NovelToon NovelToon
Genggam Tangan Ku, Jangan Pergi

Genggam Tangan Ku, Jangan Pergi

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Qatar love
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: siscaatann

Megha Anantasya, gadis ceria yang terjebak dalam cinta sepihak pada Bima Dirgantara, berjuang melawan penolakan dan dinginnya hati pria yang dicintainya. Meskipun usaha dan harapannya tak pernah padam, semua usaha Megha selalu berakhir dengan patah hati. Namun, saat mereka kembali bertemu di kampus, Megha menyimpan rahasia kelam yang mengancam untuk merusak segalanya. Ketika perasaan Bima mulai beralih, kegelapan dari masa lalu Megha muncul, mengguncang fondasi hubungan mereka. Di tengah ketidakpastian, Megha menghadapi kenyataan pahit yang tak terhindarkan, dan Bima harus berjuang melawan penyesalan yang datang terlambat. Ketika semua harapan tampak sirna, cinta mereka terjebak dalam tragedi, meninggalkan luka mendalam dan pertanyaan tanpa jawaban: Apakah cinta cukup untuk mengalahkan takdir yang kejam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siscaatann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MOMEN INTIM

Setelah melalui berbagai tantangan, Megha dan Bima akhirnya menemukan diri mereka di titik yang lebih dekat. Keduanya telah menghabiskan waktu bersama dalam beberapa minggu terakhir, dan meskipun ada keraguan yang terus menghantui pikiran mereka, perasaan di antara mereka semakin kuat. Suasana di sekitar mereka pun semakin mendukung; di tengah kegaduhan kampus, mereka menemukan momen-momen tenang yang memungkinkan mereka berbagi cerita dan mengungkapkan perasaan.

Suatu malam, setelah selesai kuliah, Bima mengajak Megha untuk pergi ke tempat favorit mereka, sebuah kafe kecil dengan nuansa hangat dan nyaman. Ketika mereka tiba, suasana di dalam kafe dipenuhi dengan tawa dan percakapan. Namun, bagi Megha, segalanya terasa seperti hening; semua yang ada di sekelilingnya seakan memudar, hanya menyisakan Bima dan dirinya.

Mereka duduk di sudut yang sepi, dikelilingi cahaya temaram yang membuat atmosfer semakin intim. Bima memesan kopi hitam, sementara Megha memilih segelas jus jeruk. Mereka menghabiskan beberapa waktu untuk bercerita tentang hal-hal sepele—kuliah, tugas, hingga rencana masa depan. Namun, di balik semua itu, ada perasaan mendalam yang mulai muncul.

“Gue suka banget suasana di sini,” kata Megha sambil menyesap jusnya, menikmati segarnya. “Kayak semua masalah bisa hilang seketika.”

Bima tersenyum, tetapi ada sesuatu di matanya yang menunjukkan betapa beratnya beban yang ia pikul. “Iya, sama. Momen kayak gini bikin gue ngerasa lebih baik.”

Tiba-tiba, suasana hening. Keduanya saling memandang, dan saat itu Megha merasa ada ketegangan yang tidak bisa diabaikan. Dia bisa merasakan detak jantungnya semakin kencang. Akhirnya, Bima membuka mulutnya, “Meg, gue pengen ngomong sesuatu yang penting.”

“Ya, Bim. Apa?” jawab Megha, merasa deg-degan.

“Gue tahu kita udah melalui banyak hal. Kadang, gue masih merasa bingung dengan perasaan gue. Tapi, saat gue sama lo, semuanya terasa lebih jelas,” ungkap Bima, matanya tak pernah lepas dari tatapan Megha. “Gue mulai bisa melihat kita lebih dari sekadar teman.”

Kata-kata itu mengalir seperti aliran air yang menenangkan bagi Megha. Jantungnya berdebar, dan senyum tak bisa ditahan. “Gue ngerasa sama, Bim. Gue udah lama nunggu momen ini.”

Bima terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Tapi, ada satu hal yang masih menghantui gue. Masa lalu itu masih ada, dan gue nggak tahu harus bagaimana.”

