Dia adalah seorang gadis yang cukup liar, dia begitu bukan karena ada unsur kesengajaan tapi karena keadaan yang tidak mendukungnya untuk hidup baik-baik saja.
Keras kepalanya membuat kedua orang tuanya angkat tangan untuk mengurus hidup nya,
Nama nya Ashqia Naura, seorang wanita yang keras kepala, tapi hati nya selembut sultra dan sebersih embun.
Ashqia Naura mempunyai Kakak Laki-laki yang bernama Ashka Afdal dan adik perempuannya yang bernama Kila Ashkaf.
Dikehidupan ini, ntah dia yang kurang beruntung atau hidupnya yang kurang bersyukur, Karena Ashqia memiliki watak yang berbeda dengan kedua saudaranya.
Suatu ketika dia dihadapkan dengan seorang laki-laki yang berasal dari kalangan pesantren, dan dia Putra tunggal dari Kyia yang mempunyai satu pesantren yang cukup ternama di kota tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sariiiiiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31
Dipagi harinya mereka berkumpul di tepi pantai utara dengan berjemur dibawah panasnya sinar mentari pagi itu, dan menikmati beberapa jus yang mereka pesan.
Dan situ pastinya ada obrolan kecil tentang mereka semua baik itu kehidupan pribadi, dunia pertemanan atau pun percintaan.
"Ehh gimana kalo kita semua main Truth or Dare" ujar Fika supaya mereka lebih akrab
"Boleh tuh, ayok" ujar Musthofa
"Nggak ada permainan yang lain" ujar Naura dengan keraguan nya
"Lho takut rak" ujar laras yang tidak percaya kerna dari awal Naura biasanya paling semangat kalo permainan Truth or Dare ini.
"Ayolahh masa takut, kapan lagi aku bisa mengenal kalian kan" ujar Nuhud
"Ngenal kalian atau ngenal Naura nihh" ucapan jahil dari fajar
"Ayolah rak, ini asik lho karena kita ada enam orang" ujar Fika
"Ihkk mental cemen, nggak asik" ujar Nuhud
"Kamu beneran takut rak, ayolahh. nggak usah jadi pengecut gitu ya nggak" ujar Musthofa
"Aku nggak pengecut, ayok mulai"
"Nahh gitu dong, jangan pake mental kardus" ujar Nuhud
"Ihkk nyebelin lho Hud"
Dan saat putaran pertama, botol tersebut mengarah ke arah Musthofa. dan dia harus memilih pertanyaan atau tantangan dari satu satu temannya itu.
"Nahh Musthofa,o kamu pilih Truth or Dare" ujar Fika dengan semangat
"Wahhh mampus gua, kalian nanya yang wajar-wajar aja ya" ujar Musthofa karena dia sudah tau apa yang akan ditanyakan oleh Nuhud atau Fajar
"Pilih dulu, lho mau Truth or Dare" ujar Fika lagi
"Sabar dulu lahh aku pusing nih, nggak tau mau milih yang mana"
"Dear dehh, aku pilih tantangan"
"Kamu yakin nggak nih mau pilih tantangan dari kita berdua"
"Aku yakin milih tantangan. ayok kalian mau ngasih tantangan apa" ujar sombong dari Musthofa
"Hud, kamu atau aku nih yang ngasih tantangan nya" ujar Fajar
"Kamu duluan deh, aku juga pengen tau nih apa tanggapan dari dia" ujar Nuhud
"Sekarang kamu telfon Shintia dan bilang Kamu tuh suka sama dia, dan kamu harus berani nyatain Perasaan sama dia sekarang juga" ujar Fajar
"Ayok lah guys, kalian tau sendiri kan Shintia orang nya gimana" protes Musthofa
"Iya kita tau Shintia orang nya gimana, maka dari itu kamu harus bilang kalo kamu tuh suka sama dia" sambung Nuhud
"Wahh ternyata ada yang cupu nih ceritanya" ujar Fika
"Nggak lho fik, aku bukan cupu. Shintia tu orang nya tertutup banget nggak mungkin kalo aku ngomong tentang perasaan sama dia"
"Ayok kamu tunggu apa lagi telfon sekarang" ujar Nuhud
"Shintia teman kalian yang ada di kelas 3B itu" tanya Naura
"Iya cerita nya Musthofa udah suka sama dia dari dulu, tapi dianya nggak berani nyatain perasaan nya sendiri" jawab Nuhud
"Ayok dong, ntar di ambil orang baru tahu rasa lho" ujar Fika
"Nggak gitu, Shintia memang udah punya cowok, tapi Musthofa sok-sok an jadi penggemar berat gitu" ujar fajar
"Gua nggak berani, nggak ahk ganti aja yang lain" ujar Musthofa
"Ini kesempatan buat lho banget lho, untuk bisa ngungkapin perasaan lho yang sebenarnya" ujar Fika
"Emang Shintia nya tau nggak Musthofa suka sama dia" ujar laras
"Nggak tau, makanya dari itu kita minta dia ungkapin perasaannya dulu. ayok telfon sekarang, waktu jalan nih"
Dengan sangat terpaksa Musthofa menghubungi nomor nya Shintia dan ngomong yang sebenarnya tentang perasaannya sejak dari dulu dia pendam sendirian.
