***++ Harus bijak memilih bacaan ya guys...
Malam panas satu malam ku dengan lelaki asing membuatku tidak bisa lepas dari lelaki itu. Belakang aku tahu ia adalah Dokter spesialis penyakit dalam di Rumah sakit Mamaku dan kebetulan lelaki itu adalah Dokter yang merawat mamaku. Ia srorang duda yang haus akan hubungan panas di atas ranjang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qolbie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 LAGI?
"Ups... maafkan aku karena aku terlalu senang tadi. sungguh aku tidak bermaksud untuk menggodamu, aku hanya..."
ucapanku tertahan karena saat itu ia sudah mengulurkan salah satu tangannya dengan jemari tangan yang sudah meraih ujung daguku lalu mengangkatnya. aku melihat senyum tersungging di bibirnya.
"kau memotong rambutmu?"
aku hanya menganggukkan kepala karena memang aku ini memotong rambutku sampai pendek dan aku menyukai model ini. aku melihatnya menganggukkan kepala beberapa kali seolah ia memberi tahu padaku bahwa ia mendukungku.
"Aku juga suka,"
Ada rasa kelegaan tersendiri saat aku mendengarkan apa yang ia katakan saat itu.
"Kalau begitu sekarang..."
aku mendengar ucapannya yang tertahan kemudian aku merasakan kecupan lembut bibirnya yang menyentuh bibirku, ciuman itu begitu lembut yang langsung membuatku mengangkat kedua tangan lalu meraih jenjang lehernya, seolah aku tidak ingin ia melepaskan ciuman itu. Namun ia melepaskannya untuk sesaat sembari menatap wajahku yang sudah merona merah di sana.
"Kenapa kau sepertinya sangat antusias sekali hari ini, kau merindukanku?"
Bisiknya yang aku dengarkan, namun belum sempat aku menjawabnya aku sudah merasakan lelaki itu menukikkan bibirnya ke arahku dan menyambar bibirku begitu saja kini ciumannya bukan selembut yang tadi lebih tampak bersemangat dan sedikit kasar Tapi entah mengapa aku malah menyukainya. aku mulai bisa mengimbangi apa yang dia lakukan padaku setiap gerakannya semuanya. aku seolah bisa hafal apa yang akan ia lakukan selanjutnya.
telapak tangan kasarnya mulai mengusap lembut kulit pahaku yang terbuka karena saat itu aku hanya mengenakan gaun yang tidak memiliki lengan serta bagian bawah hanya sebatas paha saja yang membuat lelaki itu dengan leluasa bisa menyentuh kebagian pahaku dengan leluasa.
aku bisa merasakan jika lelaki itu menyukai apa yang aku kenakan dan aku juga merasa bangga karena aku bisa memilih pakaian yang memang aku inginkan sejak dulu karena keterbatasan ekonomi membuatku tidak bisa untuk membeli pakaian yang aku inginkan apalagi memakainya.
saat aku mulai terengah-engah karena ciumannya ia melepaskan pagutan bibirnya dari bibirku Ia lalu menyerang jenjang leherku secara liar di sana aku turut mengimbanginya dengan mendongak ke atas menatap langit atas kepalaku seolah memberi akses lebih pada wajahnya untuk berada di sana lebih leluasa.
1 kali sentakannya saja ia sudah berhasil melepaskan celana dalam yang aku kenakan serta celana pendek yang aku gunakan hingga terlepas begitu saja ia kemudian mengangkat salah satu jenjang kakiku naik dengan tangan yang sengaja menaruh tepat di bagian bawah tekukan lututku yang tertekuk terangkat naik dan tidak menunggu waktu lama aku bisa merasakan area inti kewanitaanku sudah terdesak sesuatu yang sangat besar dan kuat. Aku hanya bisa membekap mulutku sendiri menggunakan salah satu telapak tangan yang saat itu merangkul jenjang lehernya.
desakan itu pun hanya sesaat karena selanjutnya lolos begitu saja dan melesak masuk kedalam diriku. Ferakan tubuh lelaki itu mampu membuatku memekik beberapa kali seolah aku tidak tahan dengan apa yang ia lakukan. hingga beberapa saat aku merasakan desakan hebat dalam diriku yang membuat tubuhku mengejang lalu aku merasakan sesuatu yang besar muncul di dalam diriku sampai akhirnya aku mengerang begitu saja hingga tubuhku ambruk dalam pelukannya karena lemas.
"Tidak bisakah kau tidak merusak tatanan rambutku?"
Aku mendengar ia sedikit protes karena apa yang aku lakukan dengan rambutnya hingga tampak berantakan. Aku hanya bisa tertawa kecil ketika mendengarkannya dan ternyata tawaku tersebut seperti ejekan bagi lelaki itu ia pun langsung mengangkat tubuhku begitu saja menggendongku dan membawaku menuju ke atas pembaringan.
