Menceritakan tentang seorang gadis cantik yang bernama Lala, harus mengandung karena hubungan terlarang dengan seorang jin muda yang sejak kecil menyukainya.
Berawal dari kebiasaan jorok Lala, hingga sosok jin muda yang menyukainya dan merubah wujudnya menjadi tampan saat setiap bertemu Lala meskipun warna matanya merah dan memiliki tanduk di kepalanya.
Bagaimana kisah selanjutnya?ikuti kisah selanjutnya ya🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cancer i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sulap?
Lala, Riris, dan Tika saling berpandangan. Ketiga gadis kecil itu memang masih polos, namun naluri mereka sedikit waspada. Pria itu, meskipun tampan dan tersenyum ramah, tetap menimbulkan rasa tidak nyaman. Keheningan singkat menyelimuti mereka, hanya suara jangkrik yang bercicit di semak-semak dekat mereka.
"Gimana nih?" tanya Riris, suaranya sedikit bergetar.
"Kita pura-pura nggak lihat dia aja, terus kabur?" usul Lala, matanya melirik ke arah jalan setapak di belakang mereka.
Tika menggeleng. "Nggak bisa. Dia pasti ngikutin kita."
Lagi-lagi pria itu hanya tersenyum, dengan wajah sedikit pucat, meski tak mengurangi aura ketampanannya. "Dih dia senyum doang! Jangan-jangan dia penculik, yang mau nyulik kita bertiga," bisik Lala sambil mengamati gerak-gerik pria itu. "Masa' sih? Tapi gak ada tampang tukang culik dehh!" ucap Tika ragu-ragu. "Emang tampang penculik gimana?" Riris yang pertama pun bertanya. "Ya serem gitu-lah kan kalau mau nyulik tadi kali," sahut Tika ber-asumsi. "Iya juga ya!" Mereka terus berbisik sambil bermain ular tangga. Senja menggantikan siang dengan tepat waktu, membawa warna-warna indah yang berpendar ke seluruh penjuru semesta. Langit yang dulu biru kini berubah menjadi perpaduan antara jingga, merah, menciptakan suasana begitu menggoda setia yang memandang. Di kejauhan, suara azan Maghrib berkumandang sayup-sayup, mengajak umatnya untuk segera menunaikan ibadah sholat. Suara azan itu menambah keindahan suasana senja yang sudah begitu sempurna. Lala, Riris, dan Tika terlena oleh keindahan senja yang tak biasa ini. Mereka sama sekali tak mendengar lantunan merdu tersebut. Ketiganya asyik bermain sambil menikmati pemandangan yang sungguh menakjubkan di hadapan mereka. Mata mereka terpaku pada langit yang berubah warna, seolah tak ingin melewatkan satu detik pun dari fenomena alam ini. Rambut mereka yang tergerai lembut diterpa angin senja yang sejuk, menambah kebahagiaan yang mereka rasakan.
Entah gimana awalnya, tiba-tiba sosok pria tadi ikut bermain ular tangga bersama mereka. Permainan semakin meriah, canda tawa menghiasi saat itu. "Om! Kok kukunya panjang-panjang sih! Serem! Takut di cakar!" protes Tika saat menyadari jari tangan pria itu memiliki kuku yang panjang bahkan nyaris melengkung. "Ih iya! Potong dong, Om!"titah Lala yang juga melihat kuku pria tersebut. Tak menjawab! Lala yang mereka panggil 'Om' menarik tangannya. Menyembunyikan di balik punggungnya. Tak lama kemudian, ia mengulurkan kedua tangannya di hadapan mereka dan... jari-jari yang pucat itu tak berkuku panjang lagi. "Wah! Om hebat, bisa sulap ternyata!" puji mereka nyaris serempak. "Mau dong Om, kita diajarin sulap kayak tadi!" rengek Lala. Ia membayangkan bisa menyulap sesuatu, agar bisa memiliki mainan banyak. "Iya! Iya! Kita juga!" Riris dan Tika tak kalah antusias. Layaknya anak-anak pada umumnya yang tertarik akan hal-hal baru. Di usia segitu rasa keingintahuannya juga menggebu-gebu. Laki-laki itu tersenyum seolah-olah mengatakan, 'ya aku mau mengajari kalian.
Pria misterius itu, yang mereka panggil Om, tersenyum ramah. Ia mengeluarkan tiga buah kartu dari sakunya. Kartu-kartu itu berwarna-warni dan tampak biasa saja, tidak ada yang istimewa.
"Ini kartu sulap," katanya, suaranya lembut. "Kalian mau coba?"
Ketiga gadis kecil itu mengangguk antusias. Om menjelaskan cara-cara sederhana untuk melakukan trik sulap kartu. Lala, Riris, dan Tika mencoba mengikuti petunjuk Om dengan penuh semangat. Awalnya, mereka kesulitan, tapi dengan kesabaran pria misterius itu,akhirnya mereka bisa melakukan beberapa trik sederhana. Mereka tertawa riang saat berhasil membuat kartu menghilang dan muncul kembali.
Matahari mulai terbenam, menghasilkan pemandangan senja yang menakjubkan. Om mengajarkan beberapa trik sulap lainnya, yang lebih rumit. Ketiga gadis itu semakin terpesona dengan kemampuan pria misterius tersebut. Mereka belajar dengan tekun, dan Om selalu sabar membimbing mereka.
Saat senja telah sepenuhnya tiba, pria misterius itu pamit pulang. Ia berjanji akan kembali lagi untuk mengajari mereka trik sulap yang lebih hebat. Ketiga gadis itu merasa senang dan berterima kasih kepada Om. Mereka berjanji akan berlatih dengan tekun agar bisa menjadi pesulap handal seperti pria yang tersebut.Mereka pun berpisah dengan perasaan bahagia dan penuh harapan.