Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.
Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.
Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.
Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.
Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.
Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Berlatih Bersama
Pagi hari itu terlihat di taman belakang kediaman keluarga Xiao seorang pemuda dengan rambut hitam legam dikuncir sedang berdiri termenung sambil memandangi hamparan bunga di depannya yang terdiri dari beraneka macam warna. Pemuda ini mengenakan baju berwarna merah gelap dengan sabuk berwarna hitam dan di pinggangnya tergantung rapih sebuah pedang butut.
Pemuda ini adalah Lin Tian, saat ini dia sedang termenung seorang diri di halaman belakang itu memikirkan nasib Nona mudanya.
"Semoga anda baik-baik saja Nona." Gumamnya lirih dengan raut wajah sedih.
Lama dia berdiri tak bergerak seperti itu, hingga akhirnya Lin Tian tersadar dari lamunannya karena terpikirkan sesuatu. Kemudian kembali termenung dan bergumam, "Nona, apa yang harus saya lakukan? Apakah saya harus membantu keluarga Xiao ini? Jika itu anda, apa yang akan anda lakukan?" Tanya Lin Tian seorang diri.
Memang selama ini Nona mudanya itu seakan-akan selalu menghantui hidupnya, setiap kali dirinya tidur selalu wajah Nonanya yang muncul dalam mimpi, ketika sedang makan teringat akan kebiasaan Nonanya yang makannya seperti tak kenal aturan, asal ambil sana ambil sini. Ketika sedang berlatih, terkenang akan Nonanya yang selalu marah-marah seandainya dia tak mampu membalas pukulannya.
Tanpa sadar Lin Tian tertawa seorang diri di halaman belakang itu ketika dirinya mengingat kenangan masa lalu bersama Zhang Qiaofeng. Semua itu sungguh indah, pikirnya. Sangat damai dan nyaman hingga hari itu tiba. Ya, semua kedamaian dan kenyamanan itu lenyap ketika tragedi keluarga Zhang terjadi.
Sebuah tragedi yang akan selalu membekas dalam ingatannya dan yang telah menciptakan sebuah luka dalam dihatinya, sebuah luka yang takkan pernah bisa terobati.
Berpikir sampai disini, mata Lin Tian yang sebelumnya memancarkan kesedihan kini berubah menjadi kemarahan. Setiap kali dia mengingat kejadian itu, setap kali dia mengingat wajah-wajah dari para penyerang itu, kemarahannya meluap sampai keubun-ubun hingga rasanya dia ingin menghancurkan apa saja.
"Aku harus menjadi lebih kuat lagi." Gumamnya perlahan lalu melompat sejauh beberapa meter kedepan kearah kumpulan pohon yang berada tak jauh dari taman bunga itu.
Setelah mendarat, pemuda ini lalu mencabut pedangnya dan langsung mainkan Ilmu Pedang Pelukis Langit ciptaannya. Terdengar suara berdesing setiap kali pedangnya menyambar-nyambar. Sungguh hebat permainan pedangnya, sangat cepat dan akurat.
Ilmu Pedang Pelukis Langit memiliki sembilan macam jurus, dari sembilan macam itu, terdapat tiga macam jurus yang dijadikan Lin Tian sebagai jurus utama Ilmu Pedang Pelukis Langit. Ketiga jurus itu bernama, 'Pedang Penopang Langit', 'Hembusan awan mendung' dan 'Bilah Pedang Bulan'. Mengapa ketiga jurus ini diajdikan sebagai jurus utama? Karena ketiga jurus inilah yang menjadi jurus paling berbahaya dan paling mematikan diantara sembilan macam jurus Ilmu Pedang Pelukis Langit.
Kali ini Lin Tian mainkan Ilmu Pedang Pelukis Langit dari jurus pertama sampai jurus kesembilan secara berurutan, kemudian ia ulang terus gerakan jurus itu hingga setengah jam lamanya.
"Swiingg-swiingg."
