Sinopsis
Seorang antagonis dalam sebuah cerita atau kehidupan seseorang pasti akan selalu ada. Sama halnya dengan kisah percintaan antara Elvis dan Loretta. Quella menjadi seorang antagonis bercerita itu atau bisa dikatakan selalu menjadi pengganggu di hubungan mereka.
Di satu sisi yang lain Quella ternyata sudah memiliki seorang suami yang dikenal sebagai CEO dari Parvez Company.
Tentu sangatlah terkesan aneh mengingat status Quella yang ternyata sudah memiliki seorang suami tapi masih mengejar laki-laki lain.
•••••
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lightfury799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Xaver berdiri menunggu di samping ibunya, pandangannya terarah pada mobil tua kesayangan ayahnya, yang datang dan mulai terparkir di pekarangan.
"Padahal mobil itu sering kali bermasalah, tapi tetap saja dipakai," ledek Xaver, masih membekas bagaimana merepotkannya mobil itu saat dalam masalah. Apalagi Xaver pernah terlambat melakukan pertemuan, dan itu gara-gara mobil tua yang dirinya tidak sengaja pakai.
"Shuut....," Alina menepuk tangan Xaver, agar tidak mengatakan hal itu. "Begitu-begitu, mobil itu memiliki kenangan berharga untuk ayahmu," jelas Alina yang mengetahui bagaimana cintanya Zafran pada mobil tua itu.
"Lagi pula jika dijual bernilai ratusan juta," ungkap Alina, dirinya langsung tersenyum lembar, saat Zafran keluar dari dalam mobil.
Mendengar candaan ibunya, membuat Xaver menganggukan kepalanya setuju. Hingga akhirnya Xaver mengerutkan dahinya saat pintu mobil satunya lagi terbuka, dan ayahnya membantu seseorang itu untuk keluar.
"Ella!?!?" Xaver dibuat kebingungan saat mendapati istrinya bersama ayahnya. "Bukankan Ella tadi bersama laki-laki itu," gumam Xaver yang untungnya tidak didengar oleh telinga Alina.
"Sayang..," seru Alina sambil merentangkan tangannya menyambut kedatangan suaminya, Zafran, yang baru datang. Walaupun terlambat pulang, senyuman lebar tetap terukir di wajahnya, matanya berbinar penuh kebahagiaan.
Langkah Zafran langsung saja terhenti saat melihat Alina menghampirinya, raut wajahnya yang datar, perlahan berganti menjadi senyuman hangat. Dia melangkah cepat mendekati Alina, lalu meraih kedua tangan yang terentang itu dan menariknya ke dalam pelukan yang erat.
"Aku pulang, my sweet," bisik Zafran lembut di telinga Alina.
Menenggelamkan wajahnya di dada Zafran, mencium aroma khas yang selalu dia rindukan. Keduanya berdiri begitu erat, seolah tak ingin melepaskan pelukan. Mereka mengabaikan orang-orang sekitar, tidak merasa malu untuk mengumbar kemesraan nya.
Memandangi dengan malas apa yang dilakukan ayah ibunya. Xaver memutar bola matanya muak, ayahnya memang selalu tidak tau tempat saja. Matanya terarah pada Quella yang berdiri menjaga jarak, dan terlihat jelas sekali Quella menghindar dari tatapan matanya.
Menyudahi kemesraannya dengan Alina, Zafran menoleh kearah Quella yang ternyata sedang menghindar dari tatapan mata Xaver. "Sebentar," Zafran melepas pelan pelukan antara dirinya dan Alina, melangkahkan kakinya menuju Quella yang berdiri cukup berjarak dari mereka.
Quella tidak memperhatikan, hingga tiba-tiba tangannya ditarik pelan oleh ayah mertuanya. Tidak sempat menghindar atau menolak, sampai dimana ucapan dari ayah mertuanya membuat Quella tercengang.
"Kenapa diam saja? Ada suami mu di sini, sapa dia," seru Zafran, dirinya bahkan dengan sengaja mendorong Quella agar Xaver menangkapnya.
