Ini bukan tentang harga diri lagi, ini hanya tentang mencintai tanpa dicintai.
Aruna nekat menjebak calon Kakak iparnya di malam sebelum hari pernikahan mereka. Semuanya dia lakukan hanya karena cinta, namun selain itu ada hal yang dia perjuangkan.
Semuanya berhasil, dia bisa menikah dengan pria yang dia inginkan. Namun, sepertinya dia lupa jika Johan sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini. Yang dia cintai adalah Kakaknya, bukan Aruna. Hal itu yang harus dia ingat, hingga dia hanya mengalami sebuah kehidupan pernikahan yang penuh luka dan siksaan. Dendam yang Johan punya atas pernikahannya yang gagal bersama wanita yang dia cintai, membuat dia melampiaskan semuanya pada Aruna. Perempuan yang menjadi istrinya sekarang.
"Kau hanya masuk dalam pernikahan semu yang akan semakin menyiksamu" -Johan-
"Jika perlu terluka untuk mencintaimu, aku rela" -Aruna-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Janji Yang Terucap Dalam Hati
Aruna terdiam di atas ranjang pasien, masih tidak menyangka dengan apa yang terjadi hari ini. Kedatangan Johan membuatnya sangat terkejut. Dia tidak pernah menyangka jika Johan akan menemukannya. Tidak! Dia bahkan tidak menyangka jika Johan akan mencarinya.
"Kenapa dia tiba-tiba datang mencariku? Ya Tuhan, aku harus bagaimana? Dia sudah tahu keberadaanku, apa aku harus pergi saja dari sini"
Aruna menutup wajahnya dengan kedua tangan. Bingung dengan keadaan ini, kenapa Johan harus datang dan menemuinya lagi.
"Dia pasti sudah tahu keadaanku? Penyakitku? Dan aku yang sedang hamil. Ah, pasti dia kembali hanya kasihan saja, atau hanya rasa bersalah. Sudahlah, jangan terlalu memikirkannya"
Pagi ini, Aruna benar-benar pergi untuk menemani Gladys menjalani pengobatan. Gadis kecil itu terlihat sangat senang karena Aruna yang mau menemani. Mengenggam tangan mungil itu, melihat Gladys yang mulai meringis kesakitan. Ibunya juga ada disana, ikut menemani anaknya ini.
"Terima kasih ya Aruna, sudah mau menemani Gladys. Dia selalu senang kalau bercerita tentang kamu"
"Iya Bu, tidak papa. Aku juga senang dengan Gladys, dia lucu. Dan Gladys adalah anak yang kuat, iya 'kan?"
Gladys hanya tersenyum saja dengan terus menahan sakit. Lama-lama dia juga menangis. Gladys sudah tidak kuat, Aruna naik ke atas ranjang pasien dan memeluk Gladys.
"Kuat ya Sayang, kamu pasti bisa. Gladys 'kan mau lihat bayi Kak Aruna lahir. Jadi, harus kuat" lirih Aruna dengan mata berkaca-kaca, karena dia tahu bagaimana rasanya. Apalagi dengan Gladys yang masih terlalu kecil.
Di balik pintu, Johan berdiri dan menatap ke arah istrinya di dalam sana dari kaca di bagian atas pintu ruangan. Seorang perawat berdiri disampingnya.
"Jadi Tuan adalah suaminya Aruna? Saya pernah bertanya padanya, tapi Aruna hanya menjawab jika Ayah dari bayinya tidak perlu tahu keadaannya, dan biarkan dia bahagia. Jika nanti terjadi sesuatu dengannya, atau dia yang tidak bisa bertahan, maka dia meminta saya untuk mengantarkan bayinya pada Tuan. Tapi sebenarnya ... keadaannya sudah tidak memungkinkan untuk mempertahankan bayinya"
Johan menghembuskan nafas berat dengan mata terpejam. Penjelasan perawat sudah memperjelas semuanya jika keadaan Aruna memang sudah tidak baik-baik saja.
"Saya ingin bertemu dengan Dokter yang menanganinya"
"Baik, nanti saya buatkan janji. Siang ini setelah Gladys, adalah jadwal pengobatan Aruna. Apa Tuan ingin menemaninya?"
"Hmm" Melihat Aruna yang begitu tegar untuk mencoba menguatkan gadis kecil yang sedang berjuang dengan sakitnya. Malah semakin membuat hatinya tersayat sakit. "Kenapa harus terlihat tidak papa, saat kondisimu tidak baik-baik saja"
"Aruna memang seperti itu, bahkan dia menjadi sosok yang menyenangkan bagi semua pasien anak penderita kanker di rumah sakit ini. Semuanya menyukai Aruna, apalagi Gladys itu, sangat dekat dengan Aruna"
Johan hanya terdiam, memang seperti itu istrinya. Terlalu baik sampai dia bisa menjadi cahaya untuk orang lain dalam kehidupannya sendiri yang gelap. Buktinya Aruna bisa membantu Johan saat terjerat masalah Perusahaan, meski sebenarnya dia juga mempunyai masalahnya sendiri.
