Cerita Tiger and Crane mengikuti kisah seorang anak bernama Hu Zi yang merupakan seorang anak yatim piatu yang cerdas dan ceria. Namun, suatu hari ia tak sengaja menelan mutiara merah, sebuah harta dari energi Yang terdalam. Kejadian ini, lantas menuntun dirinya kepada seorang master iblis yang suram bernama Qi Xuao Xuan. Dalam dunia hantu dan setan, kepribadian antara Hu Zi (Jiang Long) dengan Qi Xuao Xuan (Zhang Linghe) adalah dua pemuda yang memiliki kepribadian yang berbeda. Mereka akhirnya terpaksa berpetualang bersama karena mutiara merah. Sedangkan Hu Zi dan Qi Xuao Xuan yang diawal hubungan saling membenci menjadi bersatu hingga bersinar satu sama lain. Terlebih setelah mereka melalui banyak ujian hidup dan mati, membuat keduanya tumbuh menjadi lebih kuat satu sama lainnya. Hingga suatu hari, Qi Xuao Xuan masuk penjara karena melindungi Hu Zi. Hu Zi beserta teman-temannya akhirnya mengikuti seleksi nasional untuk master iblis, yang pada akhirnya mereka justru mengungkap konspirasi besar yang merupakan sebuah kebenaran seputar perang iblis yang telah terjadi pada 500 tahun lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi di Bukit Bayangan
Malam semakin larut, tetapi suasana di gudang itu justru semakin mencekam. Cahaya lilin yang bergoyang-goyang menciptakan bayangan aneh di dinding, seolah-olah mereka sedang diawasi oleh sesuatu yang tidak terlihat.
Pria tua itu, yang sebelumnya terlihat tegang, kini duduk dengan tubuh yang membungkuk di depan meja kayu. Ia seperti menanggung beban berat di pundaknya.
“Kalian harus segera pergi sebelum fajar,” katanya dengan suara serak. “Jika kalian menunggu lebih lama, bayangan itu akan semakin kuat. Bukit itu hanya bisa dilewati saat kegelapan masih lemah.”
“Kegelapan lemah?” Hu Zi mengulang, keningnya berkerut. “Apa maksudmu?”
“Bayangan di bukit itu adalah manifestasi dari energi kegelapan yang dilepaskan oleh segel yang pecah,” pria tua itu menjelaskan. “Ketika matahari terbit, energi kegelapan mendapatkan kekuatannya. Hanya saat malam, di bawah bulan redup, kalian punya peluang untuk melawan.”
Shen Yue menatap pria tua itu dengan curiga. “Bagaimana kau tahu semua ini? Apa hubunganmu dengan mereka?”
Pria tua itu menghela napas panjang. “Aku bukan bagian dari mereka, jika itu yang kau khawatirkan. Aku adalah penjaga terakhir desa ini, pewaris pengetahuan yang diturunkan dari generasi ke generasi untuk melindungi tempat ini dari ancaman kegelapan. Tetapi waktuku hampir habis. Kalian adalah harapan terakhir kami.”
Yan Zhao mendekat, mengambil kertas yang berisi simbol dari meja. “Kau bilang ini adalah tanda mereka yang melayani kegelapan. Apakah ada cara untuk melawan mereka?”
“Simbol itu adalah kunci,” jawab pria tua itu. “Jika kalian menemukan altar utama di bukit itu, simbol ini akan membimbing kalian ke inti kekuatan mereka. Tetapi ingat, semakin dekat kalian ke altar, semakin kuat bayangan yang akan kalian hadapi.”
Qi Xuao Xuan mengangguk perlahan. “Jadi, intinya kita menghancurkan altar utama.”
“Benar,” pria tua itu menjawab. “Tapi hati-hati, pemimpin mereka kemungkinan besar ada di sana. Dia akan melakukan apa saja untuk melindungi altar itu.”
“Kalau begitu, kita tidak punya waktu untuk disia-siakan,” kata Qi Xuao Xuan sambil melangkah ke arah pintu gudang. “Ayo, kita pergi sekarang.”
Hu Zi menelan ludah, tangannya gemetar saat menggenggam gagang pedangnya. Bayangan tentang apa yang akan mereka hadapi membuat perutnya mual, tetapi ia tahu tidak ada jalan lain.
Mereka meninggalkan desa dalam diam, berjalan ke arah bukit dengan hanya diterangi cahaya bulan. Jalan setapak menuju puncak bukit itu terjal dan dipenuhi akar-akar pohon yang menjalar seperti tangan-tangan yang mencoba menahan mereka.
“Aku tidak suka tempat ini,” gumam Shen Yue, matanya terus waspada ke sekeliling. “Terasa seperti ada sesuatu yang mengintai kita.”