"Nggak di angkat nih"
"Coba lagi aja, mana tauan dia lagi nggak megang handphone"
Sudah dua panggilan tak terjawab dari Musthofa untuk Shintia, karena handphone nya tidak berdering alias datanya sengaja dimatiin Musthofa.
"Aduhhh kenapa pake nggak diangkat segala sih, kita lagi penting-pentingnya" ujar Fajar karena rencananya gagal total
"Lanjut-lanjut, giliran siapa nih yang mutar" ujar Fika
"Coba gua dehh, Bismillah" Naura memutar botol tersebut dan berhenti tetap dihadapan Nuhud
"Nahh, kena juga akhirnya" ujar Musthofa yang kegirangan
"Kenapa aku sih qia..." ujar Nuhud
"Ya mo gimana lagi, berhenti nya di lho. Lho pilih mana nih Truth or Dare"
"Aku pilih Truth aja deh, soalnya kalo tantangan aku nggak sanggup" ujar Nuhud
"Ha-ha-ha lemah lho Hud" ujar Fika
"Siapa yang mau nanya, Naura kamu yang nanya atau kita nih" ujar Musthofa seperti nya sudah punya senjata persiapan untuk menyerang Nuhud
"Kalian deh, gua malas"
"Tenang rak, aku jamin pertanyaan kita bikin lho lega deh" ujar Fajar
"Kalian berdua jangan aneh-aneh ya" ujar Nuhud seketika memberi kode kepada dua temannya itu.
"Nggak aneh kok, cuma suatu pertanyaan yang butuh jawaban" ujar Musthofa
"Kamu milih kata hati mu atau milih harus menentang abi mu sendiri" pertanyaan Fajar yang mereka bertiga mengerti dan ambigu bagi Naura bersama dua sahabatnya
"Maksud pertanyaan lho apa sih, gua nggak ngerti" ujar Fika kepada Fajar
"Kalian mungkin nggak ngerti tapi Hud ngerti kok. ayok Hud jawab nggak pake lama"
"Gila pertanyaan mu macam apa itu, ganti " pinta Nuhud
"Nggak bisa, jawab dulu kami siap mendengarkan penuturan panjang lebar dari kamu kok" ujar Musthofa
"Nego dikit lahh, aku nggak bisa jawab soalnya"
"Emang sesusah itu, tinggal jawab doang kok" ujar Naura yang membuat Nuhud keringat panas dingin
"Oke jadi gini" Nuhud sengaja memberi jeda pada omongan nya yang membuat mereka semua menunggu
"Apa kita udah nungguin tapi pending nya lama banget" ujar laras
Oke aku Jawa sabar dong, ngumpulin niat dulu nihh" ujar Nuhud
"Emang niatnya apa" ujar Fika yang kebingungan
"Nggak usah pake niat segala Nuhud, kamu tinggal jawab aja apa susahnya sih"
"Udah jawab aja cepat, waktu jalan nih" ujar Naura
"Untuk sekarang aku nggak bisa jawab itu, karena disatu sisi aku nggak bisa menentang keinginan abi. tapi disisi lain aku juga tidak bisa dengan pilihan abi, dan untuk sekarang ini aku masih tetap dengan pilihan aku sendiri dan mungkin nggak akan berpaling lagi. Dan aku nggak tau apa tanggapan abi tentang ini nantinya" penuturan Nuhud panjang lebar
"Serius banget sih" ujar Naura yang memecah keheningan diantara mereka
"Kalo abi mu tetap kekeh dengan pilihan nya untuk mu gimana" ujar Musthofa
"Kamu pasti tau lah Hud, bagaimana kerasnya abi mu sendiri" ujar Fajar
"Aku nggak tau, tapi aku berhak bahagia dengan pilihan ku sendiri kan" ujar Nuhud yang dibenarkan teman-temannya itu
"Bagaimana abi mu tidak setuju dengan pilihan mu Hud" tanggapan Naura yang seperti nya sudah mengerti arah pembicaraan mereka
"Aku akan mempertahankan dan memperjuangkan pilihan ku sendiri sampai aku mampu" ujar Nuhud yang menatap mata lentik Naura
"Emang ada perbedaan ya Hud pilihan mu dengan pilihan abi mu sendiri sampai-sampai lho berani mentang keinginan nya" ujar laras yang sok tau
"Aku nggak ngomong aku menentang keinginan abi, tapi kalo soal perbedaan mungkin banyak"
"Yang paling mendasar perbedaan nya apa emang nya" ujar Fika yang sangat kepo
"Alasan aku tetap dengan pilihan ku ya itu, aku tau bagaimana dia, dan setidaknya aku kenal lah dia seperti apa. tapi pilihan abi tidak mungkin untuk ta'aruf lagi"
"Ta'aruf itu apa" tanya Naura dengan sangat dangkal dengan islam
"Ta'aruf itu masa pengenalan, dan itu biasa dilakukan di pesantren"
"Whattt pesantren. Jadi lho beneran dari kalangan pesantren Hud" ujar Fika yang sedikit kaget
"Iyahh abi dan umi aku punya pesantren di jakarta" ujar Nuhud
"Setau aku, walaupun aku nggak dari kalangan pesantren. Menentang omongan orang tua sendiri itu dosa lho" ujar Naura
"Iya dosa tapi aku udah cinta sama kamu mau gimana lagi" ujar Nuhud jujur
"Dihh apaan sih nggak jelas lu"
"Dengerin sini dulu, sini dengerin" ujar Nuhud yang memegang jemari Naura dan seketika membuat teman-teman nya terpaku melihat mereka berdua
Mereka seperti menonton drama Korea yang sangat romantis, dan terhipnotis seketika.