"jangan sampai membuatku tidak bisa berjalan seperti kemarin, besok aku ada acara di kampus,"
Aku berusaha untuk memberitahu lelaki itu agar tidak berlaku begitu berlebihan saat melakukannya karena acara di kampus besok tidak bisa untuk tidak aku hadir.
"Aku tidak yakin bisa mengurangi dosisnya,"
Aku membelalak tidak percaya ketika aku mendengarkan apa yang lelaki itu katakan karena sudah pasti semua ucapanku yang memperingatkannya bagaikan angin lalu untuk lelaki itu.
"Akh!"
dan benar saja belum sempat mereda rasa terkejutku saat itu aku sudah merasakan dorongan itu lagi tepat di area inti kewanitaanku yang mendesak dengan cepat membuatku terlena kemudian menggeliat dan tidak bisa untuk mengendalikan diriku sendiri untuk tidak mengerang dibawah kuasa tubuhnya.
dan setelah aktivitas intens kami itu selesai aku meringkuk dalam pelukannya dengan salah satu tangannya yang mendekap tubuhku dengan erat seolah satu tangannya saja sudah berhasil meringkus tubuhku sepenuhnya.
"aku tadi tanya kenapa kamu sudah kembali? bukankah harusnya Kau kembali besok?"
aku bertanya pada lelaki itu dengan jemari tangan yang bergerak kemudian menyentuh bagian menonjol yang ada di jenjang leher lelaki itu karena apa yang aku sentuh itu tepat berada di depan kedua mataku. bahkan sesekali aku bisa melihat dan bisa merasakan lewat sentuhan jemariku saat lelaki itu meneguk ludahnya gerakan menonjol tepat di bagian jenjang leher itu pun turut bergerak naik turun begitu saja dan bagiku itu adalah hal yang menggemaskan.
"Aku merindukanmu. Apakah jawabanku sudah bisa memuaskanmu?"
meskipun aku tidak percaya dengan jawaban yang lelaki itu berikan aku hanya bisa menganggukkan kepalaku beberapa kali agar dia tahu bahwa aku mengerti.
"kau tidak marah kan kalau aku membelanjakan beberapa uangmu untuk keperluanku hari ini?"
"bukankah berulang kali Sudah aku katakan kau sekarang adalah wanitaku Kau berhak membelanjakan uangku untuk keperluanmu. aku tidak peduli berapapun yang kau pergunakan dan aku juga tidak akan menghitung berapapun yang keluar dari rekening,"
aku tersenyum sembari berusaha untuk mengeratkan pelukanku pada tubuhnya seolah aku benar-benar merasa bersyukur karena Ada dia disampingku.
"Kenapa kau manja sekali hari ini, ada cerita apa yang belum kau ceritakan padaku?"
Aku semakin menenggelamkan wajahku pada bagian jenjang lehernya yang terbuka, mengendus aroma harum maskulin yang menenangkan dari cologne yang ia pakai. Aku seolah sudah hafal aroma tubuh lelaki itu meski hanya mencium dari wanginya saja.
Aku lalu terjaga, menarik bantal dan menumpuknya tepat di samping tubuh lelaki itu.
"Hemz... di kampus ada sekelompok anak yang tidak menyukaiku, mereka bahkan mengadakan pesta saat tahu aku bekerja di tempat itu. Dan ya, berakhir mereka menjebakku. Untungnya aku tidur denganmu. Akh... itu bukan intinya, yang pasti aku sudah membuat mereka tercengang kemarin dengan melihatku pergi ke salon kecantikan dan juga ke toko pakaian ternama. Akh... senangnya bisa membuat mereka seperti itu,"
Aku terkikik saat mengingat kejadian tadi. Lelaki itu hanya bisa mendengus dan tersenyum saat mendengar ceritaku.
"Kenapa kau tidak memberi pelajaran pada mereka?"
"aku tidak seberani itu, kalau mereka tidak menyukaiku itu urusan mereka bukan urusanku,"
aku melihat lelaki itu menganggukkan kepalanya beberapa kali.
"Emb... ngomong-ngomong... kenapa malam ini kau membuatku lebih cepat klimaks dari malam-malam sebelumnya. Ramuan apa yang kau minum?"
Tiba-tiba aku membelalak seketika saat aku mendengar apa yang lelaki di sampingku itu katakan. Kerongkonganku kering seketika saat tahu apa yang selanjutnya akan lelaki itu lakukan.
"Tuhan... aku baru menikmati pelepasanku, haruskah ia memintanya lagi? secepat ini?"