Follow ig 👉 @sifa.syafii
Fb 👉 Sifa Syafii
Seorang gadis berusia 18 tahun bernama Intan, dipaksa Bapaknya menikah dengan Ricko, laki-laki berusia 28 tahun, anak sahabatnya.
Awalnya Intan menolak karena ia masih sekolah dan belum tahu siapa calon suaminya, tapi ia tidak bisa menolak keinginan Bapaknya yang tidak bisa dibantah.
Begitu juga dengan Ricko. Awalnya ia menolak pernikahan itu karena ia sudah memiliki kekasih, dan ia juga tidak tahu siapa calon istrinya. Namun, ia tidak bisa menolak permintaan Papanya yang sudah sakit sangat parah.
Hinggga akhirnya Ricko dan Intan pun menikah. Penasaran dengan kisah mereka? Yuk langsung simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Setelah mandi, seperti biasa Intan keluar dari dalam kamar mandi hanya menggunakan handuk yang dililitkan di tubuhnya. Saking asyiknya mengeringkan rambut dengan handuk lain, ia tidak menyadari Ricko sudah
berbaring di atas ranjangnya sejak tadi.
"Kamu mandi apa tidur? Lama sekali di dalam kamar mandi?" celetuk Ricko tiba-tiba yang membuat Intan terkejut. Sudah setengah jam lebih ia menunggu Intan keluar dari dalam kamar mandi sampai merasa bosan dan hampir ketiduran.
"Kenapa Mas Ricko di sini? Keluar! Aku mau ganti baju!" seru Intan mengusir Ricko dari dalam kamarnya.
"Jelaskan dulu tadi kamu habis dari mana?" tanya Ricko seraya melihat Intan yang hanya memakai handuk di tubuhnya.
"Besok saja, Mas. Aku capek. Ayo keluar dari kamarku!" usir Intan.
"Kamu pacaran? Bukannya aku sudah bilang, kamu tidak boleh pacaran!" ujar Ricko masih berbaring di atas ranjang Intan.
"Enggak! Aku nggak pernah pacaran. Bapak nggak ngizinin," balas Intan sambil mengambil piyama di dalam almari.
"Terus yang antar kamu tadi siapa?" tanya Ricko lagi menyelidik.
"Dia temanku, Mas. Udah ah keluar! Aku mau tidur," ujar Intan sambil menarik tangan Ricko agar segera bangun dari ranjangnya dan keluar dari kamarnya. Karena Ricko tidak mau bangun, Intan pun tertarik dan jatuh ke atas da*da Ricko.
Mata Intan membelalak menatap wajah Ricko yang jaraknya hanya 5 cm dari wajahnya. Sedangkan Ricko tersenyum manis.
Ricko bisa merasakan betapa kenyal dan padat buah da*da kecil Intan di dadanya. Jantung Intan berdetak kencang. Ia takut diapa-apakan Ricko karena sekarang ia hanya menggunakan handuk yang hampir melorot.
Intan pun segera bangkit dan merapatkan handuknya kembali. Kemudian ia mengambil piama-nya dan masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah memakai piamanya, Intan keluar dari dalam kamar mandi dan melihat Ricko masih berbaring di atas ranjangnya.
"Kenapa masih belum pergi?" tanya Intan kesal dengan bibir cemberut.
"Aku mau tidur di sini. AC kamarku mati," jawab Ricko sambil memejamkan matanya.
"Kamar di rumah ini kan banyak, Mas? Kenapa harus tidur di sini sih!" gerutu Intan sembari berjalan menghampiri ranjangnya.
"Aku sudah PW (Posisi Wenak). Ayo tidur!" ujar Ricko sambil menarik selimut.
Intan pun terpaksa tidur bersama Ricko untuk ke sekian kalinya. Ia berbaring di samping Ricko dan berbaring miring membelakanginya seperti biasa.
***
Pagi hari saat membuka matanya, Ricko melihat ranjang di sampingnya sudah kosong. Ia pun bergegas bangun dan keluar dari kamar. Ia melihat Intan sedang memasak di dapur.
‘Wangi banget masakannya. Bikin perut jadi lapar,’ batin Ricko.
Ricko pun melangkahkan kakinya menuju meja makan dan duduk di sana. Ia memperhatikan punggung Intan yang sedang memasak.
Intan memasak masih memakai piama lengan pendek dan celana selutut yang ia pakai tidur tadi malam kemudian dilapisi celemek di bagian depan tubuhnya. Rambutnya diikat sembarangan ke atas memamerkan lehernya yang jenjang, putih, dan mulus. Ricko melihat tubuh Intan dari atas hingga ke bawah.
‘Lumayan,’ gumam Ricko dalam hati sambil mencubit dagunya.
Saat Intan berbalik hendak menaruh masakannya di meja makan, ia melihat Ricko di sana sedang memperhatikannya.
"Kamu bangun jam berapa?" tanya Ricko pada Intan.
"Jam empat, Mas," jawab Intan sambil menaruh ayam kecap dan kopi panas di atas meja makan.
"Aku mau sarapan sekarang. Aku lapar," ucap Ricko. Intan pun mengambilkan nasi lalu meletakkannya di atas meja depan Ricko.
"Hari ini kamu ke mana?" tanya Ricko pada Intan karena hari ini hari Minggu.