" Jika kau tidak mau mendengar ku. Aku akan mencium mu sekarang juga" ancam Zahra.dia benar benar ingin pulang dan menemui teman temannya. Dia sudah berjanji ingin keluar bersama. Tapi dia juga tidak berani untuk ijin pada Umi Amelia.
" Cium saja jika kau ingin kita di nikah kan sekarang juga." Kata Ustadz Sulaiman melepas tangan Zahra dari lengannya dan kembali melangkah masuk ke dalam.
Zahra mengangkat tangannya meninju Angin. Dia sangat geram dengan sikap ustadz Sulaiman yang ternyata tidak mudah dia kendalikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku tidak mau
Ustadz Sulaiman yang mendengar jika Zahra tidak mau pulang ke rumah karena takut ketahuan oleh Abahnya langsung menekan rem mobil kemudian melihat ke arah Zahra.
" Terus kau mau kemana. Jika kau bisa keluar rumah tidak di ketahui oleh orang tua mu. Kenapa kau tidak melakukan hal yang sama lagi" Kata Sulaiman benar benar terpancing dengan sikap Zahra.
" Aku tidak pernah pulang Jam segini lewatnya. Biasanya aku pulang sebelum Abah bangun Solat malam"jawab Zahra tidak berani melihat Sulaiman. Dia sadar jika pria di sampingnya itu sudah sangat jengah menghadapi tingkahnya.
" Baik lah. Terus kau mau kemana . " Tanya Sulaiman menatap Datar pada Zahra.
Zahra masih diam. Dia juga bingung ingin kemana di jam segini. Apa lagi semua sahabatnya asih berada di kantor polisi. Dia ingin ke rumah Ayuna. Tapi dia khawatir ketahuan oleh ibu Ayuna tentang kelakuannya.
Melihat Zahra Hanya Diam saja Sulaiman kembali memijat pangkal hidung mancungnya. setelah berfikir sejenak akhirnya dia kembali menghidup kan mobilnya dan berpatah balik.
Zahra masih tetap diam tidak berani membuka suara melihat kemarahan dari sorot mata Ustadz Sulaiman. ini juga pertama kali Sulaiman merasa kesabarannya benar benar di uji menghadapi sikap Zahra.
Tidak berapa lama Sulaiman memarkir mobilnya di sebuah rumah mewah berlantai dua.
Zahra mengedar kan pandangannya di Rumah Mewah itu. Dia tidak tau siapa pemilik rumah di hadapannya.
" Turun" Singkat Sulaiman turun dari Mobilnya melangkah mendekati pintu tersebut.
Zahra juga mengikuti Punggung ustadz Sulaiman.
Sulaiman membuka pintu rumah berlantai dua itu kemudian melangkah masuk ke dalam dengan Zahra yang mengikuti punggungnya.
Zahra mengedarkan pandangannya di rumah yang di desain gaya Eropah modern di hadapannya yang sangat rapi dan elegan dengan barang barang yang di tata rapi tapi di tutup beberapa bahagian menggunakan kain bewarna putih. Rumah siapa. Batin Zahra.
" Kau tidur saja di sini." Kata Ustadz Sulaiman melangkah naik ke lantai dua. Zahra masih setia mengikuti Sulaiman punggung Calon suaminya itu.
Ustadz Sulaiman membuka satu pintu kamar yang berwarna putih. Zahra berdiri di dekat Sulaiman. Dan melihat ke dalam kamar yang seperti kamar Cewek.
" Tidur la di kamar ini. Kau bisa menggunakan Pakaian yang berada di lemari ruang ganti sana. Jika kau mau mandi. Semua sudah siap di dalam kamar mandi. bangun pagi kau buat saja sarapan sendiri. Semua lengkap di dapur bawah. Besok Aku akan menjemput mu di sini" jelas Ustadz Sulaiman panjang Lebar masih berdiri di ambang pintu dengan satu tangan memegang knok pintu.
" Apa kata mu. Besok kau menjemput ku di sini. Yang benar saja kau meninggal kan aku di rumah sebesar ini seorang diri. Dan aku juga tidak tau ini rumah siapa. " Kata Zahra berapi api. Dia takut di tanggal sendirian di sana.
" Ini Rumah ku. Kamar ini, kamar Danissa." Kata Ustadz Sulaiman melangkah ingin turun kebawah. Dia tidak peduli Pada Zahra yang takut sendirian di Rumah Itu. Siapa suruh dia membuat masalah. Fikir Sulaiman.
Rumah mewah itu memang milik Ustadz Sulaiman. Dia membelinya dari hasil Usahanya yang berada di Mesir. Rumah yang dia beli untuk di tinggali oleh Abi juga Uminya dan Adiknya. Tapi Uminya sudah nyaman tinggal di rumah sederhana yang tidak jauh dari pasantren Al Fatih.
Karena rumah itu tidak di tinggali. Maka itu beberapa isi rumah itu sengaja di tutup Agar tidak berdebu. Tapi Sulaiman juga sering di sana. Jadi dia juga membeli beberapa bahan makanan dan menyimpannya di kulkas.
Zahra menghalangi jalan Sulaiman dan merentangkan ke dua tangannya di hadapan Sulaiman.
"Tidak. Aku tidak mau. Aku takut tinggal di sini sendirian. Pokoknya aku tidak mau. Kau harus menemani aku..'' Kata Zahra kekeh tidak mau di sana sendirian.