NovelToon NovelToon
Gadis Kecil Dan CEO Dingin Nisa And Rey

Gadis Kecil Dan CEO Dingin Nisa And Rey

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Syari_Andrian

Pengingat bahwa Aku tidak akan pernah kembali padamu. "Nico kamu bajing*n yang hanya menjadi benalu dalam hidupku. aku menyesal mengenal dan mencintai mu."

Aku tidak akan bersedih dengan apa yang mereka lakukan padaku. "Sindy, aku bukan orang yang bisa kamu ganggu."

Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitiku kembali

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syari_Andrian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apa maksudnya?....

Di kampus, suasana terasa lebih tegang dari biasanya. Kabar tentang Nisa yang terlibat dalam situasi rumit dengan Sindy dan Nico mulai menyebar, meskipun hanya berupa bisikan-bisikan di kalangan mahasiswa. Beberapa teman Nisa mulai melihat perubahan dalam sikapnya, lebih berhati-hati dan waspada terhadap orang-orang di sekitarnya.

Nisa duduk di pojok kantin bersama Jeni, mencoba terlihat santai meski pikirannya terus berputar. Jeni, yang selalu menjadi pendukung setia Nisa, memperhatikan temannya dengan seksama.

"Nis, kamu baik-baik saja?" tanya Jeni dengan nada khawatir.

Nisa menoleh ke arah Jeni dan tersenyum tipis. "Aku baik-baik saja, Jen. Hanya sedikit lelah dengan semua yang terjadi."

Jeni mencondongkan tubuhnya ke depan, berbisik pelan. "Aku dengar kabar tentang Sindy dan Nico. Mereka kelihatan seperti merencanakan sesuatu. Apa kamu sudah tahu apa yang mereka lakukan?"

Nisa mengangguk pelan. "Aku tahu, Jen. Mereka mencoba membuatku terpojok. Tapi aku tidak akan diam saja."

Jeni mengepalkan tangannya di atas meja, menunjukkan dukungannya. "Kalau ada apa-apa, kamu bilang ke aku ya. Kita bisa hadapi mereka bersama-sama."

Sebelum Nisa sempat menjawab, langkah kaki terdengar mendekati mereka. Nico muncul dari arah belakang, dengan senyum penuh arti di wajahnya. Dia menatap Nisa dengan tajam, lalu duduk di kursi kosong di samping mereka tanpa diundang.

"Nisa, boleh kita bicara sebentar?" tanya Nico, nada suaranya penuh dengan keangkuhan.

Nisa mengangkat alisnya, tetap tenang meski hatinya berdebar kencang. "Ada apa, Nico? Aku tidak punya waktu untuk drama."

Nico tersenyum, matanya memicing. "Aku hanya ingin memastikan kamu tahu bahwa aku dan Sindy masih punya kendali. Jangan coba-coba melawan kami, atau kamu akan menyesal."

Jeni hendak berdiri, tapi Nisa menahan tangannya. Dia menatap Nico dengan dingin. "Kamu mungkin berpikir bisa mengendalikanku, Nico. Tapi ingat, aku bukan orang yang mudah dipermainkan. Jadi sebaiknya kamu berhenti sekarang sebelum terlambat."

Nico tertawa pelan, berdiri dari kursinya. "Kita lihat saja nanti, Nisa. Jangan terlalu percaya diri. Dunia ini penuh dengan kejutan."

Setelah mengatakan itu, Nico melangkah pergi, meninggalkan Nisa dan Jeni dalam keheningan. Jeni memandang Nisa dengan khawatir.

"Apa yang dia maksud, Nis?" tanya Jeni.

Nisa menatap Jeni, matanya penuh tekad. "Aku tidak tahu, tapi aku akan memastikan mereka tidak berhasil. Kita harus lebih waspada mulai sekarang."

Jeni mengangguk, tahu bahwa ini hanya awal dari sesuatu yang lebih besar. Sementara itu, di sudut kantin, seseorang yang tak dikenal mengamati percakapan mereka, memperhatikan setiap detail dengan cermat. Permainan ini semakin berbahaya, dan semua orang yang terlibat harus bersiap menghadapi konsekuensinya.

∆∆

Setelah Nico pergi, Nisa berusaha menenangkan pikirannya. Namun, ancaman terselubung yang dilontarkan Nico terus terngiang-ngiang. Dia tahu ini bukan sekadar gertakan, Sindy dan Nico pasti merencanakan sesuatu yang lebih besar.

Di kampus, suasana mulai berubah. Banyak mahasiswa yang mulai menjauh dari Nisa, seolah-olah mereka tahu ada bahaya yang mengintai. Desas-desus tentang keterlibatan mafia dan masalah pribadi Nisa dengan Sindy dan Nico semakin menyebar, membuat Nisa merasa semakin terisolasi.

Sementara itu, Sindy duduk di salah satu ruangan kosong bersama beberapa teman sekutunya. Wajahnya penuh dengan kepuasan, meskipun matanya menunjukkan kelelahan.

