Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20
Saat musuhnya lengah, Zio segera bertindak. Dengan gerakan cepat, Zio menangkap tangan salah satu yang memegang pistol. Kemudian menendang satunya lagi yang juga memegang pistol.
Sehingga yang satu terjatuh dan satunya di todong pistol oleh Zio. Merasa sudah cukup aman, Arsy pun keluar dari persembunyiannya.
"Diam ditempat, atau peluru ini menghancurkan kepalanya!" ancam Zio.
Mereka yang hendak maju pun mengurungkan niatnya dan berdiri ditempatnya dengan mengacungkan pistol kearah Zio pria yang Zio todong.
Arsy yang sudah keluar langsung berlari menerjang salah satu dari mereka. Sehingga pria yang diterjang jatuh ke tanah.
Pria itu hendak menembak Arsy, namun dengan gerakan cepat Arsy segera menendang tangan pria itu sehingga pistol ditangannya terlempar.
Pria yang Zio tendang tadi hendak melawan Arsy. Namun Arsy bertindak cepat sebelum pria itu menyerangnya. Sehingga pria itu kembali jatuh ke tanah.
Zio melepaskan pria yang ia todong, lalu memberikan bogem mentah pada pria itu. Dan Zio memberikan tendangan pada perut pria yang tadi mengacungkan pistol.
Merasa dikalahkan, mereka kompak melawan bersama. Zio dan Arsy sudah siap, apalagi sekarang pistol mereka sudah terlempar ke tanah.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Zio.
"Jangan khawatir, aku bukan cewek lemah," jawab Arsy tanpa menoleh lawan bicaranya. Karena ia fokus pada musuh.
"Bedebah kalian, habisi mereka!" perintah salah satu dari mereka.
Zio dan Arsy saling mengangguk, lalu keduanya melawan dua orang sekaligus. Zio mundur untuk mencari tempat yang nyaman.
Sementara Arsy masih disitu untuk melawan dua pria sekaligus. Mereka bukan dari kalangan preman, jadi mereka cukup ahli dalam seni beladiri.
Namun Arsy juga bukan orang sembarangan. Arsy yang memang sering berlatih tentu saja hal semacam ini sudah biasa baginya.
Arsy menangkis serangan lawan kemudian menendang lawan satunya. Mereka bisa mengimbangi perlawanan Arsy.
Sedangkan Zio disela-sela pertarungan nya begitu mengkhawatirkan Arsy. Sehingga dia tidak fokus pada musuh.
Ditambah lagi lengannya yang terluka mengeluarkan darah. Namun Zio menahan rasa sakit itu.
"Sepertinya lawan Arsy juga cukup tangguh, aku harus segera menyelesaikan pertarungan ini," batin Zio.
Sementara yang orang yang Zio khawatirkan malah baik-baik saja. Walaupun ada sesekali terkena pukulan, tapi itu sudah biasa menurut Arsy.
"Arsy, bertahan sebentar, aku akan membantumu," batin Zio yang terus memikirkan Arsy.
Sehingga Zio juga beberapa kali terkena pukulan dari lawannya. Arsy yang melihat Zio sepertinya kurang fokus pun menghentikan perkelahian nya dan menghampiri Zio.
"Fokus pada mereka, jangan sering melamun," bisik Arsy. Arsy tidak tahu jika Zio mengkhawatirkan dirinya.
Zio mengangguk, kali ini dia lebih fokus melawan musuhnya. Dan Arsy pun kembali melawan musuhnya.
Dua pria yang Arsy lawan sudah terlihat kelelahan. Arsy tersenyum, dengan begitu dia akan mudah menjatuhkan lawannya.
Arsy melakukan tendangan memutar sehingga mengenai leher pria itu. Seketika pria itu ambruk ke tanah.
Sementara yang satunya terhuyung-huyung karena tenaganya sudah terkuras. Sehingga dengan mudah Arsy menjatuhkan lawannya.
Arsy melihat Zio yang juga sudah selesai mengalahkan lawannya. Kemudian Zio menghampiri Arsy.
"Kamu tidak apa-apa?" Zio memeriksa keadaan Arsy dengan memutar tubuhnya.
"Kenapa harus berlebihan seperti itu sih? Aku baik-baik saja," jawab Arsy.
"Aku hanya mengkhawatirkan mu," ujar Zio setelah memastikan Arsy baik-baik saja.
"Kita kembali ke kampus," kata Arsy mengajak Zio.
"Tunggu, aku menghubungi bawahan ku dulu."
