Kehormatan Yang Ternoda

🌸🌸🌸

~Happy Reading~

*

Namun, saat Hanan duduk di kursi kebesaran nya. Tiba tiba perhatian nya tertuju pada seorang wanita yang serasa tidak asing lagi di mata Hanan. Wanita berambut sebahu itupun kini tengah menatap penuh tanya ke arah dimana Hanan duduk saat ini.

Namun, seketika perhatian mereka terputus manakala meeting itu dimulai. Dimana Hanan harus berusaha mereda rekan bisnis yang begitu marah atas kasus yang menimpa perusahaan Hanan saat ini.

Hingga waktu 3 jam pun dilalui dengan penuh ketegangan. Bahkan sampai menguras tenaga dan pikiran. Meski begitu, akhirnya para pemegang saham pun memberikan kesempatan pada Hanan untuk menyelesaikan semua dulu.

Baru mereka akan kembali mengadakan pertemuan untuk menentukan apakah mereka akan tetap bekerja sama. Atau memutus kerja sama nya bersama Hanan.

"Permisi, ini benar dengan Pak Hanan, ini benar Pak Hanan yang dulu pernah menjemput Mbak Aulia di rumah kan?" Sapa wanita yang sedari tadi memang cukup menarik perhatian Hanan.

"I_iya, oh ini Sarah kan? Istrinya Fatih?" Tanya Hanan balik.

"Mantan Pak, we divorced dan itu sudah sedikit agak lama," jawab Sarah yang hari ini menjadi salah satu peserta dalam meeting pagi itu.

"Oh maaf, saya tidak tahu."

"Tidak apa apa, saya juga tidak tahu kalau Papa saya menjadi salah satu pemegang saham di perusahaan milik Pak Hanan. Sungguh kejutan sekali, oh iya bagaimana kabarnya Mbak Auli? Sudah lama saya tidak mendengar kabar nya dan juga bertemu dengan nya,"

"Kami sudah menikah satu bulan yang lalu, pantas saja saat kami menikah saya tidak melihat Mbak Sarah ikut bersama Fatih. Kalian sudah berpisah ternyata,"

"Benarkah? Wah selamat ya, saya memang memutuskan untuk kembali ke kota ini setelah mendapatkan akta cerai. Jadi, saya benar benar tidak tahu kalau kalian sudah menikah. Saya ikut bahagia kalau begitu, eemmm bagaimana kalau kita makan siang bersama. Kebetulan saya belum makan,"

"Boleh, kebetulan kami juga belum makan siang. Ayo mari, kamu juga ikut ya San,"

"Baik Pak,"

Akhirnya ketiga orang itu pun pergi untuk makan siang bersama di sebuah restoran yang ada di dekat kantor. Sambil membicarakan kelanjutan bisnis mereka kedepan nya.

*

*

Sementara di kota lain.

Di sebuah pusat perbelanjaan, tampak seorang ayah tengah menemani putrinya membeli banyak baju yang akan diberikan pada anak anak asuh nya Ummi Alifah.

"Sudah semua?" Tanya Fatih saat melihat Aliya membawa beberapa keranjang sudah penuh diisi oleh pakaian yang baru saja dipilih oleh putri semata wayang nya itu.

"Sudah Ayah, ini Aliya lebihi beberapa baju dari daftar anak yang ada di rumah baca Ummi Alifa. Tidak apa apakan Ayah?" Tanya balik Aliya setelah melihat apa yang dia ambil ternyata banyak sekali.

"Tentu saja tidak apa apa sayang. Apalagi ini untuk kebaikan, jika masih kurang boleh kok ditambah lagi," jawab Fatih membelai sayang pucuk kepala putrinya yang begitu senang berbagi pada orang yang kurang mampu.

"Untuk baju cukup deh, kalau Ayah tidak keberatan. Bagaimana kalau di tambah dengan barang lain?"

"Boleh, asal barang itu bermanfaat untuk mereka. Apapun itu, maka Ayah izinkan."