Megha merasakan harapannya sedikit terhambat. “Lo nggak perlu khawatir tentang masa lalu, Bim. Kita bisa hadapi ini bersama. Yang penting, kita jujur satu sama lain.”

Keduanya saling bertukar pandang, dan tanpa sadar, atmosfer di sekitar mereka semakin hangat. Suara bising di kafe seakan memudar, dan mereka terjebak dalam momen yang indah. Perlahan, Bima meraih tangan Megha, menggenggamnya dengan lembut. Rasanya seperti ada aliran listrik yang menghubungkan mereka berdua.

“Gue pengen mencoba, Meg. Coba untuk membangun sesuatu yang lebih dari sekadar teman,” kata Bima, suaranya pelan namun tegas.

Megha merasa seluruh tubuhnya bergetar. Dia tidak ingin mengabaikan perasaan ini. “Gue juga pengen, Bim. Kita bisa buat ini berhasil.”

Setelah beberapa saat, Bima menggeser bangkunya lebih dekat. Mereka berdua saling menatap, dan Megha bisa melihat kejujuran di mata Bima. Perlahan, Bima membungkuk, mendekatkan wajahnya ke wajah Megha. Jarak di antara mereka semakin menyusut, dan di dalam hati Megha, dia merasa saatnya telah tiba.

Saat bibir mereka akhirnya bertemu, dunia seakan berhenti berputar. Ini adalah ciuman yang ditunggu-tunggu, penuh harapan dan perasaan yang terpendam selama ini. Megha merasakan kehangatan yang mengalir di antara mereka, menghilangkan semua ketidakpastian dan keraguan yang pernah ada.

Mereka terpisah sejenak, saling memandang dengan senyum lebar. “Gila, itu rasanya luar biasa,” Bima berkata, matanya berbinar.

Megha tertawa kecil, merasakan kebahagiaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. “Iya, banget. Gue merasa seperti di awang-awang.”

Tetapi, di balik kebahagiaan itu, ketidakpastian masih mengintai. Meskipun mereka telah berbagi momen intim yang berharga, Megha tahu bahwa ada banyak yang harus mereka hadapi. Bima masih berjuang dengan masa lalunya, dan dia tidak bisa mengabaikan itu.

Setelah momen itu, mereka melanjutkan percakapan dengan lebih santai, tetapi bayang-bayang keraguan masih menghantui pikiran Megha. Dia ingin meyakinkan Bima bahwa mereka bisa mengatasi semua rintangan, tetapi di dalam hati, dia juga merasa cemas. Apa yang akan terjadi setelah malam ini? Apakah perasaan ini cukup kuat untuk menghadapi segala sesuatu yang mungkin datang?

Saat malam semakin larut, mereka memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan pulang, tangan mereka masih saling menggenggam, menandakan adanya ikatan yang baru terjalin. Namun, di dalam benak Megha, dia tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang.

Ketika mereka sampai di depan rumah masing-masing, Bima menatap Megha dengan serius. “Gue tahu ini baru permulaan, dan banyak yang harus kita atasi. Tapi, gue janji, gue akan berusaha keras.”

Megha mengangguk, berusaha menampilkan senyum yang meyakinkan. “Gue juga. Kita akan bikin ini berhasil, Bim. Asal kita saling jujur.”

Dengan satu lagi pelukan hangat, mereka mengucapkan selamat malam. Saat Megha masuk ke dalam rumah, dia merasa campur aduk. Di satu sisi, ada kebahagiaan yang tak terukur. Namun di sisi lain, ada ketidakpastian yang terus mengintai. Apakah cinta ini akan bertahan? Atau akankah masa lalu Bima kembali menghantuinya?

Malam itu, Megha terbangun berkali-kali, pikiran tentang Bima tidak pernah berhenti berputar di kepalanya. Dia ingin percaya bahwa mereka bisa menghadapi segala tantangan bersama, tetapi bayangan masa lalu Bima membuatnya merasa was-was. Dia tahu, ini baru permulaan dari perjalanan mereka yang penuh liku. Tetapi satu hal yang pasti—dia akan berjuang untuk cinta mereka, apa pun yang terjadi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!