Novel ini adalah sekuel dari Novel pertama ku yang berjudul Suami Penyembuh Luka.
Dimas yang akhirnya merelakan wanita yang sangat di cintainya menerima tawaran Ibunya untuk menikah lagi dengan wanita yang sudah di pilihkan untuknya.
Adalah Kasih Permata, seorang gadis yang ceria yang sedikit centil. Kasih yang awalnya menolak pun akhirnya menerima tawaran untuk menikah dengan laki-laki yang sejak awal sudah menyatakan tidak akan pernah memberikan dirinya pada Kasih.
Mampukah Kasih membalut luka yang masih basah di hati Dimas. bagaimana Kasih melindungi keluarga kecilnya saat keluarga mantan Istri Dimas ingin membalas dendam pada Dimas.
Bagaimana juga jika mantan istri Dimas kembali datang dan mengusik rumah tangganya?
Apakah ketulusan Kasih bisa menggerakkan hati Dimas dan membuka hatinya menerima kehadiran Kasih...?
Happy reading ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
“Kita mau kemana?” Kasih sudah berada di atas mobil bersama Vera di kursi penumpang.
“Kita mau ke showroom,” jawab Vera. Wanita itu jauh lebih ramah dari pada Harlan yang juga sekertaris suaminya.
“Showroom? Untuk apa?” tanya Kasih lagi.
“Pak Dimas meminta saya membawa anda ke showroom agar anda bisa memilih mobil yang nyaman untuk anda?” Kasih tidak mengerti, mobil yang nyaman untuknya?
“Pak Dimas ingin membelikan anda mobil untuk anda pakai mengantar dan menjemput Aurel.” Kasih langsung mengangguk-angguk mengerti. Ternyata Dimas ingin membelikan mobil untuknya.
“Aku boleh pilih mobil apa saja?” tanya Kasih.
“Tentu, mobil apapun yang anda inginkan.” Kasih tersenyum senang, akhirnya dia bisa punya mobil sendiri, salah satu yang paling dia inginkan adalah punya mobil sendiri agar dia bisa bebas kesana kemari. Tapi mengingat mobil itu untuk keperluan Aurel membuat rasa senang Kasih sedikit memudar.
Apakah dia masih bisa bersenang-senang bersama Raya dan teman-temannya yang lain seperti sebelumnya?
“Ada apa, Buk?” Vera melihat perubahan wajah Kasih dan lansung bertanya padanya.
“Tidak apa-apa,”
“Ohh, iya. Pak Dimas juga meminta saya memberikan ini pada anda.” Vera memberikan dua buah kartu pada Kasih.
“Di dalamnya ada uang seratus juta, anda bisa menggunakannya untuk keperluan anda. Saya akan mengisi dengan jumlah yang sama setiap awal bulan,” kata Vera. “Lalu di dalam sini juga ada limit dengan jumlah yang sama, anda juga bisa menggunakannya.” Kasih membelalakan matanya melihat dua kartu yang di berikan Vera padanya.
“Jika ada keperluan anda yang lain dengan jumlah yang melebihi kedua kartu ini, anda bisa menghubungi saya. Saya akan dengan senang hati membantu anda.”
Gila, gila. Aku bisa beli apa aja pakai uang ini? Wah, tidak apa-apa deh aku makan hati yang penting transferannya lancar. Aku bisa shopping. Aaahhh, aku sudah tidak sabar mengajak Raya jalan-jalan ke mall.
“Apa uang ini juga termasuk semua kebutuhan rumah?” Vera tersenyum lembut.
“Tidak Buk, uang ini hanya untuk anda. Kalau untuk kebutuhan rumah Bik Nurmi sudah mengatur semuanya,” jawab Vera.
“Masih ada yang ingin anda tanyakan?” tanya Vera. Kasih menggeleng, dia sudah sangat mengerti.
Meskipun di dalam hatinya sudah berteriak kegirangan, tapi Kasih tetap menunjukkan wajah yang biasa saja di depan Vera. Dia tidak mau sampai Vera melaporkan pada Dimas kalau dia sangat senang dengan dua kartu yang di berika Dimas padanya.
“Terima kasih, ya.” Kasih lalu menyimpan kedua kartu itu di dalam tasnya.
Mereka sampai di showroom mobil. Di dalam showroom itu hanya ada mobil sport yang mewah dan pasti sangat mahal.
“Aku tidak terlalu suka mobil sport, aku mau mobil yang biasa saja.” Vera mengerti, mereka lalu menuju showroom mobil yang lain.
Begitu sampai, Kasih langsung jatuh cinta melihat mobil warna merah menyala. Sejak dulu dia memang sangat ingin punya mobil warna merah.
“Aku mau yang ini boleh?” ujar Kasih yang sudah berdiri di samping mobil pilihannya.