Terdengar suara berdesing dari tebasan pedangnya, kemudian pemuda ini menghentikan gerakannya untuk mengambil nafas. Terlihat daun-daun dari pepohonan di sekitar Lin Tian jatuh berhamburan ketanah. Setelah dirasa cukup, Lin Tian kembali menggerakkan pedangnya dan terlihatlah sebuah fenomena yang luar biasa.
Ketika daun-daun itu masih dalam keadaan melayang di udara, dia mainkan jurus kesembilan atau jurus terakhir dari ilmu pedangnya yang bernama Bilah Pedang Bulan. Jurus ini adalah sebuah jurus pedang dengan pengerahan tenaga dalam sepenuhnya yang bisa digunakan untuk menyerang jarak dekat maupun jarak jauh.
Pedangnya bergerak sangat cepat hingga sulit untuk diikuti pandang mata. Setelah beberapa tebasan, Lin Tian menghentikan gerak tangannya dan menyarungkan pedang itu kembali.
Terlihat di sekeliling Lin Tian bertaburan banyak sekali benda yang bentuknya kecil dan tipis. Benda itu bukan adalah daun-daun yang rontok dari tempatnya dan telah terkena tebasan jurus Bilah Pedang Bulan Lin Tian.
Sungguh hebat bukan main jurus ini, mampu memotong-motong dedaunan yang masih melayang di udara menjadi potongan tipis seperti itu. Dan semua ini dilakukan oleh seorang bocah yang umurnya belum genap dua puluh tahun, sungguh gila!!
"Ini masih belum cukup." Ucap Lin Tian sesaat setelah ia menyarungkan pedangnya.
Memang benar kalau ilmu pedang ciptaan Lin Tian adalah sebuah ilmu yang sangat hebat. Tetapi sampai saat ini Lin Tian merasa jika ilmunya itu belumlah sempurna, hal ini dikarenakan karena ilmu meringankan tubuhnya yang masih kurang cepat untuk memainkan Ilmu Pedang Pelukis Langit. Lin Tian tidak sadar, bahwa sebenarnya ilmu meringankan tubuhnya itu sudah sangat hebat dan sulit diikuti gerakannya.
Akan tetapi memang benar, Ilmu Pedang Pelukis Langit miliknya masih kurang sempurna. Karena menurut perkiraan Lin Tian, jika ilmu ini sudah sempurna seharusnya mampu memotong daun berguguran tadi sebanyak tiga sampai empat potongan. Akan tetapi dirinya hanya mampu menebas menjadi dua putongan saja, bahkan ada beberapa daun yang belum terpotong sama sekali.
Pemuda ini tidak sadar jika ada seorang gadis yang mengintip latihannya dari jauh, kurang lebih jaraknya lima puluh meter dari tempat Lin Tian berdiri. Gadis ini memandang Lin Tian dengan pandangan penuh kekaguman, hingga tak sadar ketika kakinya bergerak, dia tak sengaja menginjak sebuah ranting kering yang membuat Lin Tian menyadari keberadaannya.
"Kreekk..."
"Siapa disana!??" Teriak Lin Tian sesaat setelah terdengar suara tersebut.
Tak ada jawaban dari sumber suara. Lin Tian yang merasa kesal akhirnya memilih untuk menghampiri ke arah suara tersebut dengan cara melompat sambil mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya.
"Swuusshh....Waaaaa..!!"
Tiba-tiba Lin Tian sudah berada di samping gadis itu yang sontak membuatnya terkejut dan secara spontan langsung berteriak.
"Nona...?" Tanya Lin Tian sedikit heran melihat gadis yang berdiri di hadapannya.
Gadis itu ternyata adalah Xiao Lian, putri dari Xiao Mei dan Xiao Li. Memang dialah yang mengintip latihan Lin Tian sejak tadi, bahkan gadis ini juga sudah mengikuti Lin Tian semenjak pemuda itu berdiri termenung di taman bunga.
"Nona, apa yang kau lakukan disini?"
"Ah...!! A-a-aku i-itu anu...eeee...." Ucapnya gelagapan yang bingung mencari jawaban yang pas untuk pertanyaan Lin Tian.
Lin Tian hanya mengerutkan kening tanda dirinya tidak paham dengan maksud Nona di depannya. "Hmm....apa yang kau katakan?" Lin Tian kembali bertanya.