Meraih tubuh Quella, Xaver memberikan tatapan tajam akan apa yang ayahnya lakukan, sedangkan pelaku hanya bersikap biasa saja seperti tidak ada yang salah. "Apa ada yang terluka?" Xaver bertanya, karena dorong dari Zafran cukup bertenaga.
Quella menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak aku baik-baik saja," ucap Quella segera, dan dengan cepat menjaga jarak dari Xaver.
Alina melihat pemandangan itu, sepertinya cerita yang diucapkan Xaver benar adanya. "Xaver perhatian seperti apa itu?" Alina berjalan mendekati mereka. "Peluk istrimu, Quella juga harusnya memberikan sapaan pulang," ucap Alina dan berhasil membuat keduanya semakin canggung.
Quella rasa-rasa ingin pergi saja, matanya tidak sengaja menatap pada Zafran, tatapan mata ayah mertuanya seperti mengatakan untuk dirinya melakukan apa yang dikatakan ibu mertuanya.
Alina mengerutkan keningnya saat tidak ada respon dari keduanya. "Ada apa dengan kalian? Apa sedang bertengkar?" Alina secara spontan mengatakannya langsung, dan itu berhasil membuat Quella tersendat.
Quella langsung saja memasang wajah dengan penuh senyuman palsu. "Tidak ibu, kami baik-baik saja," ucap Quella meraih tangan Xaver, kemudian menatap Xaver.
"Aku pulang," seru Quella kepada Xaver, sambil tersenyum palsu, dengan tangannya menepuk tangan Xaver.
Mendengar kata-kata yang sama sekali tidak terbayangkan oleh dirinya sendiri. Xaver tersenyum kecil, mensejajarkan tingginya. "Aku senang kamu tau arah pulang," bisik Xaver menyindir Quella.
Tersenyum sinis mendengar hal itu, tangan Quella bergerak mengelus rahang Xaver. "Tentu aku tau, kemana harus pulang," balas Quella yang rasanya ingin mendorong Xaver untuk menjauh dari depan wajahnya.
Setelah merasa cukup membuat drama, agar kedua mertuanya tidak memojokkan mereka. Xaver memberikan kecupan di kedua pipi Quella, tangannya tetap berada di pinggang Quella.
"Nah seperti itu dong, baru pasangan suami istri," Zafran bersuara, tangannya meraih pinggang Alina, dan mengajaknya masuk. "Ayo sayang, kita biarkan mereka menikamati waktu berdua," ucap Zafran yang di setujui oleh Alina.
"Kami masuk duluan, jangan terlalu sering salah paham," Alina memberikan peringatan kemudian berjalan masuk ke dalam mansion bersama Zafran.
Quella hanya memasang senyuman, setelah melihat kedua mertuanya menjauh. "Lepas," Quella menepis tangan Xaver dari pinggangnya. Wajahnya langsung berubah tidak bersahabat.
Xaver menurutinya, saat mulutnya akan berbicara, untuk menanyakannya bagimana Quella bisa bersama ayahnya. Namun suara dari tangan kanan Zafran, menghentikan niatnya.
"Nona maaf, tapi ini ikan yang anda tinggalkan di dalam mobil," Roy bersuara menunjukkan bungkusan ikan yang tertinggal, saat dirinya akan memikirkan ke bagasi mobil milik tuannya.
Quella dengan cepat meraih bungkusan ikan itu. "Terimakasih," seru Quella sambil terus memperhatikan apakah kondisi ikan di dalamnya baik-baik saja. "Untung masih hidup."
Matanya melirik kepada Willy kepala pelayan yang ternyata masih berdiri menunggu, sedangkan Roy sudah kembali melakukan pekerjaannya yang lain.
"Willy, apakah aku bisa mendapatkan aquarium kecil? Untuk meletakkan ikan-ikan ini sementara waktu," pinta Quella kepada Willy, dirinya tidak mau sampai ikan-ikan tangkapannya dengan Elvis mati.