“Anda bisa memilih mobil yang lain, Buk. Pak Dimas tidak keberatan anda memilih mobil yang mana saja.” Mobil yang Kasih pilih hanya mobil biasa harganya juga tidak terlalu mahal.
“Tidak apa-apa, kan yang penting fungsinya.” Kasih menaik turunkan alisnya, Vera pun tidak bisa berbuat apa-apa selain menyetujui mobil pilihan Kasih. Padahal bisa saja dia memilih mobil yang lebih mahal, tapi Kasih tidak ingin serakah. Mobil yang mana saja yang penting nyaman di pakai.
Setelah transaksi selesai, Kasih langsung mengendari mobil barunya. Pertama dia ingin pulang ke rumah orang tuanya dan memamerkan mobilnya pada ayah dan ibunya.
“Ibu bilang juga apa, kamu tidak akan menyesal menikahi Dimas. Sudah tampan, kaya lagi,” ujar Darna mengelus mobil mengkilap Kasih.
“Sejak kapan Ibu jadi matre begini?”
“Bukan matre, hanya realistis. Kalau ada orang yang bisa memberikan kehidupan yang lebih baik untuk kamu kenapa tiidak. Iya, kan?”
“Tapi apa Ibu pikir kebahagiaan Kasih. Kasih kan juga mau di cintai layaknya istri-istri yang lain yang bahagia karena di sayang suaminya.”
Darna sudah mengalihkan pandangannya pada putri kesayangannya itu. Dia menatapnya dengan penuh kelembutan.
“Kasih, jaman sekarang hidup serba susah. Ada orang yang bisa makan hanya sekali sehari, ada yang bisa makan dua kali sehari. Kalau kamu punya uang kamu bisa makan tiga kali sehari, masih bisa membeli apapun yang kamu mau, bisa jalan-jalan kemana saja tanpa beban. Apalagi yang kamu pusingkan. Kalau kamu kesal sama Dimas kamu kan masih bisa senang-senang dengan teman-teman kamu. Sekarang masalah hati itu sudah nomor sekian, yang penting kamu punya uang untuk menyenangkan diri kamu.”
Kasih geleng-geleng kepala, sejak kapan Ibunya yang jarang bergaul dengan tetangga itu jadi punya pikiran seperti seluas itu. Dua puluh dua tahun Kasih menjadi anaknya, tidak pernah sekalipun dia mendengar ibunya mengatur hidupnya. Hanya sekali, itupun saat Kasih ingin mengikuti jejak ayahnya.
“Kayaknya Ibu harus kurangi nonton sinetron deh,” Darna terkekeh, karena sebagian besar kata yang dia ucapkan memang berasal dari sinetron yang biasa di tonton di televisi.
“Ayah mana?” sejak tadi Kasih memang tidak melihat ayahnya.
“Biasa, ayah kamu lagi ada pertemuan sama atlet-atletnya buat persiapan lomba taekwondo tingkat nasional.”
Ayah Kasih adalah mantan atlet dan sekarang menjadi pelatih taekwondo, sudah banyak muridnya yang berhasil menjadi atlet kebanggaan negeri ini. Dulu cita-citanya ingin mengikuti jejak ayahnya, tapi tentu mendapat tentangan keras dari Ibunya.
“Ibu tidak tega melihat kamu di pukuli.” Ujar Darna kala itu yang merasa tidak tega melihat anak gadis cantiknya harus baku pukul dengan orang lain. Kasih pun mengurungkan niatnya padahal dia sudah berlatih mati-matian bersama ayahnya. Tapi meskipun di larang menjadi atlet, Kasih masih tetap berlatih taekwondo bersama Ayahnya di waktu senggang.
Setelah makan siang di rumah Ibunya, Kasih lalu pamit kembali ke rumah suaminya. Tentu saja dia ingin menjemput Aurel terlebih dahulu karena itu adalah tugas barunya menjadi ibu sambung gadis kecil itu.
“Ingat, jangan asal bicara di depan suami kamu. Dia itu hanya bersikap kaku bukan jahat.” Pesan Darna sebelum Kasih pergi.
“Iya, Bu. Kaish tahu kok harus bagaimana.” Kasih mencium pipi kiri dan kanan ibunya lalu kembali melajukan mobil barunya.
Saat sampai di depan gerbang sekolah Aurel, Kasih melihat ada seseorang wanita paruh baya yang sedang berbicara dengan Aurel sambil memegang tangannya. Merasa tidak pernah melihat orang itu, Kasih dengan cepat turun dari mobil dan berlari kecil mendekati Aurel.
“Hai,” Kasih langsung menyapa Aurel dari kejauhan. Melihat Kasih mendekat, orang yang tadi bicara dengan Aurel langsung pergi.
jgn tunggu diancam...
jgn serakah atau monika akan menyesal seumur hidupnya....