"I-itu...anu...aku melihat jika kau sudah memiliki kepandaian hebat diumur yang masih semuda ini. Jadi aku berpikir untuk meminta beberapa petunjuk darimu." Jawab Xiao Lian cepat sambil memalingkan wajahnya yang memerah.
"Oh...Kalau begitu kenapa Nona malah bersembunyi dan tidak bilang saja daritadi?"
"Karena kau sedang latihan, aku tak ingin mengganggu. Hehe...." Jawab gadis ini sambil terkekeh dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Sebenarnya, Xiao Lian mengikuti Lin Tian sama sekali bukan untuk minta petunjuk. Akan tetapi ketika dirinya sedang berjalan menuju taman untuk menenangkan pikirannya tentang masalah keluarga ini, Xiao Lian secara tidak sengaja melihat Lin Tian yang berdiri termenung tanpa bergerak sedikitpun.
Kemudian gadis ini spontan menghentikan langkahnya dan langsung bersembunyi di balik tembok. Xiao Lian terkejut ketika tiba-tiba Lin Tian melompat kedepan dan langsung memainkan pedangnya. Karena penasaran, dia lalu berjalan perlahan-lahan ke salah satu pohon untuk melihatnya lebih dekat.
Saat sudah sampai di pohon tujuannya dan melihat, Xiao Lian sangat terkejut melihat keceptan gerak pedang Lin Tian. Sungguh luar biasa!!! Batinnya dengan penuh perasaan kagum.
Setelah melihat permainan Lin Tian itu, entah mengapa semua beban pikirannya langsung leyap tak berbekas. Lalu ketika Lin Tian memergokinya, dia sengaja berdalih ingin minta petunjuk darinya. Xiao Lian berpikir jika Lin Tian bisa sedikit memberikan saran akan ilmu silatnya, mungkin dirinya bisa menjadi lebih kuat lagi.
"Baiklah kalau begitu, maafkan saya jika berlaku lancang." Ucap Lin Tian menyanggupi permintaan Xiao Lian.
Tanpa menunggu persetujuan dari lawan bicara, Lin Tian langsung menggerakkan dua jari tangannya untuk menotok pundak kiri Xiao Lian.
"Tuk...aduuhh!!"
Karena Xiao Lian belum siap sama sekali, sehingga totokan Lin Tian mampu mendarat dengan sempurna di pundaknya.
"Refleksmu kurang cepat Nona!!" Kata Lin Tian tegas yang langsung melanjutkan dengan serangan kedua.
Dalam serangan pertamanya tadi, Lin Tian sengaja untuk sedikit membelokkan totokannya. Karena jikalau totokan itu tepat mengenai sasaran jalan darah yang berada di pundak, dapat dipastikan tangan kiri Xiao Lian akan lumpuh dan harus menunggu selama beberapa menit agar bisa kembali normal.
Memang jika tangan Xiao Lian lumpuh akibat totokan, lumpuh itu bisa langsung disembuhkan dengan menototknya kembali. Akan tetapi Lin Tian sengaja hendak menguji kecepatan Xiao Lian di serangan kedua ini. Jika dirinya sengaja menotok lumpuh lengan gadis itu dan menyembuhkannya, itu akan menjadi keuntungan Xiao Lian untuk melakukan persiapan.
Padahal tujuan Lin Tian saat ini adalah untuk melatih kepekaan Xiao Lian dari serangan tiba-tiba.
Di serangan kedua ini, Lin Tian mengepalkan tangan kirinya dan memukul kearah wajah gadis cantik itu.
"Buuukkk....!!" Terdengar suara keras ketika Lin Tian melepaskan pukulannya.
Xiao Lian berdiri kaku sambil mengeluarkan keringat dingin. Kali ini kembali Lin Tian membelokkan serangannya, dia memang tidak memukul tepat di wajah Xiao Lian akan tetapi memukul batang pohon yang berada di belakang gadis itu.
