Alea, seorang gadis yang menjadi korban perkosaan di hotel tempat dimana ia bekerja. Alea yang kala itu sedang bertugas membersihkan salah satu kamar hotel karena dia merupakan seorang office girl, harus menerima kenyataan pahit ketika seorang laki-laki asing menjamahnya. Penderitaan tak sampai disitu, ketika Alea di paksa harus menikah dengan pria paruhbaya yang berkuasa di wilayahnya, dan hal yang lebih mengejutkan ketika Alea tahu jika orang yang telah menjadi suaminya adalah ayah dari laki-laki yang sudah tega menodainya. bagaimana Alea harus menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RD Junior, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tertangkapnya Arthur
Calista kembali mendekatkan wajahnya kepada Arthur dan ingin menciumnya. Namun kali ini Arthur menolak, dia mengalihkannya dengan duduk di sofa dan meminta Calista juga untuk duduk.
Tak lama kemudian Alea masuk kedalam apartemen. Arthur dan Calista langsung menoleh kearahnya.
"Sepertinya suasana hati Calista sudah jauh lebih baik," batin Alea saat melihat Calista tersenyum kepadanya. Alea membalas senyuman dengan dibuat-buat.
"Alea duduk disini!" pinta Calista. Dengan malu-malu Alea duduk di sofa berhadapan dengan mereka.
Arthur menatap lekat wajah Alea. Dia pun mengeluarkan sebuah box handphone lalu menaruhnya di meja tepat didepan Alea. "Ini untukmu."
Alea terperangah melihat Arthur menyodorkan benda itu.
"Ambillah! Aku tidak punya maksud apa-apa. Kau bisa menggunakannya agar aku bisa lebih mudah menghubungimu."
Namun Alea diam tak bergeming. Dia bingung, haruskah dia menerima barang pemberian Arthur?
Calista menatap keduanya secara bergantian. "Kau ambil saja. Aku akan senang jika kau mau menerima barang pemberian dari Arthur. Lagi pula Arthur sudah bilang, kalau dia tidak punya maksud apa-apa." Calista mencondongkan tubuhnya lalu berbisik di telinga Alea. "Jadi jangan geer ya?" goda Calista bercanda. Alea terperangah, namun kemudian dia tersenyum dibuat-buat saat melihat Calista tersenyum seraya mengedipkan sebelah matanya.
"Senyuman yang terlihat tidak tulus! Beban hidupnya pasti berat sekali, sehingga untuk tersenyum pun kelihatan sulit," batin Arthur menatap wajah cantik Alea.
Perlahan Alea meraih benda itu lalu membuka box dan mengambil ponselnya. "Ini pasti sangat mahal," batin Alea.
Kring.
tiba-tiba ponsel Calista berbunyi, dia pun ijin ke balkon untuk mengangkat telepon.
Melihat Calista pergi, Arthur mengeluarkan sejumlah uang dari dalam dompetnya lalu menyodorkannya pada Alea. "Ambil uang ini juga, karena kau pasti akan membutuhkannya."
Alea menatap sayu kepada Arthur. Dia tak segera mengambil uang itu. "Aku memang membutuhkannya. Tapi aku lebih suka menerima uang dengan kerja kerasku sendiri."
"Aku tahu itu. Tapi untuk saat ini situasinya sudah jauh berbeda dengan kehidupan yang dulu kau jalani. Kehidupan sebelum kau menikah dengan ayahku," kata Arthur. "Saat ini kau tidak bisa bekerja di manapun, karena ayah pasti akan menemukan mu," lanjutnya.
"Aku tetap tidak bisa menerima uang itu. Apapun alasannya," tolak Alea dengan tegas.
"Mungkin ini yang membuatmu sangat spesial di mataku," batin Arthur.
***
Chris mengambil minuman soda didalam lemari pendingin lalu duduk di sebelah Arthur. "Kau kenapa? mengapa terlihat gelisah?" tanyanya.
"Alea. Seharian ini nomernya tidak aktif," sahut Arthur.
"Apa kau menyimpan perasaan terhadapnya?"
Arthur terperangah. "Kau ini bicara apa? Jangan ngawur, bukankah kau tahu kalau level ku tinggi, jauh diatas rata-rata. Jadi mana mungkin aku menyukai wanita seperti Alea," sarkas Arthur sedikit ngegas, namun kemudian dia tersenyum menyeringai saat membayangkan kembali moment ketika dia bertatapan dengan Alea. "Dia memang memiliki bola mata yang sangat indah," batinnya.
Dia tidak tahu kalau ternyata Chris sedang memperhatikannya. "Apa kau yakin?"
"Tentu! Aku tidak pernah seyakin ini."
"Berarti tidak masalah bagimu jika aku mendekatinya 'bukan?"
Arthur membelalakkan matanya mendengar ucapan sahabatnya.
