Arya, seorang pria yang memiliki istri yang sangat cantik dan juga memiliki seorang putera yang masih balita harus menelan pil pahit saat mengetahui sang istri dijodohkan oleh keluarganya dengan pria kaya raya.
Hal yang menyakitkannya, sang istri menerima perjodohan itu dan berniat melangsungkan pernikahan meskipun mereka belum sah bercerai.
Semua itu karena Arya dianggap pria miskin dan tak layak mendampingi Tafasya yang cantik dan memiliki body sempurna.
Bagaimana kisah selanjutnya, maka ikuti novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode-28
Arya menatap Tomy dengan dingin. Ia melangkah dengan perlahan. Lalu menarik berkas yang disodorkan oleh pria dihadapannya, dan merobeknya dengan cepat, lalu menghamburkannya ke lantai.
Seketika hal itu membuat Tomy sangat berang. Ia menarik pelatuknya untuk menembak pria paruh baya yang saat ini sedang dalam penyanderaannya.
Dengan gerakan cepat, Arya meberikan tendangan pada Tomy dan membuat pistol yang digenggamnya terlepas ke lantai, sedangkan pria paruh baya itu menyikut pria yang menyanderanya.
Perkelahian terjadi. Tomy berusaha untuk bangkit, akan tetapi Arya memberikan tendangan padanya tepat dibagian rusuknya.
Ia bergulingan dilantai, lalu mengambil pistol yang tergeletak dan memberikan tembakan pada betis Tomy yang berhasil membuat pria itu mengerang kesakitan.
Suara tembakan membahana diruang kosong nan berdebu. Sedangkan Tomy terlihat sangat menderita.
Ia merogoh pinggangnya untuk mengambil satu senjata api lainnya, akan tetapi Arya kembali memberikan tembakan dilengan pria itu dan berhasil membuatnya kembali mengerang kesakitan.
Arya berbalik arah, lalu mengarahkan senjata apinya untuk memberikan tembakan pada lengan pria yang sedang berkelahi dengan pria paruh baya itu. Sebuah timah panas berhasil membuat pria itu mengerang kesakitan dan dengan sigap ia menarik pria paruh baya untuk segera pergi meninggalkan bangunan kosong tersebut.
Pria paruh baya itu menyempatkan meraih senjata api milik Tomy yang terlepas dari genggamannya, dan melangkah pergi. Meskipun sudah berusia 50 tahun, ia masih terlihat sangat gagah.
Langkah keduanya mendapatkan halangan dari pria yang menjadi lawan Arya saat pertama tiba.
tetapi ia tak ingin membuang waktunya dengan hal tersebut. Ia meraih balok kecil yang ia jatuhkan saat tadi, dan memberikan pukulan pada betis lawannya, dan hal itu cukup membuat sang pria roboh dilantai, lalu mereka beranjak pergi menuruni anak tangga.
Keduanya menuju mobil dan mereka meninggalkan lokasi tersebut dengan kecepatan tinggi.
Akan tetapi mereka mendapatkan hadangan ditengah perjalanan, sebab Tomy telah mengirimkan orang-orangnya untuk membuat Arya mendapatkan serangan.
Jalanan sunyi menjadi seperti arena adu balap yang terlihat sungguh menegangkan. Pria paruh baya itu terlihat sangat tenang.
Saat mobil yang mengejar mereka berada dekat untuk memepet mobil yang dikendarai Arya, pria paruh baya itu membuka kaca mobil, mengarahkan senjata api rampasannya tepat diban depan monil lawannya.
Dooooooor....
Satu tembakan berhasil membuat ban itu kempis dan sang pengemudi kehilangan keseimbangan, lalu pria itu kembali menembakkan kaca depan, dan membuat sang sopir tewas, lalu mobil melaju tanpa kemudi dan menabrak pohon.
Mobil Arya melaju kencang dan bergegas meninggalkan lokasi tersebut menuju tempat yang menjadi markas mereka.
*****
Tafasya membuka pintu kamar. Ia keluar dari ruangan tersebut karena merasa bosan. Ia melihat kearah luar dan ada banyak bodyguard yang menjaganya. Ia merasa sangat aneh mengapa ia harus dijaga dengan begitu ketat.
Siapa pahlawan yang telah menolongnya?
Ia melangkah mendekati pintu depan, akan tetapi tidak dapat terbuka, karena pintu itu terkunci, dan ia terpenjara didalam rumah itu.
"Aku ingin keluar. Mengapa ia mengurungku!" gumannya dengan kesal.
Ia berusaha untuk menggerakkan handle pintu, akan tetapi tak juga terbuka. Lalu seorang bodyguard membukanya dan berdiri tepat dihadapannya. "Anda tidak diperkenankan untuk keluar. Jika ingin makan, maka silahkan cari didapur," pria itu berkata dengan datar.