Akibatnya sungguh mengerikan, batang pohon itu tembus akibat hawa pukulan Lin Tian. Dapat dibayangkan, hanya dengan hawa pukulan saja Lin Tian mampu untuk menembus batang pohon itu, apalagi jika tadi pukulan itu tepat mengenai wajah Xiao Lian? Dapat dipastikan wajah gadis itu akan hancur dan mati seketika.
Melihat reaksi Xiao Lian, Lin Tian menarik tangannya dan berkata, "Hah...Nona, maaf saja tetapi kepekaanmu masih sangat kurang. Andai saja jika aku musuhmu, kau pasti sudah mati."
Mendengar hal itu Xiao Lian hanya mampu terdiam dan menundukkan muka. Dia merasa malu akan dirinya sendiri, Xiao Lian merasa jika dirinya ini adalah seorang gadis manja yang hanya bisa menggantungkan hidupnya dibalik nama keluarga. Xiao Lian lalu teringat akan kejadian di hutan itu, andai saja dia lebih kuat mungkin setidaknya bisa membantu para pengawal dan bisa mengurangi korban jiwa kala itu.
Namun dengan kekuatannya, bukannya membantu tapi dirinya malah hanya menjadi beban. Karena itulah ketika di hutan kala itu, Xiao Lian hanya mampu menangis tanpa melakukan apa-apa.
"Aku tau jika diriku ini masih sangat lemah, karena itulah tolong bantu aku Lin Tian, aku tidak ingin terus seperti ini dan menjadi beban keluarga." Xiao Lian berucap lirih memohon kepada Lin Tian.
"Ayah dan ibuku memang selalu mengatakan jika diriku ini berbakat, akan tetapi aku tahu betul kalau mereka itu hanya berusaha untuk menghiburku agar aku tidak berkecil hati." Lanjutnya.
Lin Tian hanya terdiam mendengarkan perkataan Xiao Lian. Pemuda ini paham tentang apa yang sedang dirasakan oleh gadis di depannya itu. Menjadi lemah bukanlah menyenangkan, dirinya juga pernah mengalami hal itu bahkan lebih parah lagi.
Karena kelemahannya, kedua orang tuanya kini telah pergi dari muka bumi ini. Karena kelemahannya, keluarga Zhang tempat dirinya mengabdi menjadi hancur lebur tak berbentuk lagi. Dan karena kelemahannya pula dia harus berpisah dari Nona mudanya yang amat ia sayangi seperti kakak sendiri.
Kini hanya menyisakan dirinya seorang. Semua telah lenyap dari hidupnya hanya karena satu kata yaitu LEMAH!!. Saat ini dirinya masih hidup adalah karena selalu menguatkan hatinya bahwa Nona mudanya itu baik-baik saja. Jika tidak, mungkin Lin Tian sudah memilih untuk mati daripada harus hidup dalam kesendirian dan kekosongan seperti sekarang ini.
"Baiklah, aku akan membantumu. Tapi kuperingatkan padamu, mungkin latihanku nanti akan sangat keras dan mungkin saja kau tidak sanggup untuk menjalaninya, apa kau setuju?" Tanya Lin Tian serius setelah sekian lama hanya berdiri diam di tempatnya.
Mendengar ini, Xiao Lian langsung mengangkat kepalanya dan menjawab dengan semangat, "Ya,ya aku mau!!"
"Kalau begitu minta izinlah terlebih dahulu kepada ayah dan ibumu."
"Siap!!" Setelah berkata demikian, gadis ini langsung berlari meninggalkan Lin Tian seorang diri.
Mereka berdua tidak sadar, jika sedari tadi ada seseorang yang menyimak percakapan mereka dari kejauhan. Orang ini adalah seorang pria yang kira-kira berumur dua puluh lima tahun, di punggungnya tergantung sebuah golok dan tangannya hanya tinggal satu, yaitu tangan kanan. Tepat setelah Xiao Lian pergi, pria ini hanya tersenyum senang hingga menampakkan deretan gigi putihnya.
"Nona sepertinya sangat bersemangat ya...hahaha....." Gumamnya yang masih tetap tersenyum lebar.
|•BERSAMBUNG•|