Zio segera menghubungi bawahannya. Dan meminta bawahannya untuk membawa mereka ke markas. Dan meminta bawahannya untuk menyita senjata yang musuhnya bawa.
"Senjataku sepertinya terjatuh ditempat tadi," kata Zio setelah selesai menelepon bawahannya.
"Kita kembali ke sana, bisa bahaya jika ditemukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab."
"Biar aku saja, kamu kembali saja ke kelas."
"Terlambat, kelas sudah mulai sejak tadi. Dan berakhir hingga siang ini. Setelah itu tidak ada kelas lagi."
Akhirnya merekapun menunggu kelas berakhir. Karena Arsy ingin mengambil tas miliknya yang tertinggal di kelas.
"Maaf, aku jadi melibatkan mu dalam masalah ini. Kupikir mereka tidak mengenali ku dengan penampilan ku yang seperti ini."
"Mereka tidak bodoh. Sudahlah, kita tunggu disini dulu."
Mereka akhirnya duduk ditempat tadi saat mereka makan. Arsy berpesan agar Zio tidak perlu repot-repot lagi membawakan nya makanan.
Zio hanya mengangguk mengiyakan, dia tidak ingin membuat Arsy tersinggung. Setelah cukup lama, Zio pun mengantar Arsy ke kelas untuk mengambil tasnya.
"Kamu mau langsung ke restoran? Biar aku antar."
"Oh tidak usah, nanti merepotkan mu saja," tolak Arsy. Karena ia tidak ingin ke restoran, jadi dia berusaha menolak Zio agar tidak mengikutinya.
Namun Zio sangat keras kepala dan masih terus ingin mengikutinya. Arsy menghela nafas, ternyata yang satu ini lebih nekat lagi.
"Lukamu?" Arsy berusaha mengalihkan perhatian Zio. Zio hanya mengatakan luka kecil dan tidak masalah baginya.
"Hanya luka kecil," jawab Zio.
"Jika saja aku tidak bangun dari dudukku, mungkin kepalaku sudah tembus oleh peluru itu," batin Zio.
Arsy menyuruh Zio untuk kerumah sakit, namun Zio menolak. Karena luka yang ia alami tidak seberapa menurutnya.
Akhirnya Arsy mengalah dan membiarkan Zio untuk mengikutinya. Namun sebelum itu, Arsy menempelkan plastik khusus untuk luka di lengan Zio.
Zio tersenyum atas perlakuan Arsy padanya. "Disini sudah ada calon dokter, untuk apa ke rumah sakit lagi."
Arsy tidak menjawab, lalu naik keatas motornya dan menjalankan motornya pergi dari kawasan kampus.
Baru saja mereka pergi dari kawasan kampus, Arsa, Naufal dan Naura pun tiba di parkiran. Sejak tadi mereka tidak melihat Arsy sama sekali.
Mereka tidak mengetahui dengan apa yang dialami Arsy dan Zio. Arsa melihat motor Arsy dan Zio sudah tidak ada di parkiran.
Arsa pun menghubungi Arsy untuk mengetahui keberadaan adiknya itu. Panggilan telepon terhubung, namun tidak ada jawaban.
Arsa menghubunginya sekali lagi, sama, tetap tidak ada jawaban. Arsa menduga jika Arsy dalam perjalanan pulang ke mansion.
"Yuk!" ajak Arsa.
"Arsy?" tanya Naura.
"Mungkin sudah dalam perjalanan pulang, aku telepon tidak dijawab," jawab Arsa.
Merekapun masuk kedalam mobil masing-masing. Lalu segera pergi meninggalkan kampus.
Sementara Arsy dan Zio sudah tiba di restoran. Arsy langsung masuk setelah memarkirkan motornya tanpa menunggu Zio.
Zio berlari kecil menyamakan langkahnya dengan Arsy. Arsy menghentikan langkahnya saat melihat sang papa yang baru keluar dari ruang VVIP.
"Papa?" batin Arsy, Arsy segera berlari kecil menjauh dari Zio. Zio yang tidak mengerti pun mengejar Arsy.
Sehingga Arsy mendorong tubuh Zio untuk menjauh darinya. Arsy tidak mau jika papanya mengetahui semua ini.
Ars masih sibuk berjalan bersama mitra bisnisnya tanpa mengetahui jika Arsy ada di restoran.
Arsy segera bersembunyi dari papanya, karena takut ketahuan. Sedangkan Zio yang didorong masih bengong dengan tindakan Arsy.
lanjut Thor jngan dengar kan yg engga suka