Rasa cinta yang sangat besar pada Gentala Wiliam Manggala membuat Alena secara ugal ugalan mengejar cintanya. berkali kali di tolak tidak membuat gadis itu menyerah, hingga suatu hari dia mendengar kalimat menyakitkan dari Wiliam.
"wajar kau bertanya seperti itu? kau pikir aku semurah itu? aku hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan, paham!!" -kalimat Wiliam yang secara tidak sengaja menghancurkan hati Alena.
bukan, bukan karena di tolak lagi, tapi kalimat yang mengatakan 'hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan' membuat Alena runtuh.
sore itu di tengah hujan deras Alena terlibat kecelakaan maut hingga gadis itu di larikan ke rumah sakit.
ajaibnya, setelah satu Minggu di rawat, Alena kembali tersadar, tapi yang membingungkan Alena tersadar di raga orang asing bernama Nadira Fernandez, seorang gadis yang di kucilkan oleh keluarganya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Motor Baru
Nadira terbangun kala mendengar suara ribut yang terjadi di luar, jiwa penasaran tentang apa yang terjadi membuat gadis itu buru buru turun dari ranjang lalu berlari keluar rumah.
"kenapa kamu selalu menuruti anak sial itu,, buang buang uang saja pekerjaannya!!" terdengar suara oma Siska dengan lantang, hanya dengan mendengar kalimat itu Nadira mengerti apa yang menajdi penyebab terjadi keributan disana. rupanya motor yang dia minta semalam sudah di antar ke rumah.cepat banget, bahkan Nadira tidak menyangka akan secepat itu.
"lalu untuk apa gunanya uang yang banyak jika bukan untuk kesenangan cucuku,, kamu pikir apa tujuanku bekerja sampai sekarang?? tentu saja untuk memenuhi semua kemauan Nadira, hanya dia yang aku punya,, dia juga penganti Luna!" Jawab opa Abigail tak kalah tegas, kalau hanya memikirkan hidup mereka berdua bisa saja Opa Abigail sedari dulu berhenti bekerja di perusahaannya, karena tidak kerja pun uang mereka masih cukup untuk sekedar memenuhi keseharian keduanya, tapi ini tentang Nadira yang bahkan hanya mengandalkan padanya untuk masalah uang dan kasih sayang.
berharap dari sang ayah? itu adalah hal mustahil, karena ayah kandungnya sekarang di kuasai oleh ibu tiri dan adiknya.
"pagi pagi sudah ribut aja, oma lihatlah wajahmu sudah keriput begitu malah makin kelihatan saat sedang teriak begini,, oma juga boleh menggunakan uang Opa untuk sekedar ke dokter kulit deh,, kencengkan lagi kulit oma yang sudah kelihatan keriputnya itu!" Nadira nimbrung begitu saja dengan kalimat yang mampu membuat emosi wanita tua itu sampai pada puncaknya.
"kau mengatai oma tua??"
"lah emang tua kan?? yang muda itu Nadira fernandez, lihatlah kulit Dira masih kenceng gini, putih mulus nggak kayak kulit situ sudah keriput dan uhhhh enggak banget deh" soal memancing keributan Nadira yang sekarang juaranya, omongannya memang titisan Oma Siska sendiri, bisa di bilang dia belajar dari Oma Siska cara membuat orang lain kena mental.
"uhh motor Dira udah datang ya,, kuncinya mana?" Nadira sudah sangat ingin segera menaiki motornya kembali, dia tidak ada trauma sama sekali dengan kejadian kecelakaan dua minggu lalu. Opa Abigail memberi kunci motornya pada Nadira.sebenarnya dia sedikit was was kala Nadira kini menghampiri motornya.
Nadira menyalakan mesin motornya, setelahnya dia menunggangi motor gede itu tanpa terlihat takut sekalipun. opa abigail, Oma siska, dan Bi Sumi secara bersamaan heran sendiri kala melihat Nadira yang sudah membawa motor besar itu di keliling kompleks dengan kecepatan di atas rata rata. tidak ada tanda tanda bahwa dia seorang pemula yang butuh di latih dulu, malah terlihat sangat ahli dalam mengendarai apalagi yang mereka lihat Nadira membawa motornya dengan kecepatan sangat lihai,, sungguh benar benar seolah orang yang sudah lama bisa.
"kenapa dia jadi aneh begini pasca bangun dari sakitnya ya?" heran tentu saja, siapapun akan sangat heran dengan perubahan yang terjadi. Nadira yang dulu sangat penurut dan tidak akan pernah menjawab apapun jika dimarahi sekarang sangat jauh beda, dia bahkan dengan enteng menjawab kalimat pedas yang ditujukan padanya. bahkan Nadira dulunya tidak bisa bawa mobil sekalipun Opa Abigail membelinya mobil, dia masih mengunakan taksi jika ke sekolah dan alhasil mobil mewahnya hanya sebagai pajangan di rumah besar itu.
"aku pun sama bingungnya nyonya, Nona Nadira memang agak sedikit aneh pasca bangun kemarin siang, dia menyebut nama Alena berkali kali, dan lebih aneh lagi selama ini kan dia sangat suka warna pink ya, tapi kemarin saat mencari baju ganti dia membuang semua pakaian di dalam lemari dan mencari pakaian warna hitam dan putih saja,, aku bahkan sempat kepikiran mungkin Nona mengalami amnesia, tapi penyebabnya apa?? dia kan hanya sakit karena percobaan bunuh diri dan melukai tangannya bukan membenturkan kepalanya , dan kata dokter juga waktu itu bahwa tidak terjadi apa apa pada bagian kepala Nona muda,, tapi kejadian kemarin sangat aneh!" Bi sumi menjelaskan apa yang membuatnya heran sejak kemarin, kedua tetua itu menyimak sambil mengangguk heran.
"tapi nggak apa apa, aku suka dia yang sekarang" sahut Opa Abigail tanpa mau memperpanjang pembahasan karena dia sudah melihat Nadira dari jauh.
Nadira kembali melajukan motornya ke pekarangan rumah, untuk sekarang dia sudah cukup bermain dengan BlacQueennya yang baru, Nadira masuk ke dalam hendak mempersiapkan diri untuk pulang ke jakarta nanti siang.sementara di meja makan kedua tetua sedang duduk sambil menikmati kopi di pagi hari, ini masih jam setengah delapan dan rencananya Nadira pulang nanti jam sebelasan.
"Dira sini,, kita minum kopi dulu!" panggil Opa Abigail saat melihat Nadira yang hendak berlalu begitu saja.
"Nanti saja opa, Dira mau mandi dulu, nanti sekalian turun sarapan saat sudah selesai" Nadira melanjutkan langkahnya ke kamar, ingin menyegarkan tubuhnya sekalian setelah ini bersiap siap untuk ke jakarta. Selesai mandi dengan terpaksa Nadira kembali menggunakan baju yang semalam dia pakai, mending menggunakan baju itu lagi dari pada harus memakai warna pink, pikir Nadira.
setelah semuanya selesai, Nadira turun untuk sekedar sarapan pagi bersama opa dan omanya. seperti semalam, mereka saat makan memang tidak banyak bicara, hanya beberapa kali Opa Abigail yang memulia pembicaraan sementara keduanya bertugas menyimak.
____