"Semua berjalan sesuai rencana," kata Sindy dengan suara dingin. "Kita harus membuat Nisa terpojok hingga dia tidak punya pilihan selain tunduk pada kita."

Salah satu temannya, seorang pria bertubuh besar bernama Raka, menyeringai. "Kita bisa menyebarkan lebih banyak rumor. Buat dia kehilangan dukungan dari teman-temannya. Semakin dia merasa sendirian, semakin mudah bagi kita untuk mengendalikannya."

Sindy mengangguk. "Bagus. Tapi kita juga harus berhati-hati. Rey ada di pihak Nisa, dan dia bukan orang yang bisa diremehkan. Kita harus mencari cara untuk memisahkan mereka."

"Bagaimana kalau kita gunakan Nico?" usul seorang wanita bernama Maya. "Dia masih punya kendali atas Nisa, setidaknya dalam beberapa hal."

Sindy tersenyum tipis. "Ya, kita akan gunakan Nico. Tapi kita juga butuh sesuatu yang lebih besar untuk membuat Nisa benar-benar takut. Cari tahu lebih banyak tentang keluarganya. Mungkin ada sesuatu yang bisa kita manfaatkan."

Raka dan Maya mengangguk, siap melaksanakan perintah Sindy. Mereka tahu bahwa permainan ini semakin berbahaya, tetapi kemenangan akan menjadi milik mereka jika rencana ini berhasil.

Di sisi lain kampus, Nisa berjalan menuju kelas dengan Jeni di sampingnya. Meskipun dia berusaha tampil kuat, ketegangan di dalam dirinya semakin meningkat. Dia tahu bahwa Sindy dan Nico tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dan dia harus siap menghadapi segala kemungkinan.

°°°°

Di vila keluarga Pak Roni, suasana tegang masih terasa. Bu Rianti bolak-balik di ruang tamu, mencoba menghubungi Nisa yang belum juga memberikan kabar. Pak Roni duduk di sofa dengan wajah yang tak kalah cemas, meski berusaha menutupi kegelisahannya.

"Kenapa Nisa belum pulang juga?" tanya Bu Rianti dengan suara bergetar. "Aku sudah meneleponnya berkali-kali, tapi tidak ada jawaban."

Pak Roni menghela napas berat. "Mungkin dia masih di kampus. Kita harus tenang dulu. Jangan sampai panik."

"Tenang? Bagaimana aku bisa tenang, Roni? Setelah semua yang terjadi, aku takut sesuatu yang buruk akan menimpa Nisa," sahut Bu Rianti dengan suara hampir menangis.

Belum sempat Pak Roni menjawab, suara bel pintu menginterupsi mereka. Seorang pelayan bergegas membukakan pintu, dan tampaklah sosok yang tak asing: Anggita, ibu Rey, bersama suaminya, Dimas.

"Bu Anggita, Pak Dimas, masuklah," ujar Bu Rianti, meskipun suaranya masih terdengar tegang. "Ada apa, kok datang ke sini?"

Anggita menatap Bu Rianti dengan mata penuh kekhawatiran. "Kami dengar kabar dari Rey tentang apa yang terjadi. Kami datang untuk membantu."

Pak Dimas menambahkan, "Kami tahu situasi ini sulit. Apa yang bisa kami lakukan untuk membantu mencari Nisa?"

Pak Roni, yang sebelumnya mencoba tenang, akhirnya bicara. "Kami sedang menunggu kabar dari Nisa. Dia belum pulang sejak tadi pagi. Kami khawatir karena ada masalah dengan beberapa mahasiswa di kampusnya."

Anggita dan Dimas saling berpandangan. "Rey sudah mengatur beberapa orang untuk membantu mencari tahu di kampus. Kita akan menemukan Nisa, Bu Rianti, jangan khawatir."

Bu Rianti mengangguk lemah. "Terima kasih banyak. Kami benar-benar tidak tahu harus bagaimana sekarang."

"Yang penting, kita tetap bersama dan menghadapi ini bersama-sama," kata Anggita dengan lembut. "Nisa pasti akan ditemukan."

Di sudut lain vila, seorang pelayan datang membawa telepon genggam. "Pak, ada panggilan dari kampus. Mereka bilang penting."

Pak Roni segera menerima telepon tersebut, mendengarkan dengan seksama. Setelah beberapa detik, wajahnya berubah menjadi lebih serius. "Kami akan segera ke sana," katanya sebelum menutup telepon.

"Ada kabar dari kampus," ujarnya kepada yang lain. "Mereka menemukan sesuatu. Kita harus pergi ke sana sekarang."

1
Ellsya
Lumayan
Guillotine
Nyesel kalo gak baca.
thalexy
Thor, masih ingat sama penggemar yang gak sabar nungguin kelanjutan ceritanya?
Regrater
Kepayang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!