“Kau tidak salah,” Qi Xuao Xuan menjawab dingin. “Energi kegelapan di sini semakin kuat. Kita mungkin akan segera bertemu dengan mereka.”
Hu Zi menggigil saat angin malam menyapu wajahnya. Ia mencoba mengalihkan perhatiannya dengan melihat bintang-bintang di langit, tetapi pikiran tentang apa yang mungkin menunggu mereka di puncak bukit tidak mau pergi.
“Berhenti,” Qi Xuao Xuan tiba-tiba mengangkat tangan, menghentikan langkah mereka.
“Ada apa?” bisik Yan Zhao, tangannya sudah bersiap di gagang pedang.
“Dengar,” jawab Qi Xuao Xuan.
Mereka semua menahan napas, mendengarkan dengan seksama. Pada awalnya, tidak ada suara selain desau angin dan suara dedaunan yang bergesekan. Tetapi kemudian, Hu Zi mendengar sesuatu. Langkah kaki. Bukan langkah kaki mereka, tetapi langkah yang berat dan lambat, seolah-olah sesuatu yang besar sedang mendekat.
“Siapkan diri kalian,” kata Qi Xuao Xuan.
Bayangan besar muncul dari balik pepohonan, matanya bersinar merah seperti bara api. Makhluk itu memiliki tubuh seperti manusia, tetapi kulitnya hitam legam dan urat-uratnya bercahaya merah. Tanduk besar menghiasi kepalanya, dan taringnya yang tajam berkilauan di bawah cahaya bulan.
“Bayangan penjaga,” bisik pria tua yang mengikuti dari belakang. “Mereka adalah pelindung altar. Kalian harus melewatinya untuk sampai ke puncak.”
Makhluk itu mengeluarkan suara geraman rendah sebelum melompat ke arah mereka dengan kecepatan yang mengerikan.
“Serang!” teriak Qi Xuao Xuan.
Hu Zi menarik pedangnya, tetapi sebelum ia sempat menyerang, makhluk itu sudah berada di depan mereka. Shen Yue memanfaatkan kecepatannya untuk menghindar dan menyerang dari samping, tetapi pedangnya hanya memantul dari kulit makhluk itu yang keras seperti baja.
“Tidak mempan!” teriaknya.
Yan Zhao mencoba jurusnya, menebaskan pedang dengan kekuatan penuh, tetapi makhluk itu hanya mundur sedikit sebelum menyerang balik.
“Kulitnya terlalu keras!” Yan Zhao berteriak.
“Serang titik lemahnya!” Qi Xuao Xuan melompat ke udara, mengarahkan serangan ke mata makhluk itu. Serangan itu berhasil, membuat makhluk itu meraung kesakitan dan tersungkur ke tanah.
“Teruskan!” perintah Qi Xuao Xuan.
Hu Zi maju dengan gemetar, tetapi kali ini ia merasa sesuatu yang berbeda. Energi dalam dirinya, yang berasal dari mutiara merah, mulai berdenyut, seolah-olah merespons ancaman di depan mereka. Ia mengarahkan pedangnya ke makhluk itu, dan tanpa sadar, pedang itu mulai bersinar dengan cahaya merah yang terang.
“Hu Zi, lakukan sekarang!” teriak Shen Yue.
Dengan satu teriakan, Hu Zi melompat dan menebaskan pedangnya ke kepala makhluk itu. Cahaya merah meledak, menghancurkan makhluk itu dalam sekali serangan.
Semua orang terdiam, memandangi Hu Zi dengan ekspresi tercengang.
“Apa... itu tadi?” tanya Yan Zhao, masih memegang pedangnya.
Hu Zi menatap pedangnya yang kini kembali normal. Ia tidak tahu apa yang baru saja terjadi, tetapi satu hal yang pasti—ia merasa lebih kuat dari sebelumnya.
“Kekuatan mutiara merah,” Qi Xuao Xuan berkata pelan. “Kau mulai memahami cara menggunakannya.”
Hu Zi mengangguk pelan, tetapi di dalam hatinya, ia merasa takut. Jika kekuatan ini begitu besar, maka tanggung jawab yang menyertainya pasti lebih besar lagi.
“Cepat,” kata Qi Xuao Xuan. “Masih banyak yang harus kita hadapi sebelum fajar.”
Mereka melanjutkan perjalanan, meninggalkan bayangan makhluk yang telah hancur. Tetapi di dalam hati Hu Zi, perasaan waspada dan khawatir terus tumbuh. Mereka mungkin telah mengalahkan satu musuh, tetapi perjalanan mereka masih panjang, dan ancaman di depan mereka pasti lebih besar dari yang mereka bayangkan.