"Hore, terima kasih Ayah," jawab Aliya yang begitu kegirangan saat sang ayah memberikan nya izin untuk menambahkan barang lain yang akan di sumbangkan pada anak anak asuhan Ummi Alifa.

"Iya sayang, sama sama." jawab Fatih yang ikut senang saat melihat putrinya bahagia.

Ayah dan anak itu pun kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju ke beberapa toko untuk membeli barang lain nya yang akan di sumbangkan.

Setelah selesai membeli begitu banyak nya barang. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke toko kue untuk menjemput Aulia.

Pasalnya, malam ini Aulia di undang untuk makan malam di rumah kedua orang tua Fatih. Meski awalnya ragu untuk menerima undangan itu. Namun akhirnya Aulia pun bersedia.

Karena undangan makan malam itu dilakukan untuk merayakan ulang tahun Mama Dini. Meski tidak ada perayaan yang mewah dan meriah.

Namun acara makan malam keluarga dengan menu spesial selalu menjadi agenda di keluarga Fatih untuk merayakan sesuatu yang membahagiakan.

Seperti saat Fatih membawa Aliya untuk dipertemukan dengan kakek dan neneknya dulu. Mereka pun mengadakan acara makan malam spesial, namun kala itu Aulia tidak hadir karena ada kepentingan lain.

Dan kali ini, rasanya sangat tidak sopan jika kembali menolak undangan makan malam itu. Toh mau tidak mau, Aulia akan terus bersinggungan dengan keluarga Fatih karena ada Aliya di antara mereka, yang akan menjadi penghubung keduanya.

"Assalamualaikum, Bunda sudah siap?" Ucap Aliya saat memasuki toko bundanya.

"Waalaikumsalam, iya sayang. Mana Ayah nya? Kok sendiri?" Jawab Aulia.

"Ayah nunggu di mobil, ayo kita pergi sekarang. Oma sama Opa sudah nunggu di rumah,"

"Baiklah, Git Mbak pergi dulu ya. Kalau sudah selesai kamu pulanglah,"

"Siap Mbak, selamat makan malam bersama keluarga baru Mbak,"

"Kamu ada ada aja,"

Aulia pun segera menyusul putrinya yang sudah lebih dulu keluar dari toko nya. Meninggalkan Gita yang masih membereskan toko dan bersiap untuk pulang.

"Padahal mereka serasi sekali, sudah punya anak juga. Sayang mereka tidak berjodoh," gumam Gita saat melihat bagaimana Fatih yang membukakan pintu mobil untuk Aulia dari arah dalam toko kue itu.

Dan bagaimana lembut dan sopannya perlakuan Fatih selama ini pada Aulia. Bahkan pria itu sama sekali tak berani menatap Aulia meski mereka saling berhadapan satu sama lain.

Setelah serentetan kejadian yang terjadi dalam hidupnya dan juga Aulia. Fatih benar-benar menghargai dan menghormati Aulia. Apalagi status wanita itu yang saat ini sudah menjadi istri dari pria lain.

Bahkan sejak Aulia menikah dengan Hanan Fatih sudah jarang sekali terlihat mendatangi toko kue milik wanita itu. Saat datang untuk menjemput putrinya pun Fatih lebih memilih diam di dalam mobil dan menunggu putrinya yang keluar sendiri dari dalam toko itu.

Sudah tidak ada lagi interaksi apapun antara Fatih dan juga Aulia setelah Aulia menikah. Bahkan selama dalam perjalanan, tidak ada pembicaraan antara dua manusia dewasa itu.

Hanya suara si kecil Aliya saja lah yang meramaikan suasana di dalam mobil. Begitu banyak hal yang di ceritakan oleh Aliya pada kedua orang tuanya itu.

Sementara Fatih dan Aulia, hanya merespon apa yang di bahas oleh Aliya saja. Keduanya sama sekali tidak terlibat obrolan apapun setelah bertegur sapa tadi sebelum Aulia masuk kedalam mobil dan duduk di bagian belakang bersama dengan setumpuk barang yang tadi di borong oleh putri mereka.