Bismillahirrohmanirrohim.
Siapa sangka dirinya akan terjebak di dalam novel buatan kakaknya sendiri, selain itu, sialnya Jia harus berperan sebagai Antagonis di novel sang kakak, yang memang digambarkan untuk dirinya dengan sifat yang 100% berbanding terbalik dengan sifa Jia sebenarnya di dunia nyata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hainadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak peduli
...Bismillahirrahmanirrahim....
...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...
...بسم الله الر حمن الر حيم...
...Allahumma soli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....
...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد...
...🍒Selamat membaca semua🍒...
"Sekarang aku tahu! Ternyata hidup Jia sangat sulit sebenarnya," gumam Jia pelan tanpa di dengar oleh Raka.
Setelahnya Jia berlalu pergi tanpa peduli dengan Raka lagi. Sementara Raka semakin frustasi dibuatnya. Dia bahkan mengabaikan handphone yang berdering.
Memang biasanya Sania akan selalu menghubungi Raka saat malam hari. Jia sudah tahu itu sejak lama, tapi dia malas untuk berkata-kata lagipula tidak ada gunanya dia berbicara.
"Aku harus membuat Jia kembali mencintaiku. Aku pasti bisa melakukannya!" ucap Raka dengan sangat percaya diri.
Dalam hatinya Raka merasa yakin sekali jika Jia akan kembali mencintainya seperti dulu lagi. Entah kenapa Raka masih yakin jika Jia masih sangat mencintainya. Sikap Jia yang sekarang ini hanyalah kedok untuk memancing Raka agar merasa simpati pada dirinya, Raka yakin akan hal itu.
Malam semakin larut Jia akhirnya memutuskan untuk tidur tanpa mengeluarkan sepatah katapun pada Raka. Jangankan bicara pada pria itu melihat saja Jia sudah malas, mereka berada di satu kamar yang sama berstatus sebagai suami dan istri tapi seperti orang asing yang tidak pernah mengenal satu sama lain.
Melihat Jia yang sudah tidur Raka hanya menghela nafas pelan. "Kamu berubah Jia. Aku ingin kamu yang dulu," ucap Raka sambil menatap punggung Jia.
Pagi hari berlalu.
Kali ini tidak seperti biasanya Jia akan menyiapkan semua pakaian Raka dan kebutuhan Raka yang lain. Jia sama sekali tidak melakukan hal itu, dia hanya fokus pada dirinya saja bersiap untuk berangkat kerja.
Satu hari penuh Jia sama sekali tidak mempedulikan Raka. Keluarga Baskara juga tidak mempermasalahkan hal tersebut Karena memang Raka lah yang salah disini.
Hari-hari berikutnya sikap Jia masih sama. Tapi dia tetap akrab dengan keluarga Baskara, di keluarga sendiri sekarang Raka merasa menjadi seperti orang asing.
Seperti sekarang ketika dia baru saja pulang kerja. Raka melihat Jia dan sang mama sedang tertawa bersama di ruang keluarga. Melihat itu Raka semakin merasa menjadi orang asing.
Dengan langkah ragu Raka berjalan mendekati Jia dan Mama Gita yang sedang asyik mengobrol.
"Ma," sapa Raka.
Sekilas Jia melihat kearah suaminya setelah itu benar-benar tidak peduli lagi. "Jia ke kamar dulu, Ma," pamitnya yang disetujui Gita.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Hari-hari berlalu Jia cukup menikmati waktu tenangnya saat ini. Setelah kejadian dimana Sania, Raka dan Riska tertangkap basah melakukan hal yang memalukan. Sania dan Riska tidak mencari perkara dengan Jia sudah beberapa waktu ini.
Tapi tidak dengan Raka, suaminya itu terusan mengusik dirinya membuat Jia merasa kesal. Raka seperti pria yang tidak merasa bersalah sama sekali. Jadinya Jia memang lebih suka berlama-lama di tempat kerja dari pada harus pulang ke rumah.
"Enak banget kalau setiap hari nggak ada pengganggu, rasanya hidup terasa damai, tentram dan tenang, si Raka itu sayangnya sering menganggu keterangan ku." ucap Jia sambil merenggangkan otot-ototnya setelah selesai bekerja.
Karena sudah waktunya istirahat Jia meninggal pekerjaannya berjalan menuju kantin yang sudah disiapkan di kantor. Dia menikmati suasana di kantor, melihat orang berlalu lalang menuju kantin kantor Jia masih tak menyangka jika sekarang dia duduk dibangun kerja.
