Devina Putri Ananta berusaha menata hati dan hidupnya setelah bercerai dari suaminya, Arthur Ravasya Barnett. Perceraian yang terjadi lima tahun yang lalu, masih menyisakan trauma mendalam untuknya. Bukan hanya hati yang sakit, namun juga fisiknya. Terlebih ia diceraikan dalam keadaan hamil.
Devina dituduh berselingkuh dengan adik iparnya sendiri. Akibat kejadian malam itu, saudari kembar Devina yakni Disya Putri Ananta harus meninggal dunia.
"Menikahlah dengan suamiku, Kak. Jika bersama Kak Arthur, kakak enggak bahagia dan terus terluka. Maafkan aku yang tak tahu jika dulu Kak Reno dan kakak saling mencintai," ucap Disya sebelum berpulang pada Sang Pencipta.
Bayang-bayang mantan suami kini kembali hadir di kehidupan Devina setelah lima tahun berlalu. Arthur masih sangat mencintai Devina dan berharap rujuk dengan mantan istrinya itu.
Rujuk atau Turun Ranjang ?
Simak kisah mereka yang penuh intrik dan air mata 💋
Merupakan bagian dari novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 - Menuju Rumah Sakit
Ya, Reno yang sengaja membawa Aaron ke Singapura. Ia ingin memberi hadiah kejutan ulang tahun Devina yang ke tiga puluh tahun. Riri pun juga diajaknya ke Singapura.
"Iya, Ma. Aku ke cini cama Ayah Leno teyus Kak Lili. Kata Ayah Leno, Mama hali ini ulang tahun."
Aaron memang sedikit cadel. Terkadang bisa mengucapkan huruf R dengan baik tapi juga ada kalanya cadelnya kambuh sehingga huruf R suka berubah L.
"Ayah?" tanya Devina menatap Aaron lalu berganti melirik ke arah Reno meminta penjelasan.
"Aaron, tadi Kak Riri sama Kakek Opa cariin kamu di ruang keluarga," sela Reno.
"Iya kah, Yah?"
"Iya. Mereka mau makan es krim rame-rame," ujar Reno sengaja membujuk agar Aaron keluar dari kamar Devina.
"Asyikk, es klim. Aku mau..."
"Cuss..." titah Reno.
"Aku makan es klim dulu ya, Ma."
"Iya, tapi ingat enggak boleh banyak-banyak." Devina memberi sedikit warning pada Aaron. Sebab putranya itu punya radang tenggorokan. Jika terlalu banyak makan es krim dan makanan yang mengandung coklat, maka sakit radangnya akan kambuh.
"Siap, Ma. Cuma dikittt aja kok. Hehe..." ucap Aaron seraya tertawa kecil dan memberi kode dengan tangan serta jari-jemarinya bahwa ia akan makan es krim sesuai perintah Devina.
Lalu Aaron pun berlari dengan tertawa riang keluar dari kamar sang ibu menuju ruang keluarga sesuai informasi Reno tadi. Sedangkan di dalam kamar, Reno sudah duduk di tepi ranjang dan posisi Devina masih duduk di depan meja rias. Ia pun melanjutkan make up nya yang tadi sempat terjeda karena kehadiran Aaron dan Reno.
"Kenapa menyuruh Aaron manggil kamu, Ayah?" tanya Devina tanpa melihat Reno.
"Apa aku tidak boleh membuat panggilan Aaron padaku itu jadi kenyataan? Aku masih mencintaimu, Dev. Kamu sudah janda dan aku duda. Ada Riri dan Aaron yang butuh kasih sayang orang tua secara utuh. Apa salahnya?"
"Tetap saja seharusnya Aaron panggil kamu, Om. Papanya masih hidup di dunia ini bukan meninggal," ketus Devina.
"Sejak awal aku menawarkan tes DNA dengan Aaron untuk membuktikan apa benar dia benihku akibat malam itu tapi kamu menolaknya,"
"Aaron anak Mas Arthur. Aku yakin malam itu kita tidak melakukannya!" desis Devina.
"Walaupun kita sama-sama tidak ingat apapun kejadian malam itu seperti apa, tapi aku juga yakin kalau kita tidak melakukannya. Hanya saja aku ingin memastikan kebenaran DNA Aaron denganku," ucap Reno dengan nada lembut.
"Apa kamu tidak melihat kalau paras Aaron mirip Mas Arthur? Jadi mana mungkin dia anakmu,"
"Kenapa kamu selalu membela mantan suamimu itu? Dia sudah kasar sama kamu bahkan dengan tega menceraikanmu saat hamil si kembar. Lagipula sejak kamu berobat ke Singapura, aku sering merawat Aaron. Terutama saat Papi dan Mami sibuk. Saat Aaron lahir pun, aku yang mengadzaninya. Ke mana Arthur untuk kalian? Apa aku tidak boleh berharap kita bersatu demi cinta dan anak-anak?"
Devina hanya terdiam dan tak menjawab cecaran pertanyaan Reno barusan. Hening tercipta di antara keduanya.
Reno menghela napas beratnya. Ia tahu jika dirinya salah karena berucap dengan nada tinggi pada Devina. Padahal sejak dulu ia tak pernah melakukan hal ini baik ketika mereka berpacaran maupun sudah putus. Saat menikah, Reno pun berusaha bersikap lembut baik pada Disya yang notabene berstatus istrinya maupun Devina yang berstatus mantan pacar sekaligus kakak iparnya.
Reno merasa Devina banyak berubah. Tidak seperti dulu. Sehingga dirinya mudah terpancing emosi melihat sikap Devina yang terkesan dingin dan menjauhinya. Terlebih Devina masih bungkam perihal ajakan keluarga besar agar turun ranjang.
"Maaf," ucap Reno.
Devina tetap diam seraya menghela napas beratnya. Entah mengapa sejak ia bercerai dari Arthur, kadar emosinya sering naik jika bersama Reno terutama. Padahal dahulu ia mencintai lelaki ini.
"Ayo ke rumah sakit, takutnya terlambat." Devina pun beranjak berdiri. Reno tersenyum karena Devina tetap memperbolehkan dirinya mengantar ke rumah sakit. Rencananya hari ini kontrol terakhir ke rumah sakit.
☘️☘️
Tok...tok...tok...
"Pak Arthur? Ini sudah siang. Bapak sudah bangun atau belum?" tanya Lisa seraya mengetuk pintu kamar Arthur.
Sejak satu jam yang lalu, Lisa sudah menghubungi ponsel Arthur guna menanyakan apa bos sekaligus tunangannya itu ingin sarapan di restoran atau kamar ?
Namun panggilan Lisa tak kunjung dijawab oleh Arthur. Akhirnya ia memutuskan untuk mendatangi kamar Arthur secara langsung. Tak berselang lama pintu kamar pun terbuka.
Ceklek...
"Pak Arthur!" pekik Lisa terkejut melihat wajah Arthur pucat seraya lelaki itu memegang area perutnya. "Bapak kenapa?"
"Aku enggak tahu. Mendadak perutku kayak penuh banget terus pusing kepalaku," jawab Arthur lirih.
"Kita ke rumah sakit segera, Pak." Lisa memapah tubuh Arthur yang lemas seakan hendak roboh.
Bersambung...
🍁🍁🍁
Tebus semua kesalahanmu dengan membahagiakan mereka
pasti sangat....sangat... mengharukan....