Tidak langsung menjawab, sebaliknya Willy melirik ke arah tuan mudanya. Xaver memberikan kode agar Willy menyanggupi permintaan Quella.
"Tentu nona, saya akan simpan ke aquarium kecil, atau ingin saya satukan saja dengan ikan hias lainnya," ucap Willy setelah mendapatkan kode dari tuan mudanya yang memberikan izin.
Menggelengkan kepalanya, Quella menolak tawaran itu. "Tidak aku ingin membawa ikan ini pulang, lagi pula aku pastinya akan menginap di sini. Jadi aku ingin ikan ku dipisahkan saja," pinta Quella dirinya yakin, tidak mungkin mereka bisa langsung pulang ke rumahnya.
"Baik nona," Willy menuruti keinginan Quella, dirinya mengambil bungkusan ikan itu, dan segera akan melaksanakan apa yang diperintahkan.
"Oh iya," Quella menghentikan langkah Willy. "Jika ikannya sudah dipindahkan, aku mau ikan itu disimpan di kamar," pinta Quella kembali, dirinya ingin di temani oleh ikan-ikan itu.
Willy kembali melirik kearah Xaver, karena dirinya tau tuan mudanya, tidak pernah setuju jika ada hewan peliharaan berada di kamar tidur. Quella mengikuti arah pandang Willy, kemudian menatapnya dengan malas.
"Aku ingin ikannya di simpan, di kamar," pinta Quella yang tau, sepertinya Willy menunggu izin dari Xaver untuk melakukan permintaannya.
"Turuti saja, tidak apa-apa," jawab Xaver setelah Quella mengatakan keinginannya padanya. Lagi pula itu hanya ikan dalam akuarium, jadi tidak terlalu mengganggu Xaver.
Setelah mendapatkan persetujuan. "Baik tuan, mohon ditunggu nona," ucap Willy dengan sopan, dan segera melaksanakan tugas.
Quella akan melangkah kakinya masuk, namun Xaver mencegahnya dengan cara menggenggam tangan kanannya. "Kita perlu bicara," seru Xaver datar, saat matanya sudah melihat sekeliling terdapat mereka berdua saja sekarang ini.
"Tidak nanti saja, aku ingin mandi berendam," tolak Quella langsung, rambutnya saja sudah lepek dan bau badannya mulai tidak enak.
Tangan Xaver bergerak mengelus rambut Quella yang memang sudah lepek dan berkeringat. "Sebenernya habis darimana? Dan mengapa bisa pulang bersama ayah?" Xaver tetap bertanya, walaupun Quella menolak percakapan.
"Tidak sengaja bertemu di jalan," Quella berucap asal. "Sudah.. jangan dipegang," kesal Quella karena Xaver terus memainkan rambutnya. "Aku ingin mandi, dan panggilkan pelayan," rengek Quella, biasanya ada Yuren. Tapi sekarang mustahil rasanya Yuren membantunya bersiap.
"Tapi jawab dulu, pertanyaan ku," Xaver tetap ingin tau.
Quella melipat tangannya di depan dadanya. "Tidak mau, aku ingin berendam," Quella kesal sekarang, wajahnya sudah cemberut.
Menarik napasnya perlahan. "Ya sudah, ayo," ajak Xaver tangannya langsung saja menarik tangan Quella untuk mengikutinya.
°°°°°
Membiarkan Xaver menggenggam tangannya, Quella begitu senang sekarang. Akhirnya setelah hari melelahkan dirinya akan mandi, namun ekpektasinya begitu tinggi.
"Aku ingin bersama pelayan," gerutu Quella kembali, karena Xaver malah membiarkannya sendirian di kamar, dan harus mandi sendiri lagi.
"Tidak, keputusan ku juga tetap berlaku disini," Xaver dengan cepat keluar dari kamar sebelum Quella memberontak. Dirinya tetap ingin membuat Quella belajar untuk mandiri, yah walaupun Xaver sama sekali tidak yakin.