"Aku mau kamu percaya sama aku dari sekarang dan untuk kedepannya, karena kepercayaan yang kamu bangun untuk aku akan aku jadikan pedoman nantinya saat berhadapan dengan abi, dan kamu tidak boleh mendengarkan omongan orang lain tentang aku"
"Maksudnya bagimana, aku bingung " ujar Naura
"Ehm serasa dunia milik berdua yang lainnya ngontrak" ujar laras yang memberikan kode keras kepada Nuhud dengan tatapan matanya
"Jadian dong, masa cuma digantung dong. ntar dipepet yang lain nyesel, nangess" ujar Fajar
Dan Fajar mengkode teman-teman nya itu supaya meninggalkan Naura dan Nuhud berdua supaya bisa ngomong
"Rak, aku mau masuk dulu yah. sakit perut soalnya" ujar Fika
"Yaudah nanti balik lagi ya"
"Pasti gua balik rak"
"Eh Fika nanti bawain handphone gua keluar ya, lupa tadi ketinggalan didalam" alasan laras mau pergi dari hadapan mereka
"Yaudah sama aja, aku mungkin lama kayaknya nih. Mules habis makan pedes"
"Gimana sih, nggak kuat pedes tapi tetap makan. ada-ada aja" ujar Fajar, seketika Fika dan laras masuk ke dalam kamarnya
"Hud kita beli minuman dulu ya, haus tenggorokan nih, kering dari tadi nggak minum" ujar Musthofa
"Gua nitip ya Musthofa, gua juga haus. tenggorokan gua juga kering rasanya nih"
"Okeyy siap, tunggu ya"
Dan Nuhud memikirkan omongan Fajar tadi karena omongan Fajar ada benar nya, akhir-akhir ini dia sering melihat Naura dekat dengan Aldi.
"Ashqia kamu mau nggak jadi pacar aku" ujar Nuhud dengan sangat hati-hati dia takut Naura nantinya marah
"Gua nggak bisa Hud" ujar Naura yang mencoba untuk melepaskan tangan Nuhud
"Apa alasan"
"Aku nggak mau aja punya hubungan pacaran dengan siapa pun karena itu akan merusak hubungan pertemanan kita doang"
"Aku nggak akan nuntut apapun dari kamu kok, aku cuma pengen aja hubungan kita pasti. dan anggap aja sekarang kita lagi ta'aruf"
"Nggak bisa Hud, lho cuma tinggal satu bulan lagi disini, dan gua bukan tipe orang pertama kali ketemu langsung jadian"
"Aku tau kamu bukan tipe orang yang seperti itu, tapi aku cuma nggak mau kehilangan kamu aja, habis perpisahan sekolah kamu aku jemput ke sini kok. JANJI"
Naura sedikit memikirkan apa yang dibilang Nuhud barusan, dan dia mempertimbangkan segalanya untuk masa depannya nanti.
"Yaudah kita jadian nya habis perpisahan sekolah aja kalo gitu"
"Ya nggak gitu juga konsep nya qia"
"Kalo lho nggak mau yaudah, gua mau fokus dengan ujian juga nanti dan nggak mau mikirin pacaran dulu"
"Yaudah deh iya, tapi kamu harus janji dulu dengan omongan mu yang tadi"
"Gua nggak bisa janji karena nanti gua udah lupa sama lho" ucapan Naura dan berlalu pergi meninggalkan Nuhud sendirian