"Pocong Bintang Kos"
Budi, penghuni baru di Kos 13B, harus berbagi kamar dengan Pocong Hilarious, hantu kocak yang bercita-cita jadi bintang komedi. Namun, di balik tawa yang mereka ciptakan, ancaman makhluk gaib mulai mengintai. Saat kegelapan menyerang, bisakah tawa menjadi senjata untuk menyelamatkan semua penghuni kost
Kos 13B terlihat biasa saja, tapi siapa sangka, di dalamnya ada Pocong Hilarious—hantu konyol yang suka melucu. Ketika Budi pindah, hidupnya berubah drastis, dari tenang menjadi penuh tawa… dan horor.
Tawa yang diandalkan Pocong dan Budi justru menarik perhatian makhluk gaib yang lebih kuat. Penjaga Lama kos mulai menyerang, mengancam nyawa semua penghuni.
Bisakah tawa mengalahkan kegelapan?
Ikuti kisah kocak dan seram "Pocong Bintang Kos"!
Salam Hormat
(Deriz-Rezi)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deriz-Rezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6: Bayangan yang Melawan
Makhluk besar itu berdiri dengan tubuh yang terdiri dari bayangan pekat, seperti asap hitam yang terus bergelombang. Mata merahnya menyala tajam, sementara suaranya bergema di seluruh ruangan.
“Kalian pikir bisa melewati perpustakaanku tanpa hukuman?” tanya Penjaga Bayangan.
“Kalau boleh jujur, kami juga nggak mau ke sini,” jawab Budi sambil mundur perlahan.
“Tapi kita sudah di sini, jadi... mungkin kita bisa bicara baik-baik?” tambah Djigo dengan nada cemas.
Pocong mencoba melucu untuk mengalihkan perhatian. “Kau tahu, aku juga bayangan... mungkin kita saudara jauh?”
Makhluk itu tidak terhibur. “Kalian semua harus membuktikan diri dengan kekuatan atau menyerahkan jiwa kalian sebagai gantinya.”
---
Pertarungan Dimulai
Tanpa peringatan, Penjaga Bayangan menyerang mereka dengan gelombang bayangan yang menyerupai cambuk panjang. Mereka bertiga langsung berpencar untuk menghindar.
“Aku benci kekuatan supernatural seperti ini!” teriak Budi sambil berlindung di balik rak buku melayang.
Djigo mencoba memanfaatkan lingkungan. Dia mengambil buku-buku yang melayang dan melemparkannya ke arah Penjaga Bayangan. Namun, buku-buku itu hanya menembus tubuh bayangan tanpa efek apa pun.
“Kita butuh rencana! Serangan biasa nggak akan berhasil!” seru Djigo.
---
Petunjuk dalam Buku
Saat mencoba menghindari serangan, Pocong secara tidak sengaja membuka sebuah buku lain. Di dalamnya terdapat tulisan bercahaya:
"Bayangan hanya bisa dihancurkan dengan cahaya, tetapi hati-hati, cahayanya harus diarahkan dengan tepat."
Pocong berteriak ke arah teman-temannya. “Hei! Kita butuh cahaya! Itu satu-satunya cara!”
“Cahaya? Dari mana kita dapat cahaya di tempat gelap kayak gini?” balas Budi.
Djigo melihat sebuah lentera kecil di tengah ruangan, tergantung di udara. “Itu dia! Lentera itu mungkin kuncinya!”
---
Merebut Lentera
Mereka bertiga berlari menuju lentera, tetapi Penjaga Bayangan menyadari rencana mereka. Dengan cepat, ia menciptakan dinding bayangan untuk menghalangi mereka.
Djigo mengeluarkan peta yang sebelumnya mereka ambil dan melemparkannya ke bayangan itu. Ajaibnya, peta itu bersinar dan membuat dinding bayangan terbakar.
“Peta ini punya kekuatan cahaya! Gunakan ini untuk melindungi kita!” seru Djigo.
Mereka berhasil mencapai lentera, tetapi lentera itu tergantung di atas tiang yang sangat tinggi.
“Siapa yang bisa mengambilnya? Aku nggak bisa manjat!” kata Budi.
“Biar aku!” Pocong melompat-lompat dengan lincah, akhirnya berhasil mencapai lentera tersebut.
---
Menggunakan Cahaya untuk Melawan
Dengan lentera di tangan, Pocong memusatkan cahayanya ke arah Penjaga Bayangan. Cahaya itu membuat makhluk itu berteriak kesakitan, tubuhnya mulai memudar.
“Teruskan, Pocong! Itu berhasil!” seru Djigo.
Namun, Penjaga Bayangan tidak menyerah begitu saja. Ia menciptakan bayangan kecil yang menyerang mereka dari berbagai arah. Budi dan Djigo mencoba melindungi Pocong agar lentera tidak jatuh.
“Kita harus memusatkan cahayanya lebih kuat!” kata Djigo.
Pocong mengarahkan cahaya lentera ke salah satu cermin yang ada di ruangan itu, memantulkan cahayanya ke seluruh ruangan. Bayangan kecil langsung menghilang, dan tubuh Penjaga Bayangan mulai runtuh.
“Tidak! Ini tidak mungkin!” teriak Penjaga Bayangan sebelum akhirnya menghilang sepenuhnya.
---
Petunjuk Baru dan Bahaya Lainnya
Setelah Penjaga Bayangan lenyap, lentera itu bersinar lebih terang, menyoroti sebuah pintu tersembunyi di salah satu sudut ruangan.
“Mungkin itu jalan keluarnya,” kata Djigo sambil menghela napas lega.
Mereka membuka pintu itu dan menemukan tangga spiral yang mengarah ke bawah, tampak seperti menuju ke tempat yang lebih gelap lagi.
“Kenapa kita nggak pernah naik? Kenapa selalu turun?” keluh Budi.
Pocong, masih memegang lentera, mencoba optimis. “Setidaknya kita masih hidup. Kita harus terus maju.”
Namun, sebelum mereka turun, suara tawa familiar terdengar dari belakang mereka.
“Kalian pikir ini sudah selesai?”
Mereka berbalik dan melihat versi jahat mereka berdiri di pintu masuk ruangan, siap menyerang lagi.
“Kenapa mereka selalu muncul di saat yang salah?” keluh Budi.
Dengan cepat, mereka melangkah ke tangga dan menutup pintu di belakang mereka. Namun, mereka tahu bahwa pertarungan dengan versi jahat mereka belum selesai.
JANGAN LUPA LIKE KOMEN VOTE FAVORIT DAN HADIAH YAAAA 🩵🩵🩵
lanjutt kak