Naura memilih kabur dan memalsukan kematiannya saat dirinya dipaksa melahirkan normal oleh mertuanya sedangkan dirinya diharuskan dokter melahirkan secara Caesar.
Mengetahui kematian Naura, suami dan mertuanya malah memanfaatkan harta dan aset Naura yang berstatus anak yatim piatu, sampai akhirnya sosok wanita bernama Laura datang dari identitas baru Naura, untuk menuntut balas dendam.
"Aku bukan boneka!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Enam
Naura pulang dari kuburan dengan perasaan sedikit lebih lega. Setiap kembali dari sana, dia merasa habis dari mengadu pada kedua orang tuanya sehingga akan lebih tenang.
Sampai di rumah, dia melihat mertua dan suaminya sedang mengobrol. Sepertinya serius. Saat melihat kehadiran Naura mereka langsung berhenti bicara.
Naura duduk bergabung dengan mereka, walau tampak sekali jika sang suami tak suka, begitu juga ibu mertuanya. Namun, dia tak peduli.
"Aku ingin bicara ...," ucap Naura.
"Bicara saja, tak ada yang melarang!" jawab ibu mertuanya.
Naura hanya tersenyum mendengar jawaban mertuanya. Suasana hatinya sedang baik karena baru bertemu kedua orang tuanya. Walau cuma batu nisannya saja yang bisa di peluk.
"Kenapa Mas mengganti kode brankas? Itu semua ada barang berharga milikku!" seru Naura.
Ibu mertuanya langsung menatap putranya. Sedangkan Alex acuh saja dengan pertanyaan yang Naura ajukan, seolah tak mendengarkan.
"Mas, aku bertanya denganmu. Telingamu masih berfungsi dengan baik'kan, Mas?" tanya Naura.
Mendengar pertanyaan menantunya, Ibu Rini tak terima. Bukannya Alex yang marah, justru ibu mertuanya itu.
"Jaga ucapanmu! Tak ada sopannya dengan suamimu! Apa kau tak pernah diajari kedua orang tuamu sopan santun?" tanya ibu mertuanya dengan nada tinggi.
"Jangan bawa-bawa kedua orang tuaku, Bu. Mereka telah mengajariku bagaimana bersikap hormat pada orang lebih tua. Aku dididik bagaimana menghormati orang tua bukan takut kepada orang yang lebih tua!" seru Naura.
Alex yang awalnya acuh akhirnya, hanya menatap ponsel, akhirnya ikut bersuara juga. Sepertinya tak terima karena Naura membantah ucapan istrinya itu.
"Berani sekali kamu bicara dengan ibuku. Jika kau berani melawannya, aku tak segan membalasnya berpuluh kali lipat dari apa yang kau lakukan. Apa kau pikir bisa lancang dengan ibuku hanya karena kau yang memiliki semua harta ini. Jika bukan karena aku, semua milikmu ini telah lenyap. Jadi, apa yang ibuku katakan benar. Semua ini telah menjadi milikku! Jika kau masih mau tinggal di sini, hormati ibuku!" seru Alex.
Naura tersenyum simpul mendengar ucapan suaminya. Apa selama ini dia memang tak bisa melihat bagaimana dia memperlakukan ibunya, dan bagaimana ibunya bersikap pada dirinya.
"Mas, banyak orang yang ingin dihargai tapi lupa cara menghargai orang lain. Aku menghargai seseorang bukan dilihat dari usia saja, tapi dilihat dari cara dia memperlakukan aku. Bajingan sekali pun akan aku hormati, jika dia menghormati ku dan memperlakukan aku dengan baik!" balas Naura.
Alex meletakan gawai yang dia pegang ke atas meja. Dia lalu berdiri dan berjalan mendekati istrinya. Naura telah siap-siap jika dia berani melakukan kekerasan lagi.
"Apa kau pikir ibuku lebih jahat dari bajingan?" tanya Alex. Ibu Rini yang melihat putranya mulai tersulut emosinya, tak berusaha melerai, tapi terlihat menikmati.
Alex mengangkat tangannya, sepertinya ingin menampar wajah istrinya itu. Namun, Naura dengan cepat mengelaknya.
"Jangan pernah menyentuhku lagi, Mas. Aku akan pastikan membawanya ke jalur hukum!" seru Naura.
"Kau mengancam ku ...?" tanya Alex dengan geram.
"Bukan mengancam tapi mengatakan apa yang akan aku lakukan jika kamu berani menyentuhku lagi!" jawab Naura dengan penuh penekanan.
Tangan Alex tampak mengepal, sepertinya mencoba menahan amarah. Namun, Naura tampaknya tak takut. Dia harus tahu semua asetnya.