"Cih sialan," gerutu Quella dirinya merengek sekarang ini. Begitu kesal karena Xaver tidak mau membantunya ternyata, atau setidaknya memanggilkan pelayan untuknya.
"Aku benci ini," gumam Quella dan mulai mencoba untuk berjalan ke kamar mandi. "Ini bagaimana lagi," Quella ingin berteriak keras, namun karena tau tempat dirinya berada. Membuatnya hanya bungkam saja.
°°°°°
Xaver keluar dari lift, dirinya akan bergabung untuk makan malam, walaupun jam makan malam masih terbilang belum waktunya, sedangkan Quella masih menikmati berendamnya, mungkin atau masih berusaha mencari tau bagiamana caranya membuka bajunya sendiri. Xaver tidak tau, mungkin setelah satu jam, jika Quella tidak turun juga. Xaver akan ke atas menyusul.
Di meja makan sudah terdapat ayahnya yang ikut menunggu, sedangkan ibunya ada di dapur mempersiapkan menu makan malam, tentu dibantu para pelayan, dan koki.
"Dimana Quella?" Zafran langsung menanyakan keberadaan menantunya.
"Di kamar," Xaver sama sekali tidak merasa tertarik untuk menjelaskan lebih dari itu. Tangannya bergerak mengambil apel yang ada di meja, dan mulai memakannya.
Willy datang dengan sebuah akuarium bulat di tangannya. "Tuan muda, ini ikan milik nona. Apa perlu saya langsung antaran saja ke dalam?" Willy bertanya kembali, walaupun sudah tau tuannya memberikan izin untuk meletakkan di kamar.
"Oh, sini berikan," Xaver mengambil aquarium itu, meletakkan kembali apel yang niatnya akan dirinya makan.
Menyerahkan aquarium itu ke tangan tuan mudanya. "Ini tuan, dan saya permisi," Willy segera kembali melakukan pekerjaannya yang lain.
"Hm..," gumam Xaver sambil terus memperhatikan ikan-ikan yang ada di dalam aquarium.
"Kamu membeli ikan untuk Quella," Zafran bertanya tidak biasa sekali, dan Xaver akan meletakkan ikan-ikan itu di kamarnya. Setau Zafran sedari dulu, Xaver tidak menyukai bila ada hewan peliharaan atau apapun berada di kamar tidur.
Xaver menggelengkan kepalanya. "Tidak, Quella membawanya saat datang. Apa ayah tidak memerhatikan Quella membawa ikan ini di mobil saat tadi pulang bersama tadi?" Xaver malah berbalik bertanya, ia juga penasaran dari mana Quella mendapatkan ikan-ikan ini.
Zafran seolah teringat akan ikan kecil yang berada di aquarium itu. "Kenapa tidak kamu buang?" Zafran langsung saja kesal, karena mengingat asal usul ikan itu.
"Hah.." mengerutkan dahinya heran, Xaver tidak paham mengapa bisa-bisa ayah begitu kesal dengan ikan-ikan ini. "Ini milik Quella," ucap Xaver mengingatkan kembali ayahnya.
"Apa kamu tau dari mana asal ikan itu?" Zafran lagi-lagi sedikit menaikan nada suaranya. Mendapatkan gelengan lagi dari Xaver, tentunya berhasil membuat Zafran memijat keningnya yang terasa berdenyut sakit. Padahal dirinya sudah melupakan kejadian yang membuatnya hampir lepas kendali.
"Buang ayah tidak menyukai ikan itu," tegas Zafran, tangannya langsung merebut aquarium yang Xaver pegang.
Xaver tersentak, dan tidak memperkirakan ayahnya akan merebut paksa aquarium yang ada ditangannya. "AYAH..," Xaver ikut merasa kesal sekarang. "Itu milik istriku," namun sayangnya Zafran tidak mendengarkan hal itu.
Zafaran berjalan keluar sambil membawa ikan-ikan itu, tanpa merasa bersalah atau bagaimana. Zafran membuang ikan itu beserta aquarium nya ke halaman rumah.