Padahal dalam dunia nyata, Jia seorang mahasiswa yang baru masuk sementara 5 di tahun ini. "Lumayan buat pengalaman, tapi emang bisa pengalaman kerja disini bisa buat kerja di dunia nyata yang ada pasti aku dianggap gila entar," monolog Jia sesekali dia tersenyum ketika ada karyawan yang menyapa.
Namun setelah sadar akan ucapannya barusan wajah Jia yang tadinya terlihat cerah tiba-tiba saja menyadari murung. 'Tapi apakah aku masih hidup di dunia nyata?' tanpa sadar Jia meneteskan air mata.
Kebetulan Raymon yang entah kenapa hari ini ingin ikut makan di kantin karyawan mendengar pikirkan Jia membuat Raymon mengurutkan dahi heran. Melihat punggung Jia yang sedikit gemetar Raymon tanpa pikir panjang berjalan kearah Jia. Dia bahkan tidak peduli dengan tatapan para karyawan yang menatapnya heran ketika terlihat jalan buru-buru kearah Jia.
"Kamu tidak apa?" Jia tidak sadar jika dia sedang mengantri untuk mengambil makan, tapi ketika gilirannya dia malah bengong saat menyendok nasi ke dalam piring.
Untung saja dibelakang Jia sudah tidak ada lagi yang mengantri sampai Raymon datang menyadarkan Jia dari lamunannya.
"Eh, tuan Raymon, saya baik-baik saja. Anda mau makanan apa?" tanya Jia.
Dia bersiap mengambil makanan untuk Raymon. Jia sudah biasa melakukan hal tersebut tapi tidak di depan banyak karyawan karena biasanya Raymon lebih suka makan di restoran seberang kantor atau nasi goreng pinggir jalan yang menjadi favorit pria itu.
"Apa saja, setelah itu bawakan makanan ke meja yang ada di sana." Jia mengangguk setelah Raymon menunjukkan meja yang dimaksud oleh Raymon.
"Baik, bos."
Setelah memastikan jika Jia baik-baik saja Raymon langsung menuju tempat yang dia beritahu pada Jia tadi. Dari tempatnya duduk Raymon terus memperhatikan Jia, tapi dia bersikap seolah tidak sedang memperhatikan Jia agar para karyawannya tidak bergosip.
Walaupun Raymon tahu karyawan di Perusahaan Moon Group tidak akan menggunakan waktu mereka hanya untuk bergosip.
Selesai mengambilkan nasi untuk Raymon dan dirinya, Jia membawa dua piring makanan itu menuju tempat Raymon duduk.
"Ini makan siangnya bos," ujar Jia sambil dia ingin duduk di meja lain, tapi perkataan Raymon membuat Jia tidak jadi duduk.
"Minumnya mana?" tanya Raymon cuek, dia menatap Jia penuh perintah.
"Saya ambilkan minumnya dulu minumnya tuan Raymon tunggu sebentar."
Hmmmm....
Tak lama Jia kembali membawa secangkir air putih untuk Raymon juga untuk dirinya karena Jia juga merasa haus.
"Ini minum anda, Bos." Jia meletakkan segelas air putih di meja Raymon.
Setelah merasa urusannya selesai Jia yang ingin duduk kembali Raymon suruh. "Saya ingin kopi!"
Jia melotot tak percaya. "Astaga bos sialan! Kenapa dia tidak langsung mengatakannya tadi sih, sabar Jia, harus sabar," gumamnya pelan, sebisa mungkin Jia memberikan senyum termanisnya.
"Baik bos, tunggu saya ambilkan sebentar."
"Ingat jangan terlalu manis."
"Saya mengerti!" Walaupun kesal luar biasa Jia tetap melangkah pergi mengambil kopi yang Raymon minta.
"Untung bos, sumber uangku. Kalau bukan sudah aku tabok mukanya itu!" oceh Jia terus melangkah ketempat kopi.
Ya, walaupun hidup cukup tenang karena Riska dan Sania tidak mengganggu beberapa waktu ini. Tapi di kantor Jia sering dibuat kesal oleh atasannya sendiri dan di rumah dia harus selalu melihat wajah tidak tahu diri suaminya itu.
"Sepertinya aku harus bergerak lebih cepat!"