"Dimana semua surat-surat berharga milikku? Aku tak pernah memberikan padamu, Mas. Jika terbukti semua aset milikku berpindah nama, berarti kamu telah memalsukan. Aku tak akan tinggal diam. Aku akan tempuh jalur hukum dan memastikan semuanya kembali padaku!" seru Naura.
Alex tertawa mendengar ucapan istrinya. Seperti meremehkan.
"Apa kau lupa jika sebelum meninggal, papamu mempercayai semuanya padaku. Terserah aku mau melakukan apa pun dengan semua itu! Lagi pula untuk apa semua itu, apa kau ingin memberikan pada selingkuhanmu?" tanya Alex dengan nada mengejek.
"Aku tak akan pernah selingkuh meskipun kamu melakukan hal itu. Aku masih memiliki harga diri, tak akan mau menjadi wanita penggoda. Aku bukan sampah yang mau menjadi perusak rumah tangga orang.Seorang wanita berkelas tidak akan pernah merusak ikatan antara suami dan istri, ia tahu bahwa kebahagiaan sejati tidak bisa didapat dengan menghancurkan rumah tangga orang lain!" seru Naura.
Naura sengaja mengatakan itu dengan lantang saat melihat Weny masuk. Wanita itu langsung terdiam dan menghentikan langkahnya. Mungkin sadar jika ucapanmu di tujukan padanya.
"Siapa yang kau maksud wanita sampah? Apa kau mengatakan itu untuk Weny?" tanya Ibu mertuanya.
Entah apa yang membuat wanita itu begitu menyanjung Weny. Padahal Naura melihat tak ada kelebihan pada wanita itu. Hanya satu yang dia miliki dan tak dimilikinya, yaitu jiwa penggoda dan tak tahu malu.
"Aku tak menyindir siapa pun. Aku hanya menjelaskan. Wanita bodoh adalah wanita yang lebih memilih suami orang ketika dia sebenarnya tahu bisa mendapatkan pria bebas yang lebih memberi ketenangan. Jika dulu budak memiliki kasta terendah, tentunya saat ini perebut laki orang lebih pantas menggantikan posisi itu," ucap Naura.
Weny tampak menarik napas mendengar ucapan Naura yang menohok. Biasanya wanita itu hanya diam, tapi melihat wanita yang tak tahu malu itu terus saja datang mendekati suaminya, akhirnya dia terpaksa menyindirnya.
"Salah satu ciri wanita tidak laku adalah menjatuhkan pilihan terakhir pada suami orang karena jika memang laku tentu akan ada pria single yang bisa mengambil hatinya!" seru Naura melanjutkan.
"Banyak omong kamu!" ucap Ibu mertuanya. Dia sebenarnya heran melihat menantunya sudah mulai membantah dan lebih banyak bicara dari biasanya.
"Sudah ... betul yang ibu katakan, kamu banyak omong. Kalau semua ucapanmu itu di tujukan untuk Weny, kamu salah besar. Dia bukan seperti yang kamu katakan. Dia tak pernah menggodaku, justru aku yang tergoda dengannya karena dia memang penampilannya yang menarik, tidak seperti kamu yang seperti pembantu!" ujar Alex.
"Walau penampilanku seperti pembantu, tapi jangan kamu lupa, jika pembantu inilah yang telah memenuhi gaya Hedon kamu dan Ibu selama ini!" jawab Naura.
"Hmmmm ...." Deheman Weny membuat kedua orang itu menatapnya.
"Weny, sejak kapan kamu di sana, Nak?" tanya Ibu Rini dengan ramahnya.
"Sejak Naura menyindirku!" ucap Weny.
Wajah ibu langsung berubah merah karena menahan amarahnya. Mungkin dia tak terima jika wanita itu menjadi tersinggung karena ucapan Naura. Begitu juga Mas Alex, dia menatap dengan rasa iba pada selingkuhannya itu, seolah Weny baru saja di tampar dengan keras oleh Naura.
"Bagus kalau kamu merasa tersindir. Itu artinya kamu masih sadar jika kamu salah," ucap Naura.
Naura berdiri dari duduknya. Tak mau bergabung dengan mereka yang akan membuatnya makin sakit hati. Tanpa pamit atau berkata satu kata pun, dia lalu berjalan meninggalkan ketiga orang itu. Saat akan masuk ke kamar. Dia menghentikan langkahnya dan membalikan tubuhnya.
"Aku masih menunggu kamu mengatakan kode brankas milikku, aku ingin kamu kembalikan semua surat berharga milikku!" ucap Naura.