Mempunyai paras cantik, harta berlimpah dan otak yang cerdas tidak membuat Alsava Mabella atau gadis yang kerap di sapa Alsa itu hidup dengan bahagia.
Banyak yang tidak tahu kehidupan Alsa yang sesungguhnya. Mereka hanya tahu Alsa dari luarnya saja.
Sampai akhirnya kehidupannya perlahan berubah. Setelah kedua orang tuanya memutuskan untuk menikahkannya di usianya yang terbilang masih sangat muda itu dengan lelaki yang sangat di kenalinya di sekolah.
Lelaki tampan dan juga memiliki otak yang cerdas seperti Alsa. Bahkan Dia juga menjadi idola di kalangan siswi di sekolahnya.
Mau menolak? Jelas Alsa tidak akan bisa. Bukan karena dia memiliki rasa, tetapi keputusan kedua orang tuanya adalah mutlak.
Follow ig riria_raffasya ✌️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
What?
Gerald memarkirkan mobilnya di rumah yang juga berukuran besar. Dia segera menekan bel pintu setelah berdiri di depannya. Tidak lama lelaki paruh baya yang membukakan pintu tersenyum ke arah Gerald.
"Kamu sudah datang Ral? tolong bantuin Om bujuk Naya untuk makan," ucapnya penuh harap.
Gerald mengangguk tanpa menjawab. Dia segera berlalu menuju kamar Anaya yang memang berada di lantai atas. Setelah sampai di depan pintu Gerald membuang napasnya kasar.
Tok
Tok
Tok
Gerald mengetuk pintu kamar Anaya. Tidak ada jawaban dari dalam membuat Gerald memutuskan untuk masuk ke dalam saja.
Ceklek
Gerald membuka pintu kamar Anaya. Terlihat gadis cantik yang menjadi sahabatnya itu sedang berbaring lemah di ranjangnya. Bahkan makanan yang disediakan oleh asisten rumah tangganya masih utuh di meja kecil sebelah ranjang kamarnya.
Gerald masuk ke dalam. Jujur saja dia tidak suka melihat Naya yang menjadi seperti sekarang ini. Apa Naya selebay ini di tolak cintanya lalu mogok makan dan membiarkan dirinya sakit? Sungguh sangat konyol menurut Gerald.
"Nay," panggil Gerald seraya duduk di kursi sebela ranjang Naya.
Anaya membuka matanya perlahan. Lalu tersenyum menyadari kedatangan Gerald untuk dirinya.
"Gue udah tahu lo pasti peduli ma gue," ucap Anaya tersenyum manis.
"Jangan bikin diri lo terlihat bod*h di mata gue Nay, lo nggak harus ngelakuin ini," jawab Gerald yang hanya diangguko oleh Anaya.
"Makan Nay," suruh Gerald. Karena jujur saja dia datang ke rumah Naya karena Papanya Naya yang menyuruhnya untuk membujuknya makan.
Jika bukan karena Papanya Anaya. Mungkin Gerald tidak akan datang. Dia akan membairkan Anaya berpikir dan menyadari kesalahannya. Bukan malah berperilaku seperti anak kecil begini.
"Tolong suapi gue Ral, gue lemes banget," pinta Anaya membuat Gerald mengangguk tanpa menjawab.
Gerald juga sudah bisa menebak hal ini pasti terjadi. Karena memang seperti ini yang Anaya inginkan. Mendapat perhatian darinya.
Gerald mulai menyuapi Anaya. Dan Anaya sendiri terus menatap wajah tampan Gerald. Dia tersenyum tipis menyadari apa yang dilakukannya membuat Gerald begitu perhatian. Jika dengan Naya sakit bisa membuat Gerald terus perhatian dengannya. Anaya rela terus mogok makan dan sakit.
Setelah selesai menyuapi Anaya. Gerald melirik jam di tangannya. "Gue pulang dulu ya."
Anaya menggeleng pelan. Dengan sorot mata yang dibuat sesedih mungkin untuk kembali mendapat simpati dari Gerald.
"Please.. jangan pulang dulu Ral," pinta Anaya memelas.
Gerals menghela napasnya kasar. "Banyak tugas yang harus gue kerjain, besok gue ke sini lagi, lo cepet sembuh dan jangan telat makan lagi," jelas Gerald datar. Tetapi juga perhatian dengan Anaya. Kalau Naya masih terus mogok makan dan sakit itu juga akan merepotkan untuk Gerald.
Anaya mengangguk dengan senyum manis di wajahnya. "Thank ya Ral, lo udah perhatian ma gue," jawab Anaya yang hanya mendapat anggukan kepala dari Gerald.
Gerald kembali mengambil almamaternya. Lalu segera memakainya kembali dan beranjak pergi dari duduknya.
"Gerald!!" panggil Anaya membuat Gerald menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah Anaya.
