Season 2 dari novel yang berjudul Dia Suamiku
Setelah 7 tahun berpisah, Mila kembali bertemu dengan mantan suaminya. Perpisahan mereka yang terpaksa oleh keadaan, membuat cinta dihati mereka tak pernah padam meski Elgar telah berstatus sebagai suami orang.
Akankan mereka kembali memperjuangkan cinta mereka demi sang buah hati?
Cerita itu adalah S2 dari novel yang berjudul DIA SUAMIKU.
Untuk lebih jelasnya, silakan baca S1 nya dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DMS 5
Tanpa menaruh curiga, Mila langsung saja menuju kamar Pak Raka. Barusan atasannya itu menelepon dan bilang jika ada hal penting yang harus dibahas mengenai meeting besok.
"Masuk Mil." Pak Raka mempersilakan Mila masuk lalu menutup pintunya kembali. Jujur Mila merasa kurang nyaman berada dikamar hotel berduaan dengan seorang pria.
Melihat Mila yang tampak resah, senyum Pak Raka seketika terbit.
"Kenapa Mil?" Tanyanya basa basi.
"Gak papa pak." Mila hendak menuju sofa tapi lengannya lebih dulu ditarik Pak Raka.
"Kita bicara disini saja." Dengan sedikit paksaan, Pak Raka mendorong bahu Mila agar duduk ditepi ranjang.
"Maaf Pak, lebih baik kita bicara diluar saja. Saya kurang nyaman disini." Perasaan Mila mulai tak karuan. Dari gelagat Pak Raka, sudah tercium jika ada niatan tidak baik.
Mila hendak bangkit dari duduknya tapi lebih dulu didorong oleh Pak Raka hingga telentang diatas ranjang.
"Apa apaan ini?" Teriak Mila sambil berusaha bangun. Tapi gerakannya kalah cepat dari Pak Raka yang sudah naik keatas ranjang dan kembali mendorongnya keposisi semula.
"Bapak mau apa? Jangan macam macam." Mila makin panik. Sebagai wanita normal, dia jelas tahu apa yang hendak Pak Raka perbuat padanya.
"Ayolah Mila, kita nikmati malam ini." Pak Raka sudah berada diatas dan mengungkung Mila dengan kedua lengannya.
"Jangan kurang ajar." Mila kesulitan bergerak diposisi ini. Badan Pak Raka yang makin menempel membuatnya kesulitanmenggerakkan tangan.
"Aku yakin kamu juga pengenkan? Kamu pasti sudah sangat kegerahan dan mendambakan senjata saya untuk segera mengobrak abrik milik kamu."
Mila kaget mendengarnya. Apa yang telah merasuki Pak Raka hingga dia berfikir seperti itu.
Mila bisa merasakan benda keras milik Pak Raka menempel dipahanya. Rasanya masih tak habis pikir. Selama ini Pak Raka terkesan baik dan santun. Tapi malam ini, sisi lain pria itu baru kelihatan. Dia ternyata tek lebih dari sekedar bajingan bermuka dua.
"Lepaskan saya." Teriak Mila untuk kesekian kalinya sambil berontak.
"Aku sudah menunggu saat saat seperti ini sejak lama Mila. Sejak kamu menjadi sekretarisku, aku sudah tergila gila padamu. Jadi jangan buang buang waktu lagi, lebih baik kita segera menikmati malam panjang ini."
Pak Raka menurunkan wajahnya dan berusaha mencium Mila.Tapi usahanya ternyata tak mudah karena Mila terus menggerakkan kepalanya kekiri dan kanan demi menghindar dari ciuman Pak Raka.
Pak Raka yang geram, langsung mencengkeram dagu Mila dengan sebelah tangannya. Harusnya obat perangsang itu sudah bereaksi, tapi entah kenapa, Mila tampak tak terpengaruh apa apa.
"Diam, atau aku akan main kasar." Ancam Pak Raka yang mulai kehabisan kesabaran..
Ayo Mila, kamu pasti bisa melawannya.
Begitu Pak Raka berhasil menciumnya. Mila merasa ingin muntah. Tapi dia harus bisa bertahan. Tiba tiba muncul ide dikepanya. Sepertinya dia harus merelakan bibir dan mulutnya terkontaminasi demi bisa selamat.
Meski sangat jijik, Mila memantapkan hati untuk membalas ciuman Pak Raka. Benar saja, begitu gayungnya bersambut, Pak Raka tak lagi menekan tubuhnya seperti tadi. Pria itu perlahan juga mulai melepaskan cengkeraman tangannya.
Pak Raka pikir, obat yang dia beri tadi sudah bereaksi. Padahal, dia salah besar.
Dug
"Awww..." Pak Raka berteriak kencang karena rasa sakit di pusaka keramatnya. Mila baru saja menggunakan lututnya untuk menendang belut sialan itu. Momen Pak Raka yang kesakitan, dimanfaatkan dengan baik. Mila mendorong tubuh bajingan itu lalu bergerak cepat untuk membuka pintu.
"Perempuan sialan, berani beraninya kamu melakukan ini padaku." Pak Raka yang murka berusaha mengejar Mila. Karena ngilu dia organ intimnya, Pak Raka tak bisa berlari cepat. Dia jadi meragukan khasiat obat yang kemarin dia beli itu. Mila terlihat tak terpengaruh sama sekali.
Mila berlari sambil merutuki kebodohannya. Harusnya dia menuju kamar lalu menguncinya, bukan malah berlari menuju lift seperti ini. Sekarang dia hanya bisa memaksa kakinya berlari lebih kencang sembari berdoa agar Pak Raka tak bisa menangkapnya sampai lobi. Jika sudah dilobi, akan banyak orang yang bisa dia mintai pertolongan.