"Aku bosan didalam, aku ingin keluar!" Tafasya membantah.
"Nyawa anda dalam bahaya, dan jangan coba membantah, ini perintah!" ucap pria itu lagi, dan mendorong Tafasya agar menjauh dari ambang pintu dan menguncinya kembali.
Tafasya tercengang. Ia tak mengerti mengapa orang-orang mengincarnya dan ia belum sempat bertanya siapa orang yang mengurungnya.
Sementara itu, Arya dan pria paruh baya itu menuju hutan dan mereka memasuki ruang bawah tanah tempat dimana ia pernah menyembunyikan kedua orangtuanya.
"Keduanya memasuki ruangan tersebut dan menuju pintu rahasia untuk menjadi akses masuk kesana.
Setelah memasuki ruangan yang cukup tersembunyi dan harus melewati lorong yang cukup membingungkan, Arya dan pria itu masuk kedalamnya.
Keduanya mengatur nafas mereka yang terdengar memburu.
Pria paruh baya itu menatap Arya dengan sendu, seolah ada rasa bersalah dilubuk hatinya.
"Maafkan dia, jika tak mampu menjaga harga dirinya," ungkapnya dengan rasa malu yang menjalar ditubuhnya. Ia seolah tak memiliki muka untuk menatap pria dihadapannya.
"Aku pergi dulu, setelah kondisi cukup aman, aku akan kembali lagi. Tombol pembuka pintu ada disini," Arya memperlihatkan tombol yang dimaksudnya.
Sepertinya ia tak ingin membahas tentnag seseorang yang dimaksud oleh sang pria paruh baya.
"Tolong jangan sakiti dia. Aku mencintainya, hanya dia satu-satunya yang ku punya. Ku titipkan ia padamu, karena aku percaya padamu," pria itu kembali memohon meskipun Arya terlihat tak menyahuti ucapannya.
"Ia berada ditempat yang aman. Aku memenuhi janjiku! Karena pria sejati adalah yang membuktikan janjinya," jawab Arya, lalu berpamitan melangkah pergi dan meninggalkan ruangan tersebut dengan hati yang sangat sakit. Tetapi pria itu tak bersalah, dan ia tidak harus mencampur adukkannya.
Pria itu memandang punggung Arya yang bergerak pergi meninggalkannya.
Dalam relung hatinya yang paling dalam, ia merasa jika tindakannya sudah benar dan percaya jika Arya adalah yang terbaik.
****
Tomy dan bodyguardnya yang terluka sudah mendapatkan perawatan dari dokter pribadi mereka. Meskipun terluka.
Ia merasa puas karena sudah mengungkapkan perbuatannya pada Arya dan menghancurkan hubungan rumah tangga pria itu dengan Tafasya adalah tujuannya, dan itu adalah balas dendam terbaik yang ia lakukan.
Ia masih belum dapat berjalan, akan tetapi ia masih memiliki kaki tangan untuk membuat perhitungan dengan.pria tersebut.
Apapun akan ia lakukan untuk membuat Arya hancur-sehancurnya, karena itu adalah tujuannya.
Ia tidak ingin melihat Arya bangkit meskipun hanya sejenak.
Ia memiliki dokter pribadi yang khusus merawatnya, sebab pria itu tak ingin berobat ke luar dan menjaga privasinya.
"Bagaimana, Bos? Pria itu lolos lagi!" ungkap seorang pria dengan nada datar.
"Kita harus menyusun rencana selanjutnya. Macan itu harus segera dilenyapkan, dan cari titik kelemahannya," titah Tomy dengan nada menegaskan.
Ia terlihat sangat begitu arogan. Tatapannya penuh kebencian dan ia sangat begitu membenci Arya.
"Senjata yang kita seludupkan sudah hampir tiba, dan para anggota lainnya akan membawa kegudang bawah tanah," pria berjaket hitam itu memberikan informasi.
"Bagus. Awasi semuanya, dan jangan lupa jika bubuk sabu juga sudah menuju ke gudang, awasi semuanya, dan bayar para aparat untuk melindungi perjalanan menuju gudang hingga aman," Tomy kembali mengingatkan para anak buahnya.
"Baik, Bos. Semuanya sudah diatur dan kita tinggal menunggu hasilnya saja dengan santai." pria itu meyakinkan jika ia dapat diandalkan.
atau udah g punya malu?
G MALU APA BILANG PERNAH.
KALAU PERNAH KAN SEKARANG UDAH GAK LAGI🤣🤣🤣🤣
dah g usah ditanggepin ar, tinggal pergi aja🏃♂️🏃♂️🏃♂️
DISINILAH LETAK DIMNA AKU GAK BEGITU SUKA DENGAN CERITA DRAMA KELUARGA.
KOMEN KU BERASA KAYAK EMAK EMAK KOMPLEK BLOK 69🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
SAYANG...
seribu kali SAYANG🤣