"Hati-hati ya di jalan," lanjut Anaya dengan senyum manisnya.
Gerald mengangguk seraya tersenyum tipis. Tetapi dia tidak menjawab ucapan Anaya barusan. Gerald lebih memilih untuk keluar dari kamar Anaya.
Sampai di ruang tengah. Terlihat Papa Anaya yang sedang membaca majalah. Melihat kedatangan Gerald membuat beliau menaruh majalahnya dan menghampiri Gerald.
"Gerald terimkasih banyak ya sudah bantu Om," ucap Papa Naya seraya menepuk pundak Gerald pelan.
Gerald mengangguk. "Tidak apa-apa Om, dia sahabat Gerald," jawab Gerald membuat Papa Naya mengangguk.
"Gerald pamit pulang dulu ya Om, udah mau petang juga," pamit Gerald yang kembali mendapay anggukan kepala dari Papanya Anaya.
"Sekali lagi terimakasih ya Ral," jawab Papa Anaya.
Gerald mengangguk tanpa menjawab. Lalu berjalan ke arah mobilnya. Dengan kecepatan sedang Gerald melajukan mobilnya meninggalkan rumah Anaya.
Dari jendela kamarnya. Anaya melihat kepergian mobil Gerald. Senyum manisnya terukir jelas di wajah cantiknya.
Sore sudah berganti dengan petang. Gerald sampai di depan rumahnya. Melihat mobil asing yang terparkir di pekarangan rumahnya membuat Gerald menautkan kedua alsinya. Mungkin sedang ada tamu pikir Gerald.
Gerald memang tidak begitu paham mobil milik Alsava. Atau milik teman-temannya di sekolah. Karena memang tidak penting juga mengamati mobil milik orang lain.
Gerald masuk ke dalam rumahnya. Tujuannya sekarang ialah masuk ke dalam kamar dan membersihkan diri. Terlalu banyak aktifitas di hari ini. Menyuapi Anaya juga termasuk melelahkan untuknya. Apa lagi Gerald tidak ada perasaan untuk Naya. Dia hanya menghormati Papa Naya yang sudah meminta tolong dengannya untuk membujuk Anaya makan.
Keadaan rumah sangat sepi. Dan tumben sekali Ayahnya juga belum pulang dari Kantor.
Saat Gerald akan menaiki anak tangga. Gerald melihat salah satu asisten rumah tangganya yang sedang membawa minum.
"Eh bi Bunda mana?" tanya Gerald berhenti di tangga pertama dari bawah.
"Lagi olahraga Den, ini Bibi mau ke sana," jawab asisten rumah tangga itu.
Gerald mengangguk. Lalu kembali melangkahkan kakinya menuju ke lantai atas kamarnya.
Setelah sampai di kamar. Gerald langsung meletakan tasnya di ranjang kamarnya. Dia segera berjalan ke arah kamar mandi. Gerald selalu bersih dia sudah tidak tahan dengan keringat yang menempel di tubuhnya.
Sekitar 10 menitan Gerald selesai dengan mandinya. Dia mencari baju santai untuk digunakan. Lalu berbaring di ranjangnya. Kedua tangannya sebagai alas kepalanya. Matanya menatap langit-langit kamarnya.
"Shit kenapa lo jadi berubah si Nay?" gumamnya pada diri sendiri.
Gerald tidak suka Naya yang seperti sekarang. Menggunakan cara untuk mendapatkan perhatian Gerald. Gerald bukanlah cowok bod*h yant tidak tahu dengan rencana Naya. Hanya saja dia tidak enak jika memberitahu kepada Papa Anaya tentang hubungan dirinya dan Anaya yang bisa dikatakan sedang tidak baik-baik saja. Dan itu berawal dari Anaya yang menyatakan perasaannya kepada Gerald.
Tetapi bagi Gerald. Jika sudah sahabat dia tidak akan bisa memberikan yang lebih dari itu.
Gerald mengangkat sebelah kaki kanananya untuk bergeser sedikit. Dan matanya melotot mendengar suara dari dalam selimut.
"Auw!" pekik suara yang berasal dari dalam selimut.
Gerald terkejut. Dia langsung membuka selimut yang menutupi orang tersebut.
Astaga bisa-bisanya Gerald tidak sadar dengan adanya penyusup di dalam kamarnya. Bahkan dengan santainya penyusup itu tidur di ranjangnya juga menggunakan selimut? Gerald benar-benar tidak habis pikir.
Alsava menoleh ke arah belakang. Dimana tadi memang posisinya membelakangi Gerald. Mata Alsava melotot dengan sempurna melihat wajah tampan Gerald berada di depannya dengan tatapan yang terkejut tetapi juga tajam. Dan apa ini? Alsa ketiduran di kamar cowok alay itu?
Yuhuu Gaes... Berikan like, komen dan vote ya kalau mau aku up 2x 😊