Morgan & Emily,
Perjanjian bisnis orang tua Morgan, memmbuat Morgan & Emily harus menikah.
"Walaupun pernikahan kita atas dasar org lain, tapi aku tidak ingin ada org lain dalam rumah tangga ini ketika nanti kita sah menjadi pasangan suami istri". ucap Emily
Menjadi seorang Wanita karir sekaligus seorang istri, Emily selalu berusaha membuat suaminya bahagia dan menjaga rumah tangganya ditengah-tengah kesibukannya mengejar target menjadi kepala rumah sakit dan menyelesaikan proyek pembangunan rumah sakit miliknya sendiri.
"Aku hanya ingin kau fokus dengan Rumah tanggal & kandunganmu Emily, aku tidak meminta kau berhenti bekerja setidaknya kurangi beban pekerjaanmu". ucap Morgan frustasi sambil mengacak-ngacak wajahnya dengan telapak tangannya
Disaat Hubungan dengan Suaminya mulai terbangun sebuah peristiwa mengubah segalanya & membuat Emily keluar dari rumah dan meninggalkan segalanya dalam keadaan mengandung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GRACIA SYLIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali untuk kesekian kalinya Ke aussie
.
.
.
Setiap harinya Emily & Hans semakin dekat. Hubungan yang terbuka, saling mengahargai pendapat, bertukar pikiran, tidak ada tuntutan, benar-benar hubungan yang Emily sukai.
Bersama Hans ia benar-benar merasa menjadi dirinya sendiri dengan penuh kebebasan.
Mereka selalu bertukar pesan, membahas bagaimana rencana ke depannya, termasuk Hans bertanya tentang kehamilannya. Hans tidak tau tentang saka tapi soal kehamilannya ia tau bahwa perempuan itu pernah mengandung apakah ia sudah melahirkan atau? Hal itu membuat beban tersendiri dalam pikiran Hans.
"Sayang, aku boleh bertanya sesuatu ga sama kamu. Kalo kamu ga mau jawab gpp juga." pesan dari Hans saat mereka sedang chatingan.
Emily yang mendapati isi pesan tersebut terdiam, ia berpikir namun keputusannya adalah memberitahu Hans yang sebenarnya sejauh apapun ia menutupi Saka ia akan tau juga, ia tidak ingin menutupi hal apapun dengan Hans, lagian Hans adalah orang pertama yang tau tentang kehamilannya saat memeriksa kesehatan waktu itu.
"Aku sudah melahirkan Hans, dia laki-laki. Apa kau terganggu denga hal ini?." balas Emily gugup.
"Serius? Aku sangat tidak sabar bertemu dengannya. Aku benar-benar tidak mempermasalahkan ini sayang." ucap Hans antusias dalam percakapan pesan itu.
"Tapi apa Morgan tau tentang anaknya?" Tanya Hans.
"Belum sayang, aku masih merahasiakannya."
percakapan mereka terus berlanjut dan rasanya Hans ingin cepat-cepat bertemu dengan Saka.
Emily juga mengirimkan beberapa foto dan vidio Saka pada Hans. Hans rasanya ingin cepat-cepat akhir pekan dan kembali ke korea.
Emily sudah memberikan izin untuk Hans bertemu Saka, namun tidak dikorea tapi di australia karena lusa ia akan terbang ke asutralia bersama Saka sedangkan Keyla kembali ke indonesia karena ada urusan penting disana.
Hans tentu menyetujuinya dengan antusias.
Sedangkan ditempat lain, Morgan hari sedang dalam pesawat menuju Australia. Ia kembali ke rumah orang tua Emily untuk mengetahui kabar terbaru.
Kali ini ia tidak sendiri, ia bersama Rudi dan veronica mereka dalam perjalanan bisnis sedangkan Morgan tidak ada kegiatan, namun mereka memilih tinggal di satu tempat yaitu Apartemen Morgan yang memiliki 3 kamar dan Veronica tidak keberatan akan hal itu.
Hubungan ke tiganya benar-benar baik, mereka saling mensupport dalam urusan pekerjaan dan pribadi satu sama lain. Bahkan Veronica juga sudah akrab dengan kekasih Rudi yaiti kirana.
Sesampainya di Australia, Mereka berpisah. Morgan langsung menuju ke rumah orang tua Emily sedangkan Keduanya langsung ke apartemen setelah Morgan memberikan akses pin untuk bisa masuk.