Dia selalu mementingkan orang lain.
Aruna kembali ke kamarnya setelah menemani Gladys melewat pengobatan. Menunggu sekitar satu jam lagi, barulah dia yang akan melakukan pengobatan. Mengingat itu hanya membuat Aruna menghembuskan nafas kasar. Selalu takut melakukan pengobatan yang menyakitkan itu.
Suara pintu terbuka membuat Aruna menoleh, dia terdiam saat melihat siapa yang masuk. Johan berjalan ke arahnya dengan satu parcel buah ditangannya. Menyimpannya di atas nakas, lalu dia berdiri disamping ranjang pasien dan menatap Aruna dengan lekat. Tatapan yang penuh kesedihan dan kekhawatiran akan keadaan Aruna saat ini.
"Kak, kenapa datang lagi? Sudah aku bilang jika aku butuh waktu sendiri"
Johan tidak memperdulikan itu, dia malah duduk di pinggir tempat tidur. "Aku ingin menemanimu menjalani kemoterapi"
Aruna terdiam, rasanya aneh melihat Johan yang seperti ini. Bahkan dia mau memegang tangan Aruna. Sementara dulu saja dia sangat tidak ingin Aruna sentuh.
"Kak Jo, aku bisa sendiri dan sudah terbiasa"
Johan menggeleng pelan, mengangkat tangan Aruna yang berada dalam genggamannya dan mengecupnya lembut. Tatapan Johan benar-benar terasa asing bagi Aruna, bukan Johan yang dia kenal. Johan yang selalu menatapnya dengan penuh kebencian.
"Izinkan aku memperbaiki semuanya, tolong berikan aku kesempatan untuk bersamamu dan membalas cintamu. Maaf, karena selama ini aku terlalu bodoh sampai begitu membencimu hanya karena kau telah menggagalkan pernikahanku. Tapi nyatanya, memang kau ingin melindungiku dari kejahatan Jesika. Maaf"
Aruna tertegun, melihat Johan yang berbicara dengan suara bergetar bahkan dengan wajah yang menunduk dan bahu yang bergetar. Lalu terdengar isakan pelan ... dia menangis dengan penuh penyesalan. Tangannya semakin erat mengenggamnya.
"Aruna, berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Aku menyesal, aku benar-benar bodoh karena sudah menyakitimu" Johan mendongak, mengusap air matanya. Lalu menatap ke arah perut Aruna yang membuncit. Perlahan dia mengelusnya lembut. "Setidaknya bertahan denganku untuk dia. Biarkan aku mendampingimu dan dia"
Aruna terdiam, matanya sudah berkaca-kaca. Ingin sekali dia memberikan kesempatan itu, tapi dia masih terlalu takut untuk memulai kembali. Takut dengan semua yang pernah terjadi di masa itu, akan terjadi lagi.
"Kak Jo, aku ... aku belum bisa ... aku takut" lirih Aruna dengan tergugu.
Johan menghela nafas pelan, dia juga tidak bisa memaksa tentang ini. Mungkin memang Aruna masih membutuhkan waktu. Semua yang telah Johan lakukan pada istrinya ini, sudah terlalu meninggalkan bekas luka yang besar. Jadi, sebaiknya Johan tidak memaksa dulu untuk saat ini.
Johan tersenyum, dia mengelus kepala Aruna dengan lembut. "Tidak papa, aku tahu ini semua sulit untukmu. Tapi, jangan pernah melarang aku untuk menemuimu lagi ya. Aku ingin menemani kamu menjalani semua pengobatan dan melewati semua ini"
Aruna hanya mengangguk pelan, dia sedikit canggung saat Johan mengelus kepalanya, karena ini adalah hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. "Iya Kak, terima kasih sudah mengerti"
"Kamu tidak perlu berterima kasih, seharusnya aku yang berterima kasih karena kamu tidak menolak kehadiranku sekarang"
Aruna hanya diam saja, dia tidak mungkin menolak kehadiran Johan. Karena perasaannya pada Johan adalah nyata, sampai sekarang Aruna tidak bisa melupakannya. Meski mungkin dia dianggap bodoh, tapi memang itu yang Aruna rasakan. Dan dia tidak bisa menyangkal perasaannya sendiri.
Johan menatap beberapa helai rambut yang ikut di telapak tangannya yang barusan mengelus kepala Aruna. Dadanya terasa begitu sesak melihat itu. Menatap Aruna dengan sayu, wanitanya ini benar-benar dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.
Kamu harus kuat, harus bertahan untuk aku. Biarkan aku menebus semua kesalahanku dan membuatmu bahagia mulai saat ini. Izinkan aku memperbaiki semuanya. Aku berjanji akan menjagamu dan membuatmu bahagia sejak saat ini.
Sebuah janji dan harapan yang hanya terucap dalam hati.
Bersambung
Bisakah mendapat kesempatan?
Semoga perjuangan mu selama 3 bulan berbuah manizzz
selamat ya Jo.... selamat menuai, yg slama ini kau tanam