NovelToon NovelToon
Pendekar Pedang Kelabu 2

Pendekar Pedang Kelabu 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Spiritual / Anak Yatim Piatu / Mengubah sejarah / Perperangan
Popularitas:20k
Nilai: 5
Nama Author: YanYan.

Setelah mengukuhkan kekuasaannya atas Kota Canyu, Zhang Wei memulai perjalanan epik menuju puncak dunia demi membangkitkan kembali masternya, Lian Xuhuan. Namun, jalan menuju tujuan itu penuh bahaya: musuh kuat, intrik politik, hingga menjadi buronan kekaisaran Qin.

Dalam petualangannya, Zhang Wei harus menghadapi penguasa Tanah Barat, mengungkap rahasia dunia, dan membuktikan dirinya sebagai pendekar pedang kelabu yang tak terkalahkan.

Dengan tekad membara, Zhang Wei bersiap melawan dunia untuk mencapai puncak tertinggi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menerobos ranah Martial Ancestor

Setelah beberapa saat, akhirnya Zhang Wei menemukan tempat yang menurutnya cocok untuk menerobos. Dia telah mempersiapkan segalanya demi kelancaran proses penerobosannya dan memastikan tidak ada gangguan sedikitpun.

Langit di atas lembah terpencil itu berubah kelam, seolah mengantisipasi apa yang akan segera terjadi. Zhang Wei berdiri di tengah lingkaran formasi pertahanan yang telah ia bangun dengan teliti. Angin berhembus kencang, membawa hawa dingin yang menusuk tulang, namun ia tetap tenang. Mata abu-abunya bersinar tajam, penuh tekad.

"Tempat ini cukup terpencil," gumamnya sambil memeriksa sekeliling. Pepohonan yang menjulang tinggi mengelilingi lembah, menciptakan perisai alami. Tak ada tanda-tanda kehidupan di sekitar. "Tidak ada gangguan. Sempurna."

Ia duduk bersila di tengah formasi dan mengeluarkan sumber daya yang telah dipersiapkan: batu roh tingkat tinggi, pil-pil pemulihan, dan beberapa jimat pelindung. Semua diletakkan di tempat yang telah ditentukan, mengelilingi tubuhnya seperti pelindung yang tak terlihat. Zhang Wei tahu, kali ini ia menghadapi tribulasi yang jauh lebih dahsyat dibanding sebelumnya.

"Ayo kita mulai," katanya dengan suara rendah, memusatkan energi di tubuhnya. Aura di sekelilingnya berubah, berputar-putar seperti pusaran badai kecil. Kehendak dewa dimensi di dalam dirinya mulai bergerak, memanggil tribulasi yang tak terhindarkan.

Langit menjadi semakin gelap. Petir pertama muncul, membelah langit dengan kilatan menyilaukan. Suaranya menggema, menggetarkan lembah. Zhang Wei memfokuskan energinya, menyiapkan tubuh dan formasi untuk menerima serangan.

BOOM!

Petir pertama menghantam tubuhnya dengan kekuatan dahsyat. Zhang Wei menggertakkan gigi, menahan rasa sakit yang menyiksa. Energi petir itu berusaha menghancurkan tubuhnya, namun ia berhasil menyerapnya, mengubahnya menjadi kekuatan yang memperkuat tubuh dan inti kultivasinya.

"Aku harus bertahan," gumamnya, menarik napas dalam-dalam.

Petir kedua menyusul, lebih kuat dari yang pertama. Formasi pelindungnya bergetar hebat, namun tetap bertahan. Zhang Wei menahan teriakan saat energi petir itu menyusup ke dalam tubuhnya, mencoba menghancurkan dantiannya. Tapi ia tetap bertahan, memaksa energi itu tunduk pada kehendaknya.

Saat petir ketiga mulai terbentuk di langit, awan hitam menggulung dengan intensitas yang mengerikan. Suara gemuruh menggema, seperti suara ribuan naga yang mengaum serempak. Zhang Wei merasakan tekanan yang luar biasa menghantam tubuhnya, seolah-olah dunia ingin menghancurkannya.