Chris merebahkan tubuhnya di sofa. "Hah! Tak ku sangka, kalau kau memiliki ibu tiri semanis Alea." Chris sengaja menggodanya agar Arthur mau mengakui perasaannya. Bagaimana tidak! Dia mengatakan tidak memiliki perasaan apapun pada Alea, sementara sikap dan perhatiannya terhadap Alea begitu menonjol. Hanya saja Chris ingin mendengar pengakuannya secara langsung dari mulut Arthur.
Bel berbunyi. Chris pun beranjak untuk membuka pintu.
Saat pintu terbuka, tiba-tiba seseorang langsung menghantam wajah Chris dengan kepalan tangannya.
Bugh.
Darah pun mengalir cukup deras di hidung Chris.
"Sial!" pekiknya.
Tak sampai disitu, pria itu pun menendang perut Chris hingga dia tersungkur. Arthur menghampiri dan langsung menendang punggung pria itu saat dia hendak menghajar Chris.
"Chris, kau baik-baik saja?" tanya Arthur.
"Batang hidungku terasa hampir patah," sahutnya. Arthur membantu Chris untuk bangkit.
Prok. Prok. Prok.
Carlos masuk dan tiba-tiba tertawa lepas.
"Ayah."
"Bukan hanya menentang ku! Tapi sekarang kau juga sudah berani menantang ku!" sarkas Carlos. "Sekarang katakan, dimana istri muda kesayangan Ayah? Mengapa kau menyembunyikannya?"
"Dia tidak ada disini," jawab Arthur.
Carlos mengangkat tangan. dengan satu gerakan saja semua anak buahnya paham, dengan apa yang harus mereka lakukan.
"Nona Alea tidak ada disini, Tuan," ucap anak buahnya setelah menggeledah semua isi ruangan.
Carlos mendekati Arthur lalu kemudian melayangkan pukulan di pipinya.
Bugh.
"Dimana kau sembunyikan Alea?"
Arthur mengusap ujung bibirnya yang sakit. "Cih! Sampai mati pun aku tidak akan memberitahu Ayah dimana keberadaan Alea sekarang."
"Keparat! Berani sekali kau melawanku!"
Bugh.
Bugh.
Bugh.
Kali ini Carlos melayangkan beberapa pukulan dengan sangat keras, sehingga membuat Arthur ambruk jatuh ke lantai.
Chris tidak bisa berbuat apa-apa saat Carlos memukul Arthur, karena Arthur sendiri pun tak berani melawan Carlos, karena walau bagaimanapun dia itu adalah ayahnya. Bukankah berdosa besar jika Arthur membalas pukulannya.
"Bawa dia!" titah Carlos kepada beberapa anak buahnya yang berjumlah empat orang.
Keempat orang itu menyeret paksa tubuh Arthur keluar dari apartemen. Dan saat Chris ingin membantunya, tiba-tiba perutnya kembali ditendang oleh salah satu dari mereka.
"Diam! Jangan ikut campur. Atau aku tidak akan segan-segan untuk menghabisi mu!" hardik Carlos sebelum pergi.
"Gawat! Bagaimana ini? Haruskah aku memberi tahu Alea kalau tuan Carlos membawa Arthur? Ah, tidak-tidak! Walau bagaimanapun Arthur itu anak kandung tuan Carlos. Aku yakin tuan Carlos tidak mungkin menghabisi Arthur." Chris bergulat dengan pikirannya.
Mobil mewah Carlos sudah berhenti di halaman mansion megah miliknya. Dia pun turun lalu menghampiri mobil hitam dimana Arthur dan anak buahnya berada. Keempat anak buahnya masih terlihat kewalahan menghadapi Arthur yang terus berontak saat mereka menyeretnya keluar dari mobil.
Arthur berusaha melepaskan cengkraman kedua tangan laki-laki yang menyeretnya. Saat tangan mereka terlepas, Arthur langsung menonjok perut keduanya secara bergantian.
"Cukup Arthur! Jangan membuat Ayah semakin murka terhadap mu," bentaknya.
"Ayah tidak bisa memperlakukan Alea dengan baik! Lantas mengapa Ayah menginginkan Alea untuk kembali?"
"Alea masih berstatus istri Ayah, jadi Ayah masih memiliki hak atas dirinya," ucap Carlos. "Selain itu. Ayah ingin dia berkata jujur, siapa yang telah berani merenggut kesuciannya, yang seharusnya berhak menjadi milik Ayah."
"Aku sudah mengatakannya dengan jujur, kalau akulah yang sudah merampas kesuciannya. Aku yang telah memper*kosa Alea, dua hari sebelum Ayah melangsungkan pernikahan dengannya," ungkap Arthur.
Namun sepertinya Carlos tidak mempercayainya, sebelum dia mendengarkannya secara langsung dari mulut Alea. Carlos tahu, kalau dari awal Arthur tidak menyukai keberadaan Alea di mansion Bratajaya.