NovelToon NovelToon
Merebutnya Kembali Bersamaku

Merebutnya Kembali Bersamaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Cinta Terlarang
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Anna

seorang wanita muda yang terjebak dalam kehidupan yang penuh rasa sakit dan kehilangan, kisah cinta yang terhalang restu membuat sepasang kekasih harus menyerah dan berakhir pada perpisahan.
namun takdir mempertemukan mereka kembali pada acara reuni SMA tujuh tahun kemudian yang membuat keduanya di tuntun kembali untuk bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 35

Malam itu terasa dingin, langit gelap tanpa bintang, hanya cahaya lampu jalan yang menerangi langkah kaki Ayana yang tergesa-gesa. Udara malam menusuk kulit, tapi Ayana tidak peduli. Dengan mata berkaca-kaca, ia berjalan tanpa arah, masih mengenakan pakaian yang ia kenakan di rumah sakit. Kata-kata ibunya terus terngiang di telinganya

"seorang anak yang di telantarkan ibunya "

Dadanya terasa sesak, seolah ada beban yang menghimpitnya hingga sulit bernapas. Ayana memegang dadanya, mencoba mengatur napas yang mulai tidak beraturan. Namun, emosinya meluap-luap, rasa hancur, marah, dan tak berdaya menyelimuti pikirannya.

Di tengah perjalanan, hujan mulai turun. Rintik kecil berubah menjadi deras dalam waktu singkat. Ayana tetap berjalan, membiarkan hujan mengguyurnya. Ia ingin melupakan segalanya, sejenak melarikan diri dari kenyataan yang terlalu menyakitkan.

Sementara itu, di rumah sakit, Raka yang menyadari hujan deras di luar mengingat kepergian Ayana yang cukup lama membuatnya merasa panik. Ia segera menelepon Biantara.

Raka cemas hujan turun begitu lebat sementara Ayana pergi keluar dengan keadaan kacau, raka pun meminta bantuan bian dan menelponnya

"Bian, Ayana pergi. Dia meninggalkan rumah sakit diluar hujan deras. Aku takut dia melakukan sesuatu yang buruk."

Bian terkejut kabar ayahnya di rumah sakit belum mendengar kabar sama sekali

"Aku akan mencarinya. Jangan khawatir, aku akan menemukannya."

Biantara segera keluar, meskipun hujan deras mengguyur malam itu. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, berkeliling mencari Ayana di tempat-tempat yang mungkin ia kunjungi. Namun, nalurinya mengatakan bahwa Ayana mungkin berjalan tanpa arah, larut dalam kesedihannya.

Di salah satu jalan sepi, Biantara akhirnya melihat sosok Ayana yang basah kuyup, berdiri diam di bawah hujan, memandang ke kejauhan dengan mata yang kosong. Hatinya mencelos melihat keadaan Ayana yang begitu rapuh.

Biantara berhenti di depan Ayana, membuka payung, dan mendekatinya dengan hati-hati

"Ayana... apa yang kamu lakukan di sini? Kamu akan sakit kalau terus seperti ini."

Ayana tidak menjawab, hanya memandang Biantara dengan air mata bercampur air hujan di wajahnya.

Ayana suara bergetar, hampir tak terdengar

"Bian... aku... aku bahkan bukan bagian dari keluarga itu. Aku tidak tahu siapa diriku lagi."

Kata kata ibunya masih terngiang-ngiang di benaknya

kata itu telah menghancurkan segalanya kekokohan yang Ayana bangun selama ini

Biantara merasa hatinya hancur melihat Ayana seperti ini. Ia mendekat, menutupi Ayana dengan payung, meskipun dirinya sendiri ikut basah terkena hujan.

Biantara lembut, penuh ketulusan

"Kamu adalah Ayana. Itu saja yang penting. Tidak peduli siapa yang melahirkanmu, tidak peduli apa yang mereka katakan. Kamu tetap kamu, dan aku akan selalu ada untukmu."

Ayana mulai menangis, air matanya tumpah tanpa henti. Biantara memeluknya erat, memberikan kehangatan di tengah dinginnya hujan malam.

Ayana terisak di pelukan Biantara

"Kenapa hidupku selalu seperti ini, Bian? Kenapa aku tidak bisa bahagia?"

Biantara mengusap punggung Ayana, suaranya penuh keyakinan

"Kamu akan bahagia, Ayana. Aku akan pastikan itu. Mulai sekarang, kamu tidak akan sendirian lagi."

Dalam pelukan Biantara, Ayana merasa sedikit lega, meskipun hatinya masih hancur.

Hujan semakin deras, udara malam semakin dingin menusuk tulang. Ayana, yang masih terisak di pelukan Biantara, tiba-tiba kehilangan kekuatan. Tubuhnya melemas, dan matanya mulai terpejam.

dengan suara lemah sebelum pingsan

"Bian... aku lelah..."

Kata-kata terakhir itu membuat Biantara semakin khawatir. Tubuh Ayana terkulai di pelukannya, membuat Biantara panik.

Biantara dengan cemas, mengguncang lembut tubuh Ayana

"Ayana! Ayana, bangun! Tolong, jangan seperti ini!"

Biantara segera memeriksa napas Ayana. Dia masih bernapas, tetapi lemah, dan tubuhnya terasa dingin karena hujan yang mengguyur. Tanpa pikir panjang, Biantara mengangkat Ayana dalam gendongannya dan membawanya ke mobilnya yang terparkir di dekat situ.