"Petir ketiga..." ia bergumam, matanya berkilat tajam. "Mari kita lihat seberapa kuat kau."

Petir itu menghantam dengan kekuatan yang tak terbayangkan. Formasi di sekelilingnya hancur berkeping-keping, meninggalkan Zhang Wei sepenuhnya bergantung pada kekuatannya sendiri. Tubuhnya terasa seperti terbakar dari dalam, namun ia tetap bertahan, menggenggam tekadnya dengan erat.

Dengan seluruh kekuatan yang dimilikinya, Zhang Wei menyerap energi petir itu, menundukkannya dan menjadikannya bagian dari dirinya.

Petir keempat hingga kesembilan datang seperti badai kemarahan yang tak terhentikan. Masing-masing membawa kekuatan yang meningkat drastis, mencoba menghancurkan tubuh dan tekad Zhang Wei. Namun, setiap kali ia terhantam, ia bangkit lebih kuat, menundukkan energi petir dan menyerapnya ke dalam inti kultivasinya.

Tubuhnya mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan serius. Kulitnya terbakar, darah mengalir dari mulutnya, dan setiap otot di tubuhnya terasa seperti akan meledak. Tapi mata abu-abunya tetap memancarkan tekad yang tak tergoyahkan.

Ketika petir kesembilan menghantam, suara ledakan mengguncang lembah. Pohon-pohon di sekitarnya tumbang, tanah bergetar, dan formasi pelindung terakhirnya hancur total. Zhang Wei terhempas ke tanah, napasnya terengah-engah, tubuhnya hampir tidak bisa bergerak. Namun, ia tahu ini belum berakhir.

"Petir kesepuluh..." ia bergumam, darah menetes dari sudut bibirnya. "Yang terakhir..."

Langit di atasnya semakin gelap, dan tekanan di udara menjadi hampir tak tertahankan. Awan hitam bergulung-gulung, menciptakan pusaran besar yang seolah-olah ingin menelan seluruh dunia. Petir kesepuluh mulai terbentuk, energi di dalamnya begitu dahsyat sehingga udara di sekitar Zhang Wei terasa seperti terbakar.

Ketika petir itu akhirnya turun, cahaya putih menyilaukan menutupi seluruh lembah. Suara ledakan yang dihasilkan seperti ribuan gunung yang meletus sekaligus. Petir itu menghantam Zhang Wei dengan kekuatan yang luar biasa, menghancurkan tanah di sekitarnya dan menciptakan kawah besar.

Zhang Wei menggertakkan gigi, menahan rasa sakit yang tak terlukiskan. Tubuhnya terasa seperti akan hancur menjadi debu, namun ia tidak menyerah. Dengan seluruh kekuatan yang tersisa, ia memusatkan energinya, menundukkan kehendak petir itu dan menyerapnya ke dalam inti kultivasinya.

Waktu terasa berhenti sejenak. Tubuh Zhang Wei memancarkan cahaya keemasan, menandakan bahwa ia telah berhasil menaklukkan tribulasi ini. Energi yang dahsyat mengalir melalui tubuhnya, memperkuatnya hingga ke level yang belum pernah ia capai sebelumnya.

Ketika cahaya itu perlahan mereda, Zhang Wei berdiri di tengah kawah yang telah terbentuk, tubuhnya gosong oleh petir, pakaiannya hampir sepenuhnya lenyap. Namun, senyum tipis terukir di wajahnya.

"Akhirnya..." ia berkata dengan suara rendah namun penuh kepuasan. "Aku telah mencapai ranah Martial Ancestor."

Udara di sekitarnya terasa berbeda, lebih ringan namun penuh dengan energi yang menggema. Zhang Wei telah menjadi kultivator ranah Martial Ancestor termuda dalam seribu tahun terakhir, sebuah pencapaian yang hanya bisa diimpikan oleh banyak orang.

