Dyah permata baru saja menyelesaikan sekolahnya dia hanya berdua dengan adiknya yang berusia tujuh tahun. Dia pergi ke kota untuk mencari pekerjaan.
Bagaimana jika dia bertemu dengan anak perempuan yang berusia tiga tahun memanggilnya bunda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mutia al khairat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga hari kemudian
Sudah tiga hari tuan dan nyonya Alexanders pergi ke luar kota, mereka saling bertanya kabarpada Dyah menengai putranya dan cucu.
Azka selama tiga hari ini dia juga sibuk di perusahaan sehingga dia sering pulang larut, Dyah sudah menemani Aquira tidur di kamarnya tiga hati terakhir ini karena rewel.
Dyah melihat Aquira tidur disampingnya terlihat pulas dengan hati-hati Dyah turun ranjang tak lupa dia cium pipi Awuira dan merapikan selimutnya. Dyah keluar tak lupa menutup pintu.
Dyah melihat jam ternyata sudah menunjukan pukul 12 malam, ketika turun tangga dia melihat Azka baru datang dan duduk di sofa terlihat sangat lelah.
" Tuan muda, ingin saya buatkan minuman" kata Dyah dengan hormat, Azka meminjit keningnya merasa pusing banyaknya pekerjaan di perusahaannya.
" Kamu belum tidur, Dyah? " Azka melihat Dyah di sampingnya. " Saya tadi menemani nona tidur, tuan muda" kata Dyah.
Azka menanggukan kepalanya. " Tolong kamu buatkan saya kopi" kata Azka. " Baik tuan" kata Dyah.
Azka berniat pergi ke kamarnya tapi ketika baru dia akan berdiri hampir saja dia jatuh, jika Dyah tidak memeluknya. mata mereka saling berpandangan, Dyah terkejut dengan situasi ini.
" Maaf tuan" kata Dyah, menundukan matanya. " Tidak apa saya juga yang salah, bisa kamu tolong saya antarkan ke kamar kepala ini rasanya pusing" sahut Azka.
" Mari tuan" dengan menunduk Dyah membantu Azka untuk ke kamarnya. Dengan hati-hati Dyah membantu Azka berbaring dan menyelimutinya, Azka mulai memejamkan matanya.
Dyah berniat untuk keluar tapi tangannya di pegang oleh Azka, Dyah berbalik melihat Azka mengigau. " Jangan pergi".
Dyah mencoba untuk melepaskan tangan Azka tapi kuat, karena sudah ngantuk Dyah tidur dengan kepalanya letak di kasur.
Keesokan harinya terdengar suara adzan berkumandang, Azka bangun tidur meminjit kepalanya masih terasa pusing walau sedikit, dia merasakan tangannya berat begiyu melihat ke samping dia terkejut melihat Dyah tidur di sampingnya.
Azka pura-pura tidur melihat Dyah mulai membuka matanya. " Sepertinya tuan muda samgat lelah, aku shalat dulu nanti minta tolong bibi Sumi buatkan kopi untuk tuan muda" kata Dyah, melepaskan tangan Azka pada tangannya.
Tanpa disangka Azka tersenyum menitip Dyah yang keluar dari kamarnya, Azka berusaha untuk bangun karena harus melaksanakan shalat.
Bibi Ina terkejut melihat Dyah keluar dari kamar Azka, dia langsung menarik Dyah menuju ke arah dapur. Dyah tak ada persiapkan hanya menurut langkah bibi Ina.
" Bibi Ina, ada apa ini Dyah ditarik" kata Bibi Sumi, mempersiapkan masakan. Bibi Ina menghela nafasnya mengatur terkejutannya.
" Dyah katakan pada kami kenapa kamu keluar dari kamar tuan muda, apa yang terjadi semalam?" Bibi Ina, Bibi Ina juga terkejut mendengarnya.
" Tidak apa bi, Dyah mau lihat Fathan dulu bi. Oh ya bi tolong buatkan bubur untuk tuan muda" sebelum Dyah pergi bibi Sumi langsung menghalanginya.
" Dyah katakan pada kami tuan muda tak melakukan hal yang burukan" kata Bibi Sumi, khawatir pada Dyah yang seperti anaknya sendiri.
" Bibi ini ada saja" Akhirnya Dyah menceritakan yang terjadi semalam, bibi Sumi dan bibi Ina menanggukan kepalanya dan merasa lega.
" Bibi jangan lupa buburnya, Dyah mau kekamar dulu" kata Dyah, menuju ke kamar. " Alhamdulillah bi tidak terjadi apa- apa" kata Bibi Ina.
" Ayo lanjutkan pekerjaan kita, bibi akan membuat bubur dan susu untuk tuan muda" kata Bibi Sumi.