30 menit perjalanan, Morgan membawa mobil pribadinya, mobil tersebut dibawa oleh pengelola apartemen tersebut.
jam menunjukkan 9 pagi, Morgan dengan perasaan capek, lapar, gugup, sedih memberanikan diri menginjakkan kakinya kembaki ke rumah Emily.
Sesampainya disana, ia masuk dalan pekarangan tanpa pengecekan karena semua satpam tau siapa yang datang. Ia memarkirkan mobilnya dihalaman mansion mewah tersebut.
Ia menarik nafasnya dalam-dalam sebelum turun dari mobil lalu menghembuskannya dengan lirih, matanya kini muali berkaca-kaca. Ia seolah sudah tau dengan jawaban apa yang akan ia dapat namun ia tidak akan berhenti untuk mencari Emily.
Morgan mendapati Ayah Emily sedang duduk diteras rumah sambil menikmati secangkir kopi dan sebatang rokok. Mendengar ada suara langkah, pandangan Ayah Emily langsung tertuju pada siapa yang datang.
"Ma..maaf.. Aku mengganggu waktu papa." ucap Morgan berdiri dihadan Ayah Emily, badannya kaku nafasnya begitu berat.
Ayah Emily menatapnya dalam beberapa saat, ia mendapati Morgan tak lagi sama seperti pertama kali datang ke rumah ini. Badannya, raut wajahnya, ia bisa melihat Morgan seperti orang yang kehilangan kepercayaan diri.
"Duduklah." ucap datar papa mertua Morgan.
Dengan sungkan ia duduk dikursi yang berhadapan langsung dengan mertuanya, sejujurnya Morgan sudah sangat malu, sangat lelah untuk semua hal ini tapi dia tidak bisa berhenti sampai menemukan kabar terbaru Emily.
Ayah Hans memanggil seorang Maid, lalu menyuruhnya membuatkan dia secangkir kopi.
Mendengar hal itu Morgan membuka suaranya, pasalnya ia baru saja keluar dari rumah sakit ditambah lagi ia habis dalam perjalanan jauh.
Ayah Emily pun mengangguk dan meminta mebawakan satu gelas air putih sesuai permintaan Morgan.
"Aku belum juga menemukan Emily Pa." ucapnya tertunduk lesu.
"Aku udah ga tau lagi harus bagaimana, aku berharap sebesar-besarnya untuk bisa kembai membangun rumah tangga dengan Emily. Tapi sudah 2 tahun lebih dia tidak kembali." Lanjut Morgan kini ia menatap Mertuanya.
"Papa ga bisa bantu kamu nak Morgan, papa ga bisa menyalahkan kamu sepenuhnya atas kejadian ini." ucap Ayah Emily.
Merasa tidak menemukan jawaban dimana keberadaan Emily, Morgan benar-benar muak.
"Setidaknya kasih aku jawaban Pah..Kalau memang Emily sudah menemukan kehidupan baru bersama orang lain aku akan mundur." ucap Morgan, ia yakin betul bahwa orang tuanya ikut andil dalam menyembunyikan istrinya.
"Kabari Emily, ia tak perlu bersembunyi lagi. Jika ia takut aku akan merusak kebahagiaannya, tolong sampaikan pada Emily Pah aku akan merelakan dia dan melepaskan ikatan pernikahan ini." lanjutnya kini air matanya mulai jatuh.
"Dengan begitu ia tidak perlu menyiksa dirinya sendiri lagi dengan menghindar dan hidup dalam bayang-bayang ikatan pernikahan kita. Dari lubuk hati aku yang paling dalam aku minta maaf jika gagal menjaga Emily dan membuat putri papah tersakiti."
Kali ini Morgan tidak ingin egois, tidak ada satu kata pun yang ayah Emily ucapkan ketika mendengar apa yang Morgan katakan. Karena semua keputusan dan jawabannya hanya Emily yang harus memberikannya pada Morgan.
Melihat tak ada jawaban dari mertuanya. Morgan Beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan ayah Emily yang masih duduk dalam kursinya.
Ia kembali ke mobil tanpa sedikitpun menoleh ke belakang, ia tidak berharap dipanggil oleh mertuanya, benar-benar ia tidak mengharapkan apapun lagi. Ayah Emily bisa melihat bahkan dari kejauhan Punggung pria tersebut bergetar sesekali tangannya mengusap air matanya.
...****************...
jangan bully thor ya, soalnya lagi sedih banget iniiii.... Follow aja deh followw
Seeeyouuuj