PRANK... bunyi pencahan kaca aquarium terdengar tepat di telinga Xaver setelah menyusul ayahnya. Xaver terlambat menyelamatkan aquarium yang belum sama sekali Quella lihat.
"AYAH...," seru Xaver dengan nada yang marah, dirinya merasa tidak habis pikir karena apa yang ayahnya lakukan sekarang ini.
Zafran hanya memberikan tatapan yang tajam kepada Xaver. "Berisik, kamu itu sebagai suami begitu bodoh," sindir Zafran, dirinya tau bahwa ikan itu berasal dari laki-laki itu. Zafran tidak menyukai fakta itu, dan langsung saja bertindak.
"Apa maksud ayah? Dan mengapa Ayah membuang ikan Ella?" Xaver ikut tersulut emosi, ikan-ikan yang Quella bawa terkapar tidak berdaya di atas rumput-rumput.
Zafran menatap kesal kearah putarnya. "Kamu pikir ayah tidak tau, kamu menutupi perilaku Quella yang sering bersama laki-laki lain," tekan Zafran di setiap kata yang dirinya ucapkan.
Mata Xaver terkejut, hatinya berdetak lebih cepat, berdebar dengan fakta yang diketahui oleh ayahnya. "....," Xaver berusaha untuk bersikap tidak gelisah, padahal rasa-rasanya Xaver telah menutupi semuanya.
"Sebaik-baik kamu menutupi apapun, tapi jika sumber dari masalah itu..., tidak mengerti apa arti dari menutupi kesalahan, akan ada waktunya untuk terbongkar," ucap Zafran kembali, setelah dirinya berusaha menekan amarahnya.
"Dengarkan ini Xaver, ayah anggap apa yang ayah lihat saat tadi adalah kesalahan yang besar. Tidak jangan menjelaskan apapun, dengarkan yang ayah katakan," Zafran mencegah Xaver untuk memotong ucapannya.
Xaver langsung mengerti sekarang, ayahnya melihat Quella bersama Elvis. Tentu itu menjadi alasan kuat, mengapa ayahnya begitu marah sekarang, dan jawaban dari Quella bisa pulang bersama ayahnya.
"Ikan itu merupakan pemberian dari laki-laki itu. Ayah benci fakta bahwa kamu ikut serta menutupi kesalahan yang sudah dilakukan Quella selama dua tahun itu. Ini merupakan peringatan terakhir dari ayah, jika sampai ayah melihat menantu ayah, bersama laki-laki itu lagi. Siap-siap terima hukuman untuk kalian berdua," Zafran mengatakannya dengan begitu tegas. Seolah-olah berkata bahwa yang diucapkan nya bukanlah ucapan belaka.
"Jangan berani beraninya membawa ikan itu masuk, atau barang apapun sekecil apapun pemberian dari laki-laki itu, untuk bisa masuk ke dalam Mension Parvez," lanjut Zafran kembali, tanpa perlu menunggu Xaver menjawab, Zafran langsung saja berjalan masuk, membiarkan putranya memikirkan apa yang dirinya katakan.
Xaver memejamkan matanya, cukup terkejut karena ayahnya begitu marah. "Sialan," decak kesal Xaver, semuanya kacau sekarang. Memandangi ikan-ikan yang sepertinya akan mati, jika dirinya tidak segera menyelamatkan mereka.
"Tapi Ella pasti akan lebih marah lagi," ucap Xaver bila dirinya tidak menyelamatkan ikan-ikan yang sepertinya berharga untuk Quella. "Cukup menjadi lemah Xaver, kamu harus tegas," Xaver menyakinkan dirinya sendiri, membiarkan ikan itu, dan langsung bergerak masuk ke dalam rumah.
"Lagi pula sumber masalah memang harus dibuang," seru Xaver walaupun dirinya tau Quella pasti akan sedih, atau paling terburuk akan semakin membencinya.
•••••
TBC
JANGAN LUPA FOLLOW