Alya, seorang gadis desa, bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga kaya di kota besar.
Di balik kemewahan rumah itu, Alya terjebak dalam cinta terlarang dengan Arman, majikannya yang tampan namun terjebak dalam pernikahan yang hampa.
Dihadapkan pada dilema antara cinta dan harga diri, Alya harus memutuskan apakah akan terus hidup dalam bayang-bayang sebagai selingkuhan atau melangkah pergi untuk menemukan kebahagiaan sejati.
Penasaran dengan kisahnya? Yuk ikuti ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Wah! KOK BISA?
Wah! KOK BISA?
🌸Selingkuhan Majikan🌸
Pagi mulai beranjak siang ketika Arman, dengan perasaan gelisah, mengitari desa Alya.
Sudah hampir setengah hari ia mencari keberadaan Alya, mendatangi tempat-tempat yang mungkin didatangi perempuan yang sudah mencuri hatinya.
Setiap sudut desa ia jelajahi, dari rumah-rumah tetangga hingga tempat rumah Alya dulu berdiri. Namun, hasilnya tetap nihil. Alya seolah lenyap tanpa jejak.
"Di mana dia?," gerutu Arman frustrasi.
Pikirannya tiba-tiba teringat pada satu tempat yang mereka kunjungi beberapa hari yang lalu, yaitu kuburan keluarga Alya.
Dengan cepat, Arman pun berjalan menuju pemakaman di belakang bukit.
***
Sementara itu, di pemakaman yang sepi, Alya berdiri di hadapan empat makam berjejer. Di depan nisan yang tertulis nama kedua orang tuanya, dan adik-adiknya, Alya berlutut.
Tubuhnya bergetar, air matanya menetes tanpa bisa dibendung.
"Ayah... Ibu... Maafkan aku," bisiknya pelan, "Aku sudah terlalu lama pergi... terlalu lama meninggalkan kalian. Kalau saja aku tahu, aku tidak akan pernah pergi dari sini... 😭😭😭."
Suaranya pecah dalam tangisan. Bayangan masa lalu terus menghantuinya, bagaimana dia meninggalkan keluarganya dengan penuh harapan untuk masa depan yang lebih baik, namun kembali hanya untuk menemukan mereka telah tiada.
"Aku harap kalian bisa mendengar ini... Aku akan tinggal di sini, di desa kita... Mungkin aku tidak bisa memperbaiki apa yang sudah terjadi, tapi aku akan menjaga kenangan kalian. Aku akan memastikan bahwa kalian tidak terlupakan."
***
Beberapa saat kemudian...
Arman tiba di pemakaman dengan napas terengah-engah. Mata terarah ke barisan nisan yang berderet dan berharap menemukan Alya di sana.
Namun, ketika ia tiba, makam itu kosong.
"Alya..." desah Arman, frustrasi. "Kamu pasti baru saja di sini."
Arman memandang sekeliling dengan cemas karena merasa seolah waktu terus mengejarnya.
"Alya, sebenarnya kamu pergi ke mana?," gumam Arman semakin resah.
Meski ia mencoba tetap tenang, kenyataan bahwa ia telah selisih jalan dengan Alya membuatnya semakin merasa putus asa.
Tanpa disadari, Alya sudah meninggalkan pemakaman hanya beberapa menit sebelumnya.
Jalanan yang sama yang ia lewati beberapa waktu lalu kini tampak kosong dan sunyi. Hanya langkah-langkah kaki Arman yang terdengar di jalan setapak menuju kuburan.
Arman kemudian berhenti lalu memandang ke arah langit yang mulai mendung.
"Alya," bisiknya lagi. "Aku tidak akan berhenti sampai aku menemukanmu."
**
Saat sore hari menjelang malam, Arman tiba di rumah di kota. Ia melangkah masuk ke rumah dengan langkah yang berat.
Wajahnya nampak lelah, bukan hanya fisik, tetapi juga mental. Mencari Alya sepanjang hari tanpa hasil membuatnya merasa kosong, seolah ada bagian dari dirinya yang hilang.
Sesampainya di ruang tamu, ia berjalan perlahan, seakan tidak memiliki tujuan. Namun tiba-tiba, dari sudut matanya, ia melihat bayangan seseorang yang seharian ini ia cari di dapur.
"Alya?," gumamnya dalam hati dengan napas yang tertahan.
Namun sebelum ia sempat memastikan, suara lembut Andin terdengar dari arah tangga hingga membuatnya tersentak.
"Mas, sudah pulang? Kirain Mas Arman masih di luar kota," sambut Andin seraya menghampiri dengan senyum yang lembut di wajahnya yang cerah.
Arman mengerjapkan matanya lalu menoleh kepada Andin. "Iya, baru sampai." jawab Arman datar dan tidak menunjukkan kegembiraan saat bertemu Andin.
"Capek ya? Mau aku bikinin teh hangat?," tanya Andin perhatian, lalu menggandeng tangan Arman dan mengajaknya duduk di sofa.
Namun pikiran Arman masih terarah pada sosok Alya yang tadi ia lihat. Tatapannya kembali mencuri pandang ke arah dapur, dan benar saja, di sana Alya sedang sibuk melakukan pekerjaan rumah seperti biasa, mengelap meja dan menyiapkan peralatan makan.
"Alya? Dia sudah kembali ke sini? Bagaimana bisa?," batin Arman penuh tanya, terkejut sekaligus bingung.
Sementara, Andin yang duduk di sampingnya, menatap wajah suaminya itu yang tampak penuh beban. "Kamu kelihatan capek banget, Mas. Aku tahu tugas luar kotanya pasti berat. Tapi aku senang kamu sudah pulang."
"Iya, tugasnya lumayan berat," jawabnya seadanya.
Andin pun tersenyum, kemudian berdiri. "Aku ambilkan teh hangat, ya?."
Arman mengangguk pelan, namun tidak benar-benar memikirkan apa yang Andin katakan.
Begitu Andin pergi, ia menatap ke arah dapur lagi, dan melihat Alya yang masih berkutat dengan pekerjaannya.
"Alya, bukankah dia bilang akan pergi? Tapi saat ini, di rumah ini, kamu sudah ada di rumah ini lagi," gumam Arman dalam hati. Ia hampir tidak sabar untuk segera menghampiri Alya dan meminta penjelasan.
Namun saat itu, Andin kembali dengan teh hangat di tangannya. "Nih, Mas. Biar sedikit santai."
Arman menerima cangkir itu dan meminum teh hangatnya, "Terima kasih, Din," ucapnya dengan senyum tipis.
"Aku senang kamu pulang, Mas," kata Andin lagi, namun Arman tidak membalasnya dan hanya asyik meminum teh.
Bersambung...
~ Wah! kok bisa Alya sudah di rumah Andin? Bukannya dia mau pergi ya? Penasaran? Tunggu episode selanjutnya ya... 😍~