Mila menunggu lift terbuka sambil menoleh kebelakang. Pak Raka sudah hampir sampai, tapi kenapa lift tak kunjung terbuka.
Ting
Begitu mendengar bunyi itu, Mila yang masih menoleh kebelakang buru buru masuk.
Bug
Saking terburu buru dan tak melihat kedepan, Mila menabrak orang yang baru keluar dari lift.
"Sorry." Ujar Mila sambil menduk dan mengelus kepalanya yang sedikit pusing. Meski tak melihat wajah orang yang dia tabrak, Mila bisa tahu jika orang itu seorang pria. Terlihat dari pakaian dan sepatu yang dia kenakan.
"Tahan dia." Teriak Pak Raka sambil berlari dan menunjuk Mila.
"Tolong saya Pak, dia mau mele_" Mila tak sanggup melanjutkan ucapannya. Karena begitu dia mendongak, dia melihat wajah yang dia rindukan selama 7 tahun ini. Ya, pria itu adalah Elgar, mantan suami Mila.
"Mila." Elgar berucap tanpa suara. Sama seperti Mila, dia juga syok melihat Mila ada disini. Sepanjang yanh dia tahu, Mila ada di Singapura.
Untuk beberapa saat, mereka saling menatap. Setelah 7 tahun tanpa kabar, mereka akhirnya bertemu kembali. Rasa rindu yang sudah menggunung itu, seperti meledak saat ini. Perasaan mereka campur aduk, antara bahagia dan sedih.
Bukannya tak ingin saling mencari kabar selama mereka terpisah, hanya saja keduanya saling menahan diri. Mencari kabar hanya akan membuat makin susah move on, tapi tanpa mencari kabarpun, tetap saja gagal move on. Perpisahan karena dipaksa keadaan, membuat cinta mereka tak bisa pudar begitu saja meski sudah 7 tahun lamanya.
Karena pertemuan mendadak itu, Mila sampai lupa jika saat ini dia sedang dikejar Pak Raka.
"Ayo ikut saya." Mila terperangah saat tangannya tiba tiba ditarik dengan kasar oleh Pak Raka.
"Lepaskan dia." Seru Elgar sembari menarik lengan Mila hingga terlepas dari cekalan Pak Raka. Mila yang ketakukan, otomatis, berdiri dibelakang Elgar. Dan seperti tak sadar, dia memegang erat lengan Elgar.
"Jangan ikut campur urusan saya." Bentak Pak Raka garang.
"Memang ada urusan apa anda dengan wanita ini?" Tanya Aden, asisten Elgar yang seketika maju kedepan.
"Wanita ini sudah menipu saya. Saya sudah mentransfer uang pembayaran tapi dia tak mau melayani saya."
Deg
Mata Mila seketika terbeliak. Pintar sekali Pak Raka membuat cerita palsu.
"Ayo ikut saya, selesaikan pekerjaan kamu. Kalau tidak, kembalikan dua kali lipat uang saya." Ucap Pak Raka sambil berkacak pinggang.
"Bohong, tidak seperti itu ceritanya. Dia mau melecehkan saya." Sangkal Mila.
"Hai ******, jangan gunakan wajah polosmu itu untuk mengelabuhi mereka. Dia itu ****** Pak."
Mila terus menggeleng. Dia sungguh tak habis pikir, tega sekali Pak Raka melakukan semua ini padanya. Sudah mau melecehkan, sekarang malah ditambah difitnah secara sadis.
"Jadi wanita ini sudah menipu bapak, mengambil uang bapak?" Tanya Elgar.
Pak Raka buru buru mengangguk. Dia seperti mendapat angin segar karen pria didepannya ini terlihat berpihak padanya.
"Den, panggil polisi. Biar polisi bantu bapak ini mendapatkan kembali uangnya."
Mila reflek menganga sambil melepaskan lengan Elgar. Dia tak menyangka jika Elgar lebih percaya pada Pak Raka.
Mendengar perintah atasannya, Aden mengambil ponsel yang ada disaku celananya.
"Jangan!" Cegah Pak Raka. "Saya ingin menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan. Jadi tidak perlu panggil polisi, berikan saja wanita itu pada saya."
Elgar tersenyum miring, membuat Pak Raka seketika paham kalau ada yang tidak beres.
"Keluar dari hotel saya sebelum saya panggil polisi."
Mila dan terlebih Pak Raka sangat bingung dengan ucapannya. Apakah ini artinya, pria yang sedang berdiri dihadapan pak Raka itu adalah si pemilik hotel? Dan lalu, kenapa sekarang justru Pak Raka yang diusir?
"Saya tidak butuh seorang bajingan menginap dihotel saya."
"A, apa maksudnya ini?" Pak Raka masih tak paham.
"Apa perlu saya tunjukkan rekaman cctv saat anda memberikan uang pada pelayan restoran sebagai upah."
Upah? Upah apa maksudnya? Mila makin tak paham. Sedangkan Pak Raka, wajahnya seketika pias. Dia tak menyangka jika ada yang memergoki ulahnya, dan parahnya, orang itu adalah pemilik hotel.
Kali ini, jelas Pak Raka tak bisa berkutik. Jika kaum rendahan lawannya, dia masih bisa bersilat lidah. Tapi melawan pemilik hotel, resikonya jelas pasti kalah. Tak mau berurusan dengan polisi, Pak Raka kembali kekamarnya untuk mengemasi barang-barangnya.