Di dalam mobil, Biantara menyalakan pemanas untuk menghangatkan Ayana. Ia melepas jaketnya dan menyelimutkan ke tubuh Ayana yang basah kuyup. Wajah Ayana terlihat pucat, dan itu membuat Biantara semakin gelisah.

Biantara berbisik, penuh rasa khawatir

"Ayana, bertahanlah. Aku akan membawamu ke rumah sakit."

Dengan cepat, Biantara mengendarai mobil menuju rumah sakit terdekat. Dalam perjalanan, ia beberapa kali melirik Ayana yang terbaring lemah di kursi penumpang. Hatinya terasa seperti diremas, melihat wanita yang dicintainya dalam kondisi seperti ini.

Sesampainya di rumah sakit, Biantara segera meminta bantuan medis. Ayana langsung dibawa ke ruang gawat darurat. Biantara berdiri di luar ruangan, tubuhnya basah kuyup, tetapi ia tidak peduli. Fokusnya hanya pada keselamatan Ayana.

Beberapa saat kemudian, seorang dokter keluar dari ruangan.

Dokter dengan tenang berkata

"Tuan, Ayana mengalami kelelahan fisik dan tekanan emosional yang cukup berat. Ditambah dengan kondisi tubuhnya yang basah karena hujan, ini membuat tubuhnya drop. Namun, dia sudah stabil sekarang. Kami akan memberinya cairan infus dan menyarankan istirahat total."

Biantara menghela napas lega, meskipun kekhawatirannya belum sepenuhnya hilang. Ia mengangguk pada dokter sebelum diizinkan masuk ke kamar Ayana

Di dalam kamar rawat, Ayana terbaring dengan wajah yang masih pucat. Biantara duduk di kursi di samping ranjangnya, menatapnya dengan penuh rasa bersalah dan kasih sayang.

Biantara berbisik, menggenggam tangan Ayana yang dingin

"Ayana, aku janji... Aku tidak akan membiarkanmu menghadapi semua ini sendirian lagi. Aku akan ada di sini, selamanya."

Langkah kaki Raka dan Iris terdengar bergema di koridor rumah sakit yang sepi malam itu. Mereka menuju bangsal tempat Ayana dirawat, setelah mendengar kabar bahwa adik mereka pingsan di tengah hujan. Raka membawa sebungkus makanan ringan dan botol air mineral, sementara Iris memegang jaket hangat untuk Ayana.

Sesampainya di bangsal, mereka menemukan Biantara duduk di sisi ranjang Ayana, masih mengenakan pakaian yang sedikit lembap. Wajahnya terlihat lelah tetapi tetap fokus menjaga Ayana yang masih terbaring dengan infus di tangannya.

Iris berbisik, penuh kekhawatiran

"Bian, bagaimana kondisinya?"

Biantara menoleh, suaranya rendah tetapi tegas

"Dokter bilang kondisinya sudah stabil. Tapi dia butuh istirahat total. Tekanan emosionalnya terlalu berat."

Raka meletakkan bawaannya di meja kecil di dekat ranjang dan menghela napas berat. Matanya tertuju pada wajah pucat Ayana.

Raka membelai lembut rambut Ayana

"Adikku... Kenapa semua ini harus terjadi padanya?"

Biantara tidak menjawab, tetapi sorot matanya mengungkapkan rasa bersalah yang mendalam. Iris menatap suaminya dan Biantara bergantian, mencoba meredakan suasana.

"Raka, setidaknya sekarang dia dikelilingi orang-orang yang peduli. Itu yang terpenting."

Raka menoleh ke arah Biantara

"Bian, aku tahu kau selalu ada untuk Ayana. Tolong, jangan biarkan dia terluka lagi. Dia sudah cukup menderita."

Biantara mengangguk, suaranya tegas sebagai jawaban

"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi. Aku janji."

Mereka semua terdiam sejenak, hanya suara mesin infus yang terdengar. Iris lalu memecah kesunyian.

Iris:"Bagaimana dengan Ibu? Apakah ibu tau?"

Raka mengangguk pelan, tetapi wajahnya menunjukkan ekspresi kecewa.

"Dia tahu, aku sempat memberi tahunya. Tapi dia tidak mau datang. Entah karena merasa bersalah atau memang tidak peduli."

Biantara mengepalkan tangannya dengan rahang yang mengeras. Namun, ia memilih untuk tidak berkomentar. Baginya, fokus utamanya saat ini adalah Ayana.

Iris menyelimuti tubuh Ayana dengan jaket yang dibawanya.

Iris berkata lembut, sambil menatap Ayana dengan mata berkaca-kaca

"Ayana kuat, meski sering dia merasa sendirian. Kita harus pastikan dia tahu bahwa dia tidak benar-benar sendiri."

Raka memegang tangan istrinya, menguatkannya.

"Kita akan selalu ada untuknya. Ayana harus bangkit, demi dirinya sendiri."

Biantara menatap keduanya, merasa bersyukur bahwa Ayana memiliki keluarga seperti Raka dan Iris. Dalam hatinya, ia berjanji akan menjadi bagian dari kekuatan Ayana, seseorang yang bisa ia andalkan.

Biantara tetap berjaga di sisi Ayana sepanjang malam, memastikan bahwa ia aman dan merasa tenang saat terbangun nanti. Di luar jendela, hujan perlahan mereda, seolah mengiringi doa tulus Biantara untuk kesembuhan Ayana.

1
Duta Ajay
tetep semangat berkarya yah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!