Dengan tubuh yang penuh luka dan napas yang berat, ia menatap langit yang perlahan kembali cerah. "Aku tak boleh berhenti melangkah" gumamnya, matanya bersinar dengan tekad. "Puncak dunia... aku akan mencapainya."

Ia mengambil napas dalam-dalam, lalu mulai berjalan keluar dari kawah. Meski tubuhnya terasa seperti dihantam ribuan gunung, ada senyum puas tetap terukir di wajahnya.

Suara tawa yang ringan namun penuh ejekan tiba-tiba terdengar di benak Zhang Wei. Itu adalah suara Lian Xuhuan, sang master yang tak pernah melewatkan kesempatan untuk mengolok muridnya.

"Hahaha! Lihat dirimu sekarang, Zhang Wei! Kau benar-benar seperti gembel yang baru saja dilempar dari surga," cemooh Lian Xuhuan. "Oh tunggu, lebih buruk! Bahkan gembel punya pakaian lebih banyak daripada kau sekarang!"

Zhang Wei mendengus, memeriksa dirinya sendiri. Kulitnya gosong, beberapa bagian pakaiannya masih berasap, dan rambutnya... ah, sudah tidak ada lagi yang bisa disebut rambut. Ia kini benar-benar mirip dengan gelandangan yang tak pernah mandi selama ratusan tahun.

"Master," gumamnya dengan suara lelah namun penuh kesal. "Bisakah kau tidak menertawakanku setidaknya satu kali? Aku baru saja menantang maut!"

"Dan kau berhasil... dengan penampilan seorang pengemis," balas Lian Xuhuan, tawa kecilnya terus berlanjut. "Muridku yang paling berbakat kini terlihat seperti korban kebakaran."

Zhang Wei menghela napas panjang, lalu duduk bersila di atas tanah yang hangus. Ia menutup matanya, mengabaikan suara tawa sang master yang masih menggema di pikirannya. Ia mulai menstabilkan ranah Martial Ancestor-nya, merasakan energi baru yang mengalir melalui tubuhnya.

"Aku tidak peduli," gumamnya sambil memfokuskan diri. "Yang penting aku lebih kuat sekarang."

"Lebih kuat? Tentu," jawab Lian Xuhuan dengan nada menggoda. "Tapi lebih tampan? Ah, itu masih dipertanyakan."

Zhang Wei hanya mendengus pelan, menahan senyum yang hampir muncul di wajahnya.

1
Andin D
kurang seru mcnya terlalu naif
harusnya seperti dewa iblis
dewa bagi kawan
iblis bagi musuh
setyo adi
Luar biasa
onong suryadi
siiiip
Sri Hayati
dan karna kelalaian mu makasih akan timbul masalah di kemudian hari
༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Lanjut Up Thor ✍️💪💪
༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Lanjut
saniscara patriawuha.
mantapppppp mangggg zhongggg..... gasssss pollllll
Eddy Airborne
mantap
Eddy Airborne
lanjutkan
saniscara patriawuha.
punya pintu doraemon koq bingung seh mang zhong... tinggal suttt ronoooo sutttt renee.... kelarrrrrr....
saniscara patriawuha.: mang otornya apa mc nya neh yg pelupa..
Adzriel Fristyan S: dia kan pikun pelupa 😂
total 2 replies
saniscara patriawuha.
gassssd pollllll manggg Zhonggggh...
sie ucup
mantap Thor,secangkir kopi buat author,ttp lah ceritanya seperti ini,saya suka saya suka 👍
Khairuddin PBBA
terima kasih
ditunggu up nya Thor
༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Lanjut Up Thor ✍️💪💪
Eddy Airborne
mantap
Eddy Airborne
mantap thor
Eddy Airborne
mantap
Eddy Airborne
lanjutkan
saniscara patriawuha.
gassss pollll manggg zhongggg...
saniscara patriawuha.
labubu jangan jangan itu yang mendongol..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!