.
Memang pemimpin kelompok tersebut tidak melihat saat Ma Guang mengalahkan ke tiga pendekar kuat miliknya, karena pria itu sedang di sibukkan oleh serangan tombak dari Patriak Bambu Kuning.
Tetapi di saat matanya berpas - pasan melihat apa yang Ma Guang lakukan, tatapannya langsung terfokus ke arah Ma Guang.
Namun setelah fokusnya terbagi ke arah Ma Guang, pertahanan serta perhatian pemimpin itu pun menjadi kendor.
Patriak Yao Han pun tidak menyianyiakan kesempatan emasnya itu.
Patriak langsung melancarkan serangan mata tombaknya ke arah dada pemimpin itu.
Merasakan dirinya dalam keadaan bahaya, pemimpin itu langsung menangkisnya.
Namun apa yang di lakukannya itu masih sedikit lambat, karena kecepatan serangan dari tombak Patriak sehingga pemimpin tersebut menyadarinya saat mata tombak itu sudah sangat dekat dengan dadanya.
Akhirnya mata tombak Patriak mendarat di dada bagian kiri pemimpin tersebut.
Untung energi pertahanan tubuh yang di hasilkan dari tenaga dalamnya masih bisa menahan serangan itu, sehingga walau pun mata tombak itu telah melukainya, tetapi tidak sampai tertembus hingga ke belakang.
Jika tidak memiliki pertahanan dari tenaga dalam, sudah bisa di pastikan, dada bagian kiri pemimpin kelompok itu sudah hancur oleh terjangan mata tombak yang sudah di balut dengan perubahan bentuk tenaga dalam dari Patriak Yao Han.
Namun hal itu juga sangat berpengaruh di saat dirinya akan melanjutkan pertarungannya dengan Patriak Yao.
Pemimpin 1000 Racun itu pun sudah tidak lagi memiliki trik serta harapan untuk bisa di gunakan kepada Patriak Yao Han.
Patriak Yao Han dengan cepat langsung menyerang lagi dengan Tombaknya ke arah dada pemimpin kelompok tersebut.
" Ahhhckkk."
Suara pemimpin tersebut sebelum meregang nyawa.
" Habisi mereka semua, jangan di biarkan lolos, karena mereka akan melakukan lagi perbuatan yang sama kepada orang lain." Ucap Patriak Yao Han yang juga langsung menyerang ke arah pendekar raja yang lain.
Akhirnya pertempuran itu berakhir.
Dari kubu Ma Guang hanya tersisa 15 orang.
Sedangkan dari kubu kelompok penyerang, semuanya sudah terbunuh.
Mereka lalu membuatkan lobang yang besar untuk memakamkan prajurit - prajurit serta pengawal - pengawal mereka yang tewas.
Sedangkan untuk mayat dari lawan di kumpulkan dan di bakar sekaligus.
Akhirnya malam pun tiba, mereka berjalan menjauhi tempat pertempuran lalu beristirahat.
Itu di lakukan agar mereka tidak dapat mencium lagi bau amis dari darah yang tertumpah di tempat itu.
Beberapa prajurit serta pengawal yang tersisa langsung membuatkan tenda untuk nona Tjia Annchi dan pangeran Qi Yuan.
Di dalam tenda pangeran terlihat sedang duduk dan di dampingi oleh jendral Wang Xuesi serta komandan pasukan yang masih tersisa.
Mereka duduk sambil berbincang - bincang tentang hal yang baru saja mereka hadapi hari itu.
Pangeran Qi Yuan langsung memanggil seorang prajurit yang berjaga serta meminta prajurit tersebut untuk memanggil Patriak Yao Han.
Akhirnya prajurit tersebut pergi untuk menemui patriak Yao Han.
" Patriak Yao...anda di panggil oleh pangeran." Ucap seorang prajurit dengan nada suara yang sopan.
" Baiklah...aku akan kesana." Ucap Patriak sambil menatap ketiga orang di sampingnya dan kemudian langsung berdiri serta melangkahkan kakinya untuk menuju ke tenda pangeran.
Tidak lama kemudian, datang juga seorang pengawal dari keluarga bangsawan Tjia kepada ke tiga orang yang tersisa.
" Mohon maaf, aku di perintahkan oleh nona Tjia memanggil anda untuk bertemu dengan nona di tendanya." Ucap pengawal tersebut sambil menatap ke arah Ma Guang.
" Tetua Ying...aku pergi dulu." Ucap Ma Guang.
" Baiklah." Jawab Tetua Ying Zhao.
Ma Guang pun langsung berdiri dan mengikuti pengawal dari belakang.
Setelah Patriak tiba di tenda pangeran, Patriak langsung di sambut dengan hormat oleh orang - orang yang berada di dalam tenda tersebut dan langsung mempersilakannya untuk dduduk.
Patriak pun langsung duduk di tempat yang sudah di tentukan.
Begitu juga yang terjadi dengan Ma Guang.
Pendekar muda tersebut langsung duduk di tempat yang sudah di tentukan di dalam tenda nona Tjia Annchi.
Di Tenda Pangeran Qi Yuan.
" Patriak Yao...sepertinya salah satu muridmu itu, terlihat masih muda namun sepertinya sudah mencapai pendekar Ahli." Tanya pangeran.
" Iya pangeran...!!!." Jawab Patriak sekenanya saja.
" Berapa usia pendekar muda tersebut...!!!???." Tanya pangeran lagi.
" Usianya baru saja genap 16 tahun beberapa bulan yang lalu." Terang Patriak lagi.
" Apa...!!!??? Baru berusia 16 tahun tetapi sudah mencapai pendekar ahli...!!!???." Ucap Pangeran kaget.
Pangeran berpikir bahwa Ma Guang sudah berusia 20-an tahun, tetapi ternyata baru berusia 16 tahun.
" Apakah dirinya juga akan mengikuti kompetisi...!!!???." Tanya pangeran lagi.
" Iya pangeran, dia juga akan mengikuti kompetisi." Jawab Patriak.
" Oh begitu yah...sepertinya, juara satu dari kompetisi ini sudah di ketahui siapa pemenangnya". Ucap Pangeran.
" Pangeran terlalu memuji." Ucap Patriak.
Di tenda nona keluarga Tjia.
" Tuan pendekar...!!! Maaf mengganggu waktu istirahatnya." Ucap nona Tjia.
" Oh, tidak apa - apa nona, aku juga tidak lagi sedang beristirahat." Ucap Ma Guang.
" Apakah tuan pendekar ingin minum arak...!!!???." Tanya nona Tjia.
" Oh, maaf nona...aku tidak bisa minum arak." Ucap Ma Guang.
" Kenapa tidak bisa...???." Ucap nona Tjia lagi.
" Karena aku masih berusia 16 tahun." Jawab Ma Guang.
" Apa...??? UsiaMu baru 16 tahun...!!!???." Ucap nona Tjia kaget.
" Iya nona." Ucap Ma Guang.
" Kalau begitu, kamu juga adalah peserta kompetisi...!!!???." Ucap nona Tjia menanggapi perkataan Ma Guang sambil bertanya.
" Iya nona, aku juga adalah calon peserta kompetisi." Ucap Ma Guang.
Sebenarnya niat nona Tjia Annchi adalah, ingin menjadikan Ma Guang sebagai salah satu pengawalnya.
" Tidak ku sangka akan bertemu dengan seorang jenius muda disini." Gumam nona Tjia dalam hatinya.
" Sudah di pastikan bahwa pendekar muda inilah yang akan menjuarai kompetisi kali ini." Gumam nona Tjia lagi.
" Kalau boleh aku tau, siapa nama pendekar...!!!???." Tanya nano Tjia.
" Nama Ku adalah Ma Guang." Ucapnya.
" Oh, jadi namaMu adalah Ma Guang yah...kalau aku Tjia Annchi...!!!." Ucap nona Tjia.
" Terserah pendekar Ma ingin memanggil Ku dengan panggilan yang mana." Ucap nona Tjia sambil tersenyum.
" Baiklah, aku akan memanggil dengan nona Tjia aja." Ucap Ma Guang.
Akhirnya Patriak Yao dan Ma Guang kembali ke tempat awalnya mereka beristirahat sebelum mereka